Studi Covid-19: Sembuh dari Gejala Ringan Akan Beri Antibodi Seumur Hidup

Selasa, 25 Mei 2021 22:29 WIB

Sejumlah pasien meluapkan ekspresinya saat wisuda penyintas Covid-19 di halaman Rumah Sakit Lapangan, Surabaya, Jawa Timur, Selasa, 28 Juli 2020. Para pasien yang telah dinyatakan sembuh dari virus Corona mengikuti wisuda penyintas Covid-19. ANTARA/Zabur Karuru

TEMPO.CO, Jakarta - Studi dari Washington University School of Medicine, Amerika Serikat, mengungkap kalau seseorang yang sudah beberapa bulan sembuh dari gejala ringan Covid-19 sudah akan memiliki sel kekebalan dalam tubuhnya yang menghasilkan antibodi melawan SARS-CoV-2. Sel-sel itu disebut bertahan seumur hidup, dan menghasilkan antibodi sepanjang waktu.

Penulis studi yang merupakan profesor patologi, imunologi, kedokteran dan mikrobiologi molekuler, Ali Ellebedy, menjelaskan, beberapa waktu lalu, ada laporan bahwa antibodi berkurang dengan cepat setelah sembuh dari Covid-19. Media arus utama lalu menafsirkan bahwa kekebalan tubuh tidak berumur panjang.

Menurut Ellebedy, itu salah tafsir dari data. Dia mengatakan, normal untuk tingkat antibodi turun setelah infeksi akut, tapi tidak turun ke nol, melainkan cenderung stabil.

“Di sini, kami menemukan sel penghasil antibodi pada orang 11 bulan setelah gejala pertama. Sel-sel ini akan hidup dan menghasilkan antibodi selama sisa hidup manusia. Itu bukti kuat untuk kekebalan jangka panjang,” ujar dia, seperti dikutip dari Medicine Xpress, Senin 24 Mei 2021.

Temuan Ellebedy diterbitkan di jurnal Nature, dan menunjukkan bahwa kasus Covid-19 ringan membuat perlindungan antibodi yang tahan lama. Serta serangan penyakit berulang cenderung akan jarang terjadi.

Advertising
Advertising

Selama virus corona Covid-19 menginfeksi, sel-sel kekebalan penghasil antibodi berkembang biak dengan cepat dan beredar di dalam darah, mendorong tingkat antibodi meninggi. Setelah infeksi teratasi, sebagian besar sel mati, dan tingkat antibodi darah turun.

Sejumlah kecil sel penghasil antibodi, yang disebut sel plasma berumur panjang dan bermigrasi ke sumsum tulang dan menetap. Mereka terus-menerus mengeluarkan antibodi tingkat rendah ke dalam aliran darah untuk membantu menjaga dari pertemuan lain dengan virus.

Kunci untuk mengetahui apakah gejala ringan Covid-19 mengarah pada perlindungan antibodi yang tahan lama, Ellebedy menyadari, terletak pada sumsum tulang. Untuk mengetahui apakah mereka yang telah pulih memiliki sel plasma berumur panjang yang menghasilkan antibodi yang secara khusus ditargetkan untuk SARS-CoV-2.

<!--more-->

Ellebedy bekerja sama dengan rekan sejawatnya profesor kedokteran Iskra Pusic, dan asisten profesor kedokteran Jane O'Halloran. Penelitian itu merupakan proyek untuk melacak tingkat antibodi dalam sampel darah dari orang yang selamat dari Covid-19.

Tim tersebut telah mendaftarkan 77 peserta yang memberikan sampel darah dengan interval tiga bulan mulai sekitar satu bulan setelah infeksi awal. Sebagian besar peserta memiliki kasus Covid-19 ringan. Hanya enam yang dirawat di rumah sakit.

Dengan bantuan Pusic, Ellebedy dan rekannya memperoleh sumsum tulang dari 18 peserta. Sampel berumur tujuh atau delapan bulan setelah infeksi awal Covid-19 yang mereka alami. Lima dari mereka kembali empat bulan kemudian dan memberikan sampel sumsum tulang kedua. Sebagai perbandingan, para ilmuwan juga memperoleh sumsum tulang dari 11 orang yang tidak pernah menderita Covid-19.

Seperti yang diharapkan, kadar antibodi dalam darah pasien Covid-19 turun dengan cepat dalam beberapa bulan pertama setelah infeksi dan kemudian sebagian besar mendatar, dengan beberapa antibodi terdeteksi bahkan 11 bulan setelah infeksi. Lebih lanjut, 15 dari 19 sampel sumsum tulang dari orang yang pernah terjangkit Covid-19 mengandung sel penghasil antibodi yang khusus menargetkan virus.

Sel-sel semacam itu masih dapat ditemukan empat bulan kemudian pada lima orang yang kembali untuk memberikan sampel sumsum tulang kedua. Tak satu pun dari 11 orang yang tidak pernah menderita Covid-19 memiliki sel penghasil antibodi di sumsum tulang mereka.

Menurut Ellebedy, orang dengan kasus Covid-19 ringan membersihkan virus dari tubuh mereka dua hingga tiga minggu setelah terinfeksi. Jadi tidak akan ada virus yang mendorong respons kekebalan aktif tujuh atau 11 bulan setelah infeksi.

“Sel-sel ini tidak membelah. Mereka diam, hanya duduk di sumsum tulang dan mengeluarkan antibodi. Mereka telah melakukan itu sejak infeksi teratasi, dan mereka akan terus melakukannya tanpa batas,” tutur Ellebedy.

Studi tak mempelajari mereka yang pernah mengalami infeksi Covid-19 lebih parah. Apakah mereka juga akan terlindungi di masa depan, kata mereka. Ellebedy dan rekannya sekarang sedang mempelajari apakah vaksinasi juga menginduksi sel penghasil antibodi yang berumur panjang.

MEDICAL XPRESS | PHYS | NATURE

Baca juga:
Pakar: Antibodi Jahat Datangkan Malapetaka pada Pasien Covid-19 Berat

Berita terkait

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

8 jam lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Jangan Beri Anak Parasetamol setelah Imunisasi, Ini Alasannya

2 hari lalu

Jangan Beri Anak Parasetamol setelah Imunisasi, Ini Alasannya

Jangan memberi obat penurun demam seperti parasetamol saat anak mengalami demam usai imunisasi. Dokter anak sebut alasannya.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

5 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

6 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

7 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

10 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

14 hari lalu

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa

Baca Selengkapnya

KPK Tuntut Bekas Bupati Muna Hukuman 3,5 Tahun Penjara dalam Korupsi Dana PEN

14 hari lalu

KPK Tuntut Bekas Bupati Muna Hukuman 3,5 Tahun Penjara dalam Korupsi Dana PEN

"Terbukti secara sah dan meyakinkan," kata jaksa KPK di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat saat membacakan surat tuntutan pada Kamis, 18 April 2024.

Baca Selengkapnya

Pesan PB IDI agar Masyarakat Tetap Sehat saat Liburan dan Mudik di Musim Pancaroba

20 hari lalu

Pesan PB IDI agar Masyarakat Tetap Sehat saat Liburan dan Mudik di Musim Pancaroba

Selain musim libur panjang Idul Fitri, April juga tengah musim pancaroba dan dapat menjadi ancaman bagi kesehatan. Berikut pesan PB IDI.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Menhub Budi Karya Usulkan WFH di Selasa dan Rabu, Sri Mulyani Sebut Idul Fitri Tahun Ini Sangat Istimewa

21 hari lalu

Terpopuler: Menhub Budi Karya Usulkan WFH di Selasa dan Rabu, Sri Mulyani Sebut Idul Fitri Tahun Ini Sangat Istimewa

Menhub Budi Karya Sumadi mengusulkan work from home atau WFH untuk mengantisipasi kepadatan lalu lintas saat puncak arus balik Lebaran.

Baca Selengkapnya