Yang Buta Bisa Melihat Berkat Optogenetik, Bukti Pertama pada Manusia

Reporter

Terjemahan

Selasa, 1 Juni 2021 22:50 WIB

Ilustrasi pemeriksaan mata. Shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta - Seorang pria buta berusia 58 tahun dari Brittany, Prancis, telah memiliki secercah cahaya menembus penglihatannya berkat terapi gen baru yang disebut optogenetik. Terapi melalui rekayasa sel saraf secara genetik sehingga membuatnya bisa merespons cahaya yang datang.

GenSight Biologics di Prancis telah mempublikasikan apa yang telah dilakukan terhadap seorang relawannya itu dengan terapi optogenetik yang dikembangkannya. "Ini sangat menarik melihat publikasi pertama optogenetik pada manusia," kata Ed Boyden dari Massachusetts Institute of Technology di Boston, Amerika Serikat, dari tim optogenetik GenSight, menunjuk publikasi yang dilakukan di Jurnal Nature, 24 Mei 2021.

Optogenetik telah menjadi perangkat laboratorium yang luas digunakan karena memungkinkan kontrol secara presisi atas sel-sel otak. Teknik ini telah menuntun kepada banyak temuan tentang otak ketika digunakan pada hewan.

Berbeda dengan pada manusia, optogenetik diyakini memiliki potensi medis yang terbatas untuk mengobati kelainan otak. Sebabnya, untuk mendapatkan cahaya di dalam kepala butuh mencangkokkan sebuah kabel serat optik.

Beberapa kelompok ilmuwan lalu mencoba mengembangkannya sebagai terapi kebutaan dengan pertimbangan sel saraf di mata terpapar cahaya dari luar. Satu kondisi yang ditarget adalah retinitis pigmentosa, satu jenis penyakit bawaan di mana kerusakan retina terjadi secara bertahap dan sel-sel yang mendeteksi cahaya menjadi mati.

Advertising
Advertising

Oleh GenSight, sel-sel di balik lapisan yang mendeteksi cahaya (sel ganglion) diinjeksikan dengan protein gen yang dipanen dari alga, yang membuat sel-sel itu bisa merespons ke cahaya kekuningan (amber light).

Penerima terapi harus mengenakan kaca mata khusus. Kacamata memiliki kamera dan prosesor yang mengubah gelombang cahaya tampak ke panjang gelombang cahaya kuning, lalu menguatkannya sehingga bisa dideteksi oleh sel-sel yang sudah direkayasa sebelumnya.

Normalnya, ketika cahaya yang masuk ke mata ditangkap oleh sel-sel fotoreseptor yang kemudian meneruskannya dalam bentuk sinyal listrik ke tetangganya, sel-sel ganglion. Sel inilah yang mampu mengidentifikaasi fitur penting seperti gerakan. Mereka pada gilirannya mengirim versi sinyalnya sendiri ke saraf optik, yang mengirimnya ke otak.

Dalam studi-studi sebelumnya, para ilmuwan telah mampu memulihkan kondisi genetik dari kebutaan yang disebut Leber congenital amaurosis. Caranya, memperbaiki gen penyebab degenerasi sel-sel fotoreseptor. Tapi, bentuk kebutaan yang lainnya tak mampu diatasi karena sel-sel fotoreseptor yang telah benar-benar rusak. "Sekali sel-sel itu mati, Anda tidak bisa memperbaiki gen-nya," kata José-Alain Sahel di Vision Institute di Paris, yang juga bekerja dengan tim GenSight.

Berita terkait

Champs-Elysees di Paris Bakal Disulap jadi Tempat Piknik Raksasa, Diikuti 4.000 Orang

7 jam lalu

Champs-Elysees di Paris Bakal Disulap jadi Tempat Piknik Raksasa, Diikuti 4.000 Orang

Setiap peserta akan diberikan keranjang piknik gratis yang dikemas sampai penuh oleh sejumlah pemilik restoran ikonik di jalanan Kota Paris itu.

Baca Selengkapnya

Polisi Prancis Bubarkan Unjuk Rasa Pro-Palestina di Universitas Sciences Po

6 hari lalu

Polisi Prancis Bubarkan Unjuk Rasa Pro-Palestina di Universitas Sciences Po

Polisi Prancis membubarkan unjuk rasa pro-Palestina di Paris ketika protes-protes serupa sedang marak di Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Israel Panggil Duta Besar Negara-negara Pendukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

10 hari lalu

Israel Panggil Duta Besar Negara-negara Pendukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

Israel akan memanggil duta besar negara-negara yang memilih keanggotaan penuh Palestina di PBB "untuk melakukan protes"

Baca Selengkapnya

Dunia Desak Tahan Diri, Panglima Militer Israel Berkukuh akan Balas Iran

16 hari lalu

Dunia Desak Tahan Diri, Panglima Militer Israel Berkukuh akan Balas Iran

Beberapa sekutu memperingatkan eskalasi setelah serangan Iran terhadap Israel meningkatkan kekhawatiran akan perang regional yang lebih luas.

Baca Selengkapnya

Rwanda Peringati 30 Tahun Genosida terhadap Ratusan Ribu Warga Suku Tutsi

24 hari lalu

Rwanda Peringati 30 Tahun Genosida terhadap Ratusan Ribu Warga Suku Tutsi

Rwanda pada Minggu memulai peringatan selama satu pekan untuk memperingati 30 tahun genosida terhadap ratusan ribu warga etnis Tutsi pada 1994.

Baca Selengkapnya

Hilang saat Menyusuri Bukit Sipiso-piso, Turis Asal Prancis Ditemukan Luka-luka

24 hari lalu

Hilang saat Menyusuri Bukit Sipiso-piso, Turis Asal Prancis Ditemukan Luka-luka

Basarnas Medan bersama tim SAR gabungan menemukan Adrea Zoe, 52 tahun, perempuan asal Prancis yang hilang di Bukit Sipiso-piso, Kabupaten Karo

Baca Selengkapnya

Sekutu Pertimbangkan Hentikan Penjualan Senjata ke Israel Setelah Kematian Relawan Asing di Gaza

25 hari lalu

Sekutu Pertimbangkan Hentikan Penjualan Senjata ke Israel Setelah Kematian Relawan Asing di Gaza

Beberapa negara Eropa sekutu Israel pertimbangkan hentikan penjualan senjata akibat pembunuhan tujuh relawan World Central Kitchen di Gaza

Baca Selengkapnya

Memahami Gangguan Saraf Papiledema, Penyebab dan Gejala

29 hari lalu

Memahami Gangguan Saraf Papiledema, Penyebab dan Gejala

Papiledema adalah pembengkakan kepala saraf kedua yang terjadi secara bersamaan antara dua mata. Cek gejalanya.

Baca Selengkapnya

Prancis Ajukan Resolusi Dewan Keamanan PBB untuk Pantau Gencatan Senjata di Gaza

29 hari lalu

Prancis Ajukan Resolusi Dewan Keamanan PBB untuk Pantau Gencatan Senjata di Gaza

Prancis mengadakan konsultasi tertutup dengan Dewan Keamanan PBB untuk mengajukan resolusi tentang pemantauan penerapan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Asal Usul 1 April sebagai April Mop, Budaya Ngeprank yang Bermula Sejak 1582

31 hari lalu

Asal Usul 1 April sebagai April Mop, Budaya Ngeprank yang Bermula Sejak 1582

April Mop atau April Fool's Day pada 1 April punya kisah panjang sejak 1582.

Baca Selengkapnya