Pakar Genetika UGM Beberkan Level Ancaman Berbagai Varian Baru Covid-19

Reporter

Tempo.co

Kamis, 10 Juni 2021 09:44 WIB

ilustrasi - Dokter memegang botol ampul kaca mengandung sel molekul virus corona Covid-19 asal Inggris yang telah mengalami mutasi RNA menjadi varian baru. (ANTARA/Shutterstock/pri.)

TEMPO.CO, Jakarta - Pandemi Covid-19 telah mewabah selama lebih dari satu tahun di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Baru-baru ini, dikonfirmasi temuan varian baru virus Corona. Melihat hal ini, dr. Gunadi dari Pokja Genetik FKKMK Universitas Gadjah Mada (UGM) dan RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta turut angkat bicara. Ia jelaskan dampak dari virus varian baru tersebut terhadap transmisi, keparahan, serta sistem kekebalan tubuh dalam masyarakat.

Gunadi menyebutkan, virus ini awalnya dinamai dengan 2019-nCoV. Beberapa waktu kemudian, namanya diganti menjadi SARS-CoV-2 oleh World Health Organization (WHO). Pergantian nama ini bertujuan untuk menghindari stigma pada negara, kota, atau kelompok tertentu. Lalu, juga ditemukan varian-varian baru di berbagai negara. Hal ini ia sampaikan dalam sebuah webinar bertajuk Pemanfaatan Next Generation Sequencing yang ditaja oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi pada Kamis, 3 Juni 2021 lalu.

Kata Gunadi, varian-varian baru ini menjadi masalah, karena letaknya berada pada Receptor Bonding Domain atau RBD. RBD adalah bagian langsung dari Protein S yang berikatan langsung dengan Ace2 Receptor pada tubuh manusia. Hal ini bisa berujung pada meningkatnya kecepatan transmisi, keparahannya, hingga bagaimana kemampuannya mengelabui imunitas inangnya.

Varian-varian ini ada pula tingkatannya, dibagi oleh WHO. WHO memberi label khusus setiap muncul varian baru. Mutasi baru akan diberi label Varian of Interest jika menyebabkan transmisi lokal atau menyebabkan multiple klaster atau pula terdeksi pada beberapa negara. Lalu, apabila WHO sendiri yang menentukannya sebagai Variant of Interest dengan berkonsultasi terhadap pokja.

Lanjut Gunadi, dikutip dari laman resmi UGM bahwa Variant of Interest ini bisa naik level menjadi Variant of Concern. Namun, ada beberapa syarat. Pertama, apabila varian itu jelas meningkatkan transmisinya, secara epidemiologi lebih cepat. Kedua, varian itu mengakibatkan peningkatan virulensi yang menyebabkan semakin parah inangnya. Bahkan lebih jauh, bisa sampai meninggal. Ketiga, apabila varian itu menurunkan efektivitas protokol kesehatan, alat diagnostik, vaksin, serta terapi.

Advertising
Advertising

“Syarat lain untuk suatu varian mendapat label tentunya tergantung apakah varian tersebut masih bertahan lama. Tidak bisa hanya yang bertahan satu bulan saja. Jadi, jika suatu varian yang sudah menjadi Variant of Concern, bisa saja diturunkan jika dampaknya sudah tidak memenuhi persyaratan tadi lagi,” urai Gunadi.

Ia mengungkapkan bahwa ada 4 varian SARS-CoV-2 yang tergolong katergori Variant of Concern. Yaitu B.1.1.7 yang ditemukan di UK, B.1.351 yang ditemukan di Afrika Selatan, P.1. yang ditemukan di Brazil, dan B.1.617.1 yang ditemukan di India. Keempatnya sama-sama meningkatkan transmisi, akan tetapi dampaknya terhadap imunitas berbeda-beda.

“Per 31 Mei kemarin, keempat varian tersebut karena penyebutannya terlalu rumit, WHO memutuskan menetapkan nama yang lebih mudah berdasarkan alfabet Yunani. Nama tersebut yakni Alpha (B.1.1.7), Beta (B.1.351), Gamma (P.1), dan Delta (B.1.671.2),” ungkap Gunadi melanjutkan.

Di akhir materinya, Gunadi menjelaskan bahwa ternyata dampak virus COVID-19 secara umum tak hanya dipengaruhi oleh virus itu sendiri. Namun, host genetic susceptibility dan host comorbidity juga berpengaruh.

Covid-19 merupakan multifactorial disorder. Jadi, tidak serta merta manifestasinya ditentukan varian dari virus itu sendiri. Namun, terdapat pula peran genetik karakteristik dan komorbiditas dari pasien itu sendiri. Dengan demikian, dampak yang diterima masing-masing individu juga akan berbeda,” tutup Gunadi.

ANNISA FEBIOLA

Baca juga: Donor Plasma Konvalesen, Diutamakan Laki-laki dan Menunjukkan Gejala Covid-19

Berita terkait

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

5 jam lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

12 jam lalu

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

22 jam lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

1 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Cara UGM Cegah Peserta UTBK-SNBT Pakai Joki dan Lakukan Kecurangan

1 hari lalu

Cara UGM Cegah Peserta UTBK-SNBT Pakai Joki dan Lakukan Kecurangan

Ujian Tulis Berbasis Komputer-Seleksi Nasional Berbasis Tes (UTBK-SNBT) di Kampus UGM diikuti sebanyak 18.726 peserta.

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

1 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Tuntutan dari Mahasiswa UGM, IPK 4,00 di Universitas Jember, serta Penyakit Akibat Polusi Mengisi Top 3 Tekno

1 hari lalu

Tuntutan dari Mahasiswa UGM, IPK 4,00 di Universitas Jember, serta Penyakit Akibat Polusi Mengisi Top 3 Tekno

Topik tentang mahasiswa UGM menggelar aksi menuntut tranparansi biaya pendidikan menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

1 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

2 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

70 Persen Mahasiswa UGM Keberatan dengan Besaran UKT, Ada yang Cari Pinjaman hingga Jual Barang Berharga

2 hari lalu

70 Persen Mahasiswa UGM Keberatan dengan Besaran UKT, Ada yang Cari Pinjaman hingga Jual Barang Berharga

Peringatan Hari Pendidikan Nasional atau Hardiknas di Yogyakarta turut diwarnai aksi kalangan mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) di Balairung UGM Kamis 2 Mei 2024.

Baca Selengkapnya