Nihil Peserta Lolos PPDB Jalur Cerdas Istimewa, Pandemi Disalahkan
Reporter
Antara
Editor
Zacharias Wuragil
Sabtu, 12 Juni 2021 10:38 WIB
TEMPO.CO, Yogyakarta - Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Tingkat Sekolah Dasar di Kota Yogyakarta memiliki satu jalur tambahan yang disebut Cerdas Istimewa. Disebut begitu karena persyaratan pertama untuk seorang calon siswa diterima di jalur ini adalah memiliki tingkat kecerdasan intelektual atau IQ minimal 130.
Tahun ini, berbeda dari empat tahun sebelumnya sejak jalur ini diadakan, tak ada satupun peserta yang lolos persyaratan itu. Kondisi itu bertahan hingga hingga tenggat PPDB SD berakhir pada Kamis 10 Juni 2021. Sehingga kuota lima persen dari jalur ini diputuskan dikembalikan untuk menambah alokasi kursi dari jalur zonasi wilayah.
“Dari hasil asesment yang kami lakukan maupun dari psikolog lain, tidak ada anak yang memenuhi syarat IQ minimal 130 skala weschler. Hasil tertinggi untuk IQ hanya 125,” kata Kepala Unit Layanan Disabilitas di Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Yogyakarta, Aris Widodo, di Yogyakarta, Jumat 11 Juni 2021.
Aris menerangkan kalau sebenarnya ada sebanyak sembilan calon siswa yang sempat mendaftar ke Jalur Cerdas Istimewa pada tahun ini namun seluruhnya tidak memenuhi syarat. “Syaratnya memang sangat ketat. Jika dari hasil assesment ada anak yang memiliki IQ 129 juga tidak bisa kami terima,” katanya lagi.
Sebelumnya sudah ada empat angkatan siswa dari kelas di jalur khusus ini. Masing-masing diikuti 12 anak pada angkatan pertama, kedua, dan keempat, serta 24 siswa untuk angkatan ketiga.
Aris menduga tidak adanya calon siswa dengan IQ minimal 130 untuk PPDB tahun ini disebabkan tidak maksimalnya stimulasi lingkungan kepada anak selama masa pandemi Covid-19. Dampaknya, kata dia, hasil tes yang mereka ikuti menjadi tidak optimal.
Selain Jalur Cerdas Istimewa, Kota Yogyakarta juga membuka jalur afirmasi untuk siswa disabilitas atau berkebutuhan khusus dengan alokasi kursi lima persen dari total kapasitas sekolah. Di jalur ini, Aris mengungkapkan, sudah ada empat yang lolos assesment.
"Keempatnya kemudian ditempatkan di empat sekolah yang berbeda. Ada yang tuna daksa, mengalami gangguan konsentrasi, dan autis,” katanya.
Penempatan siswa disabilitas dalam PPDB, Aris menerangkan, dilakukan dengan berbagai aspek pertimbangan, di antaranya pilihan orang tua dan jarak sekolah dengan rumah. “Tidak ada yang fanatik dengan sekolah tertentu. Nanti, kami akan carikan guru pendamping untuk mendampingi siswa berkebutuhan khusus ini,” katanya.
Baca juga:
3 Hari Tambah 1.176 Kasus Covid-19, Sultan Yogya Batasi Hajatan dan Takziah