Penelitian Ungkap Bukti Virus Corona Sudah Ada di AS Sejak Natal 2019

Kamis, 17 Juni 2021 06:21 WIB

Ilustrasi virus Corona atau Covid-19. Shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta - Analisis baru sampel darah dari 24.000 orang Amerika Serikat yang diambil awal tahun lalu menunjukkan bahwa virus corona muncul pada Desember 2019, beberapa minggu sebelum kasus pertama kali diketahui oleh pejabat kesehatan. Analisis ini merupakan studi terbaru dan terbesar yang telah dilakukan.

Analisisnya disebut masih belum pasti, dan beberapa ahli tetap skeptis, tapi pejabat kesehatan setempat memperkirakan waktu di mana sejumlah kecil infeksi Covid-19 mungkin telah terjadi di Amerika sebelum dunia menyadari virus berbahaya ada di Cina.

Peneliti utama tim imunologi virus pernapasan dari Centers for Disease Control and Prevention, Natalie Thornburg, menerangkan bahwa studi itu cukup konsisten. Dia berspekulasi, mungkin benar ada kasus yang sangat langka dan sporadis di Amerika lebih awal dari yang disadari.

“Tapi itu tidak meluas dan tidak menyebar sampai akhir Februari," kata Thornburg, peneliti utama tim imunologi virus pernapasan CDC, seperti dikutip Medical Xpress, Rabu, 16 Juni 2021.

Hasil tersebut menggarisbawahi perlunya negara-negara untuk bekerja sama dan mengidentifikasi virus yang baru muncul secepat dan sekolaboratif mungkin.

Advertising
Advertising

Pandemi virus corona muncul di Wuhan, Cina, pada akhir 2019. Secara resmi, infeksi Amerika pertama yang diidentifikasi adalah seorang pelancong—seorang pria di negara bagian Washington yang kembali dari Wuhan pada 15 Januari 2020 dan mencari bantuan di sebuah klinik pada 19 Januari.

Pejabat CDC mengatakan itu menjadi awal mulai wabah di Amerika tiba selama tiga minggu dari pertengahan Januari hingga awal Februari. Namun, penelitian sejak itu—termasuk beberapa yang dilakukan oleh CDC—telah menyarankan sejumlah kecil infeksi terjadi lebih awal.

Sebuah studi yang dipimpin CDC yang diterbitkan pada Desember 2020 menganalisis 7.000 sampel dari sumbangan darah Palang Merah Amerika menunjukkan bahwa virus tersebut menginfeksi beberapa orang Amerika pada awal pertengahan Desember 2019.

Studi yang dilakukan Thornburg itu diterbitkan Selasa, 15 Juni 2021, di jurnal Clinical Infectious Diseases, yang merupakan bagian dari tim peneliti di National Institutes of Health. Penelitian ini menjadi bagian dari studi jangka panjang yang disebut "All Of Us" yang berupaya melacak 1 juta orang Amerika selama bertahun-tahun untuk mempelajari kesehatan.

Seperti penelitian CDC, para peneliti ini mencari antibodi dalam darah yang diambil sebagai bukti infeksi virus corona, dan dapat dideteksi paling cepat dua minggu setelah seseorang terinfeksi pertama kali.

Para peneliti mengatakan tujuh peserta penelitian—tiga dari Illinois, dan masing-masing satu dari Massachusetts, Mississippi, Pennsylvania, dan Wisconsin—terinfeksi lebih awal daripada kasus Covid-19 yang dilaporkan di negara bagian tersebut. “Salah satu kasus Illinois terinfeksi pada malam Natal,” kata Keri Althoff, profesor di Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health, yang juga penulis studi tersebut.

Mungkin sulit untuk membedakan antibodi yang menetralkan SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan Covid-19, dari antibodi yang melawan virus corona lain, termasuk beberapa yang menyebabkan flu biasa. Para peneliti menggunakan beberapa jenis tes untuk meminimalkan hasil positif palsu, tapi beberapa ahli mengatakan masih ada kemungkinan kasus positif 2019 mereka adalah infeksi oleh virus corona lain dan bukan jenis pandemi.

Pakar dinamika penyakit dari Harvard University, William Hanage, mengatakan, meskipun sangat masuk akal bahwa virus itu masuk ke Amerika jauh lebih awal dari biasanya, itu tidak berarti bahwa ini adalah bukti yang cukup kuat, “untuk mengubah cara kita berpikir tentang ini.”

Para peneliti belum menindaklanjuti dengan peserta penelitian untuk melihat apakah ada yang bepergian keluar dari Amerika sebelum infeksi mereka. Tetapi mereka merasa perlu dicatat bahwa ketujuh orang itu tidak tinggal di atau dekat New York City atau Seattle, di mana gelombang pertama kasus Amerika terkonsentrasi. "Pertanyaannya adalah bagaimana, dan di mana, virus corona itu berkembang biak," kata Althoff menambahkan.

MEDICAL XPRESS | CLINICAL INFECTIOUS DISEASES

Baca:
Tips dari Para Ahli Agar Tidak Tertular Covid-19 Varian Baru

Berita terkait

Iran akan Bebaskan Awak Kapal Portugal yang Disita di Selat Hormuz

55 menit lalu

Iran akan Bebaskan Awak Kapal Portugal yang Disita di Selat Hormuz

Iran mengatakan akan membebaskan awak kapal berbendera Portugal yang disita pasukannya bulan ini.

Baca Selengkapnya

3 Polemik TikTok di Amerika Serikat

1 jam lalu

3 Polemik TikTok di Amerika Serikat

DPR Amerika Serikat mengesahkan rancangan undang-undang yang akan melarang penggunaan TikTok

Baca Selengkapnya

Pasukan Inggris Mungkin Ditugaskan Mengirimkan Bantuan dari Dermaga ke Gaza

11 jam lalu

Pasukan Inggris Mungkin Ditugaskan Mengirimkan Bantuan dari Dermaga ke Gaza

Pasukan Inggris mungkin ditugaskan untuk mengirimkan bantuan ke Gaza dari dermaga lepas pantai yang sedang dibangun oleh militer Amerika Serikat

Baca Selengkapnya

Eks Diplomat Inggris: AS Panik Drone Rusia Hancurkan Tank Abrams Ukraina

11 jam lalu

Eks Diplomat Inggris: AS Panik Drone Rusia Hancurkan Tank Abrams Ukraina

Percepatan bantuan militer senilai US$6 miliar ke Ukraina mencerminkan kepanikan yang dirasakan oleh pemerintahan Joe Biden dan Kongres AS

Baca Selengkapnya

WSJ: Putin Mungkin Tak Perintahkan Pembunuhan Navalny

12 jam lalu

WSJ: Putin Mungkin Tak Perintahkan Pembunuhan Navalny

Badan-badan intelijen AS sepakat bahwa presiden Rusia mungkin tidak memerintahkan pembunuhan Navalny "pada saat itu," menurut laporan.

Baca Selengkapnya

Siprus Lanjutkan Bantuan Pangan ke Gaza Via Laut Pasca-Pembunuhan Relawan WCK

14 jam lalu

Siprus Lanjutkan Bantuan Pangan ke Gaza Via Laut Pasca-Pembunuhan Relawan WCK

Pengiriman bantuan pangan ke Gaza dari Siprus melalui jalur laut dilanjutkan pada Jumat malam

Baca Selengkapnya

ByteDance Pilih Tutup TikTok di AS jika Opsi Hukum Gagal

21 jam lalu

ByteDance Pilih Tutup TikTok di AS jika Opsi Hukum Gagal

TikTok berharap memenangkan gugatan hukum untuk memblokir undang-undang yang ditandatangani oleh Presiden Joe Biden.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

23 jam lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Ditipu Elon Musk Palsu Hingga Judi Online Kejahatan Transnasional

1 hari lalu

Top 3 Dunia: Ditipu Elon Musk Palsu Hingga Judi Online Kejahatan Transnasional

Berita Top 3 Dunia pada Jumat 26 April 2024 diawali oleh kabar seorang wanita di Korea Selatan ditipu oleh orang yang mengaku sebagai Elon Musk

Baca Selengkapnya

Gelombang Protes Kampus Pro-Palestina di Amerika Serikat Direpresi Aparat, Dosen Pun Kena Bogem

1 hari lalu

Gelombang Protes Kampus Pro-Palestina di Amerika Serikat Direpresi Aparat, Dosen Pun Kena Bogem

Polisi Amerika Serikat secara brutal menangkap para mahasiswa dan dosen di sejumlah universitas yang menentang genosida Israel di Gaza

Baca Selengkapnya