Studi: 2 Vaksin Covid-19 Ini Timbulkan Antibodi pada Bayi Kera

Kamis, 17 Juni 2021 06:51 WIB

Botol kecil berlabel stiker "Vaccine COVID-19" dan jarum suntik medis dalam foto ilustrasi yang diambil pada 10 April 2020. [REUTERS / Dado Ruvi]

TEMPO.CO, Jakarta - Sekelompok ilmuwan melaporkan bahwa vaksin mRNA Moderna dan sebuah kandidat vaksin berbasis protein menghasilkan respons antibodi penetralisir pada bayi kera yang tahan lama terhadap SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19.

Studi itu juga menyebutkan bahwa tidak ada efek samping yang muncul dalam pra-uji klinis yang bisa menjadi penelitian awal pencarian vaksin Covid-19 untuk bayi manusia.

Penelitian tersebut dilakukan oleh beberapa ilmuwan, di antaranya profesor mikrobiologi dan imunologi dari University of North Carolina, Kristina De Paris, Ketua Departemen Pediatri di Weill Cornell Medicine, Sallie Permar, a penulis pendamping Carolina Garrido dari Duke University, dan Alan Curtis dari University of North Carolina.

Penelitian mereka diterbitkan pada Rabu, 15 Juni 2021 di Science Immunology, yang menunjukkan bahwa respons antibodi penetralisir yang kuat yang ditimbulkan oleh vaksin pada 16 bayi kera rhesus bertahan selama 22 minggu. “Kami sedang melakukan studi tahun ini untuk lebih memahami potensi perlindungan jangka panjang dari vaksin,” ujar mereka, seperti dikutip Medical Xpress, Rabu.

De Paris, yang juga merupakan anggota UNC Children's Research Institute, menjelaskan, tingkat antibodi kuat yang dia amati sebanding dengan apa yang telah terlihat pada kera dewasa. “Meskipun dosisnya 30 mikrogram, bukan 100 mikrogram dosis dewasa," tutur De Paris.

Advertising
Advertising

Dengan vaksin Moderna, De Paris dan tim juga mengamati respons sel T kuat yang spesifik, yang diketahui penting untuk membatasi keparahan penyakit.

Untuk mengevaluasi vaksinasi SARS-CoV-2, para peneliti mengimunisasi dua kelompok dari delapan bayi kera rhesus pada usia 2,2 bulan dan 4 minggu kemudian di Pusat Penelitian Primata Nasional California. Setiap hewan menerima satu dari dua jenis vaksin: versi praklinis dari vaksin mRNA Moderna atau vaksin berbasis protein yang dikembangkan Pusat Penelitian Vaksin dari Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular (NIAID).

Vaksin tersebut memiliki bahan pembantu dari 3M yang merangsang sel melalui reseptor seperti tol 7 dan 8. Bahan pembantu ini diformulasikan dalam emulsi oleh Infectious Disease Research Institute (IDRI).

Vaksin mRNA memberikan instruksi ke tubuh untuk menghasilkan protein permukaan virus, protein Spike. Vaksin tidak memasuki nukleus, tidak mempengaruhi DNA, dan tidak bertahan di dalam tubuh.

Sebaliknya, vaksin akan menginstruksikan sel untuk membuat protein Spike dan sel kekebalan, mengembangkan antibodi dan respons imun lainnya. Vaksin NIAID adalah protein Spike itu sendiri, yang dikenali oleh sistem kekebalan dengan cara yang sama—mirip dengan vaksin Novavax, yang dilaporkan minggu ini sangat efektif dan aman.

Kedua vaksin menghasilkan antibodi penetral IgG yang besar terhadap SARS-CoV-2 dan respons sel T spesifik protein Spike -IL-17, IFN-g, dan TNF. Ini disebut T helper 1 respon imun. Yang penting, vaksin tidak menimbulkan respons T helper tipe 2, yang dapat merusak kemanjuran dan keamanan vaksin pada bayi.

Respons semacam itu dapat melawan respons imun terhadap virus. Tanggapan T helper 2 telah menghambat pengembangan vaksin pada anak kecil, terutama untuk Respiratory Syncytial Virus (RSV) yang umum.

De Paris akan memeriksa bukti respons T helper 2, seperti IL4, dalam plasma darah semua kera untuk memastikan tidak ada vaksin yang menghasilkan respons seperti itu. “Kami perlu terus mempelajari ini, tetapi sejauh ini kami belum melihat bukti tentang ini,” tutur dia.

Pengujian vaksin pada anak kecil saat ini sedang berlangsung, seperti yang dianjurkan oleh American Academy of Pediatrics. Menurut Permar, vaksin untuk bayi kemungkinan menjadi hal yang penting dan aman untuk membatasi penyebaran virus tersebut.

“Kita tahu anak-anak dapat menularkan virus kepada orang lain, baik mereka sakit akibat infeksi SARS-CoV-2 atau tetap tanpa gejala,” ujar Permar, yang juga seorang dokter anak.

Selain itu, banyak anak menjadi sakit dan bahkan meninggal karena infeksi, dan lebih banyak lagi yang terkena dampak negatif dari langkah-langkah yang dilakukan untuk menghentikan penyebaran. “Dengan demikian, anak-anak kecil berhak mendapatkan perlindungan dari Covid-19,” ujar Permar.

MEDICAL EXPRESS | SCIENCE IMMUNOLOGY

Baca:
Tips dari Para Ahli Agar Tidak Tertular Covid-19 Varian Baru

Berita terkait

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

17 jam lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

1 hari lalu

Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

Selain penampilan, orang tinggi diklaim punya kelebihan pada kesehatan dan gaya hidup. Berikut keuntungan memiliki tinggi badan di atas rata-rata.

Baca Selengkapnya

Selain Tikus, Inilah 4 Hewan yang Kerap Dijadikan Percobaan Penelitian

1 hari lalu

Selain Tikus, Inilah 4 Hewan yang Kerap Dijadikan Percobaan Penelitian

Berikut beberapa hewan yang kerap dijadikan hewan percobaan dalam penelitian:

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

1 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

2 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Jenis Vaksin yang Dianjurkan Pakar untuk Jemaah Haji

2 hari lalu

Jenis Vaksin yang Dianjurkan Pakar untuk Jemaah Haji

Empat jenis vaksin sangat penting bagi jemaah haji, terutama yang masuk populasi berisiko tinggi seperti lansia dan pemilik komorbid.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

5 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

9 hari lalu

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa

Baca Selengkapnya

KPK Tuntut Bekas Bupati Muna Hukuman 3,5 Tahun Penjara dalam Korupsi Dana PEN

9 hari lalu

KPK Tuntut Bekas Bupati Muna Hukuman 3,5 Tahun Penjara dalam Korupsi Dana PEN

"Terbukti secara sah dan meyakinkan," kata jaksa KPK di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat saat membacakan surat tuntutan pada Kamis, 18 April 2024.

Baca Selengkapnya

Begini Cara Menulis Artikel Ilmiah di Jurnal Terindeks Scopus

9 hari lalu

Begini Cara Menulis Artikel Ilmiah di Jurnal Terindeks Scopus

Jurnal terindeks Scopus menjadi salah satu tujuan para peneliti di Indonesia untuk mempublikasikan artikel ilmiah atau penelitiannya, bagaimana cara menulis artikel ilmiah yang terindeks scopus?

Baca Selengkapnya