Ramai Obat Ivermectin untuk Covid-19, Ini Imbauan Guru Besar FKUI

Rabu, 23 Juni 2021 21:08 WIB

Ivermectin. Kredit: Brazilian Report

TEMPO.CO, Jakarta - Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Ari Fahrial Syam, menanggapi ramainya informasi obat Ivermectin untuk pasien Covid-19. Dia membenarkan Badan Pengawas Obat dan Makanan atau BPOM sudah mengeluarkan izin edar dari obat tersebut, tapi bukan untuk pasien Covid-19.

“Izin edar Ivermectin itu sebagai obat cacing, ini yang harus dipahami masyarakat,” ujar Ari dalam video yang diunggah di akun Instagram miliknya @dokterari, Rabu, 23 Juni 2021. Tempo sudah diizinkan untuk mengutip video tersebut.

Dalam hal penggunaan sebagai obat cacing, Ari yang juga Dekan FKUI itu, mengatakan bahwa Ivermectin dikonsumsi hanya dosis tunggal, bukan obat yang dikonsumsi setiap hari seperti obat pada umumnya. Jika dilihat dari kinerjanya, Ivermectin mampu membunuh cacing secara langsung dan bekerja secara lokal.

Karena cacing ada di saluran pencernaan, menurut Ari, ketika Ivermectin kontak, maka cacing akan langsung mati. “Nah Ivermectin pun digunakan untuk berbagai macam parasit-parasit lainnya. Tapi, sekali lagi itu bekerjanya dosis tunggal,” tutur Ari.

Selain itu, lulusan master biologi molekuler dari University of Queensland, Australia, itu juga mengatakan bahwa kepopuleran Ivermectin sebagai obat Covid-19 didasarkan oleh penelitian in-vitro—penelitian yang baru dilakukan di tingkat sel atau masih praklinik. “Belum sampai uji klinik,” kata dia.

Advertising
Advertising

Dalam penelitian in-vitro memang disebutkan bahwa Ivermectin mampu menghambat kinerja dari virus penyebab Covid-19, yaitu SARS-CoV-2. Namun, Ari mengingatkan, jika masih dalam tahap penelitian in-vitro, maka masih belum diketahui berapa dosis yang tepat ketika digunakan pada hewan, termasuk manusia yang terinfeksi Covid-19.

“Jadi saya rasa ini penting harus diketahui masyarakat, saat ini sejatinya Ivermectin masih kita sebut sebagai obat cacing,” kata dokter spesialis penyakit dalam gastroenterologi-hepatologi itu.

Hal yang perlu diketahui juga adalah efek samping dari Ivermectin sebagai obat cacing. Karena masuk dalam sistem pencernaan, obat bisa menimbulkan efek samping berupa mual, muntah, nyeri hulu hati, diare, dan sakit kepala. Dan jika dikonsumsi dalam jumlah besar dan dalam jangka pendek, tentu yang paling terganggu adalah liver. “Jadi bisa menyebabkan kerusakan pada liver.”

Ari mengimbau kepada masyarakat agar tidak terburu-buru untuk membeli Ivermectin apabila tujuannya untuk pencegahan atau mengobati Covid-19. Namun, jika ingin dikonsumsi sebagai obat cacing tidak masalah, tapi ada hal-hal yang perlu diperhatikan. “Yang harus diperhatikan apakah ada riwayat alergi sebelumnya dan juga harus mengantisipasi efek samping yang timbul ketika obat itu dikonsumsi,” ujar pria kelahiran Jakarta, 55 tahun lalu itu.

Baca:
FDA Beberkan Fakta Menarik Ivermectin, Bisa untuk Hewan dan Manusia

Berita terkait

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

2 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

2 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

3 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Penjelasan Guru Besar FKUI Soal Kenapa 1 Juta Lebih WNI Pilih Berobat di Luar Negeri

3 hari lalu

Penjelasan Guru Besar FKUI Soal Kenapa 1 Juta Lebih WNI Pilih Berobat di Luar Negeri

Jokowi menyebut 1 juta lebih WNI berobat ke luar negeri. Apa alasannya?

Baca Selengkapnya

Unilever Tarik Es Krim Magnum di Inggris dan Irlandia dari Peredaran, Begini Penjelasan BPOM soal Produk Itu di RI

4 hari lalu

Unilever Tarik Es Krim Magnum di Inggris dan Irlandia dari Peredaran, Begini Penjelasan BPOM soal Produk Itu di RI

BPOM angkat bicara soal keamanan produk es krim Magnum yang beredar di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Guru Besar UGM Anjurkan Daun Pegagan untuk Terapi Daya Ingat, Begini Cara Kerjanya

5 hari lalu

Guru Besar UGM Anjurkan Daun Pegagan untuk Terapi Daya Ingat, Begini Cara Kerjanya

Tanaman liar pegagan dianggap bisa membantu terapi daya ingat. Senyawa aktifnya memulihkan fungsi hipokampus, bagian krusial pada otak.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

7 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya

Gelar Kampus Menggugat di Hari Kartini, Guru Besar UGM: Kita Bagian Kerusakan Demokrasi di Era Jokowi

7 hari lalu

Gelar Kampus Menggugat di Hari Kartini, Guru Besar UGM: Kita Bagian Kerusakan Demokrasi di Era Jokowi

Kegiatan Kampus Menggugat ini menyorot kondisi demokrasi di penghujung kepemimpinan Presiden Joko Widodo atau Jokowi yang merupakan alumnus UGM.

Baca Selengkapnya

Pakar Farmasi Bantah Obat Sakit Kepala Bisa Sebabkan Anemia Aplastik

8 hari lalu

Pakar Farmasi Bantah Obat Sakit Kepala Bisa Sebabkan Anemia Aplastik

Pakar menjelaskan kasus anemia aplastik akibat obat-obatan jarang terjadi, apalagi hanya karena obat sakit kepala.

Baca Selengkapnya

Unas Bentuk Tim Pencari Fakta Usut Kasus Kumba Digdowiseiso

9 hari lalu

Unas Bentuk Tim Pencari Fakta Usut Kasus Kumba Digdowiseiso

Unas membentuk Tim Pencari Fakta (TPF) dugaan pencatutan nama dalam publikasi jurnal internasional yang diduga melibatkan Kumba Digdowiseiso.

Baca Selengkapnya