Pendapat Epidemiolog Soal Vaksin Sinovac untuk Anak Indonesia dan Izin WHO

Rabu, 30 Juni 2021 06:43 WIB

Petugas kesehatan memasukan vaksin COVID-19 ke jarum untuk disuntikkan kepada pemuka agama saat vaksinasi COVID-19 massal dosis pertama di Palembang, Sumatera Selatan, Selasa 23 Maret 2021. Sebanyak 350 orang pemuka agama di Palembang mendapatkan penyuntikan vaksin COVID-19 Sinovac dosis pertama. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi

TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia bakal menggunakan vaksin Covid-19 Sinovac untuk anak di atas usia 12 tahun. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengeluarkan izin penggunaan darurat atau EUA tepat saat penambahan kasus baru Covid-19 kembali menanjak di tanah air saat ini.

Namun, Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO melalui situs resminya per 22 Juni 2021 lalu, baru merekomendasikan Pfizer saja sebagai vaksin yang cocok digunakan untuk anak usia di atas 12 tahun.

Menurut epidemiolog dari Universitas Sebelas Maret (UNS), Tonang Dwi Ardyanto, penggunaan obat termasuk vaksin di suatu negara itu adalah hak negara itu sendiri, dan dijalankan oleh lembaga otoritatif yang ditunjuk.

“Di Indonesia oleh BPOM. Jadi sebenarnya BPOM bisa saja menerbitkan izin tanpa harus menunggu adanya izin dari WHO sendiri,” ujar dia saat dihubungi, Selasa malam, 29 Juni 2021.

Sementara emergency use of listing (EUL) dari WHO, kata Tonang, merupakan izin untuk menggunakan vaksin dalam program GAVI/ COVAX—program WHO yang memberikan vaksinasi sebanyak 10-20 persen dari penduduk setiap negara yang menghendakinya. “Jadi EUL WHO itu bukan dasar penggunaan di suatu negara,” tutur Tonang.

Advertising
Advertising

Menurut Tonang yang juga dokter spesialis patologi klinik itu, beberapa vaksin Covid-19 seperti Pfizer, Moderna, AstraZeneca, Sinopharm, dan Sinovac itu semua sudah digunakan di beberapa negara sebelum terbit EUL WHO. Pfizer sudah mulai digunakan awal Desember 2020, tapi EUL WHO baru terbit di akhir Desember.

“Moderna malah baru 30 April 2021. AstraZeneca baru per April dapat EUL WHO. Padahal sudah sebelumnya digunakan. Karena sekali lagi itu hak masing-masing negara,” kata dia.

Dosen ilmu patologi klinik di UNS itu menambahkan, yang dilakukan saat ini di Indonesia adalah perluasan penggunaan vaksin. Menurutnya, yang diperlukan hanya hasil uji kliniknya, lalu dianalisis oleh BPOM sebagai lembaga otoritatif. “Jika disetujui, terbit emergency use of authorization atau EUA.”

Pernyataan Tonang itu juga diperkuat oleh Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Ari Fahrial Syam, yang menjelaskan bahwa hal yang penting adalah dari produsen vaksin menyatakan aman untuk anak berdasarkan uji klinik yang mereka lakukan.

"Yang harus diantisipasi adalah efek samping. Saya mesti cek, dan di finalnya BPOM pasti minta pendapat ahli untuk hal tersebut. Dan ketentuan penggunaannya sama dengan usia dewasa, yakni untuk mereka yang sehat,” ujar Ari yang juga Dekan FKUI itu.

Baca:
Vaksin Sinovac untuk Anak, Dua Guru Besar Tekankan Hasil Uji dan Efek Samping

Berita terkait

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

1 jam lalu

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.

Baca Selengkapnya

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

2 jam lalu

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

11 jam lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Respons Isu Efek Langka Vaksin AstraZeneca, Budi Gunadi: Benefitnya Jauh Lebih Besar

14 jam lalu

Respons Isu Efek Langka Vaksin AstraZeneca, Budi Gunadi: Benefitnya Jauh Lebih Besar

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin buka suara soal efek samping langka dari vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

16 jam lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

23 jam lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

1 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Pembekuan Darah Usai Vaksinasi AstraZeneca, Epidemiolog: Kasusnya Langka dan Risiko Terkena Minim

1 hari lalu

Pembekuan Darah Usai Vaksinasi AstraZeneca, Epidemiolog: Kasusnya Langka dan Risiko Terkena Minim

Pasien pembekuan darah pertama yang disebabkan oleh vaksin AstraZeneca adalah Jamie Scott.

Baca Selengkapnya

Saran Psikolog agar Anak Berkembang di Bidang Seni

1 hari lalu

Saran Psikolog agar Anak Berkembang di Bidang Seni

Orang tua perlu memberikan kesempatan kepada anak untuk bereksplorasi di berbagai bidang, baik seni maupun bidang lain.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

1 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya