Kenali Cara Kerja Telemedicine, Solusi Layanan Kesehatan di Masa Pandemi

Reporter

Tempo.co

Senin, 5 Juli 2021 12:25 WIB

Ilustrasi dokter. Sumber: Getty Images/iStockphoto/mirror.co.uk

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah mulai menerapkan telemedicine bagi pasien Covid-19 yang menjalani isolasi mandiri di rumah. Terdapat 11 aplikasi telemedicine yang digandeng pemerintah sebagai layanan pemeriksaan kesehatan bagi pasien Covid-19.

Telemedicine atau Telemedis diklaim sebagai teknologi yang menjadi solusi baru bagi pasien untuk mengetahui kondisi kesehatannya di masa pandemi Covid-19, tanpa harus bepergian dan bertemu secara langsung dengan tenaga medis.

Lalu, Apa itu Telemedicine? Bagaimana mekanismenya? Dan sejauh mana penggunaannya di dunia kesehatan di Indonesia?

Staf Ahli Menkes Bidang Teknologi Kesehatan dan Globalisasi, Achmad Yurianto menjelaskan, sebagai negara keempat dengan populasi terbesar di dunai, Telemedicine berbasis komunitas sangat penting bagi Indonesia. Karena itu, Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan teknologi layanan kesehatan berbasis digital.

Dilansir dari Wikipedia, Telemedicine merupakan layanan kesehatan jarak jauh menggunakan komunikasi audio, visual dan data medik eletronik yang ditransfer dari satu lokasi ke lokasi lain. Baik itu perawatan, diagnosis, konsultasi dan pengobatan, maupun pertukaran data medis dan diskusi ilmiah dari jarak jauh.

Advertising
Advertising

Penggunaan teknologi Telemedicine selain dapat mempermudah pasien, ternyata juga dapat menyebabkan turunnya tingkat stres yang dialami oleh dokter. Perusahaan di bidang teknologi kesehatan, Royal Philips mengumumkan temuan studi bertema Future Health Index (FHI) yang dilakukan di 15 negara. Hasil temuan menunjukkan adanya sikap dan keyakinan serta etos kerja yang luar biasa para tenaga kesehatan terhadap pekerjaannya, serta pandangan optimis untuk masa depan pelayanan kesehatan digital.

Meskipun begitu, mekanisme Telemedicine jelas berbeda dengan bertemu tenaga medis secara langsung. Lantaran, hal tersebut dipengaruhi oleh berbagai observasi yang tidak cukup hanya dengan melakukan rekam medis.

Untuk itu, Wakil Ketua Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Ikatan Dokter Indonesia (MKEK IDI) Pukovisa Prawiroharjo mengatakan bahwa pasien harus memahami bahwa kualitas pertemuan hingga diagnosis Telemedicine jelas berbeda tatap muka secara langsung.

Menurut Pukovisa, Secara garis besar, Telemedicine dapat membantu tenaga medis menangani pasien dengan melakukan pemeriksaan rekam medis serta keluhan yang dialami pasien tanpa harus bertatap muka. Namun, kekurangannya, tenaga medis tidak dapat melakukan pemeriksaan fisik. “Sehingga akan mempengaruhi kualitas diagnosanya,” katanya dalam seminar daring Digital Transformation: Breaking Through The Difficulties pada 15 Juni 2020 lalu.

Dengan demikian, menurut Pukovisa diperlukan adanya kerja sama antara pasien saat berkonsultasi dengan tenaga medis, sehingga apa yang dikonsultasikan via Telemedis lebih akurat. Di sisi lain, karena tenaga medis tidak dapat bertemu secara langsung, pasien juga harus meningkatkan kompetensi diri. Di antaranya mengetahui cara mengukur tekanan darah sendiri, mengetahui suhu tubuh, lingkar pinggang yang merujuk pada risiko diabetes, dan tes pernapasan hingga jantung.

“Karena ini berguna untuk membantu dokter menentukan obat dan pertolongan yang tepat,” terang Pukovisa.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Eric Daniel Tenda menuturkan peningkatan kompetensi diri tersebut dapat dipelajari dari situs kesehatan resmi. Dengan membekali diri, menurut Eric, pengecekan kesehatan akan sangat membantu tenaga medis. “Jadi keberhasilan pengobatan jika mengandalkan pembatasan jarak sepenuhnya tergantung dari kerja sama keduanya,” katanya.

Di Indonesia sendiri, Telemedicine sudah memiliki regulasi dan tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 20 Tahun 2019. Dalam pasal 3 peraturan tersebut menyebutkan bahwa layanan Telemedicine tak terbatas pada konsultasi saja, Telemedis ini juga meliputi pelayanan teleradiologi, tele-EKG, tele-USG, dan lain-lain.

Berbagai platform online di Indonesia juga sudah memiliki layanan Telemedicine. CEO Halodoc Jonathan Sudharta mengatakan bahwa konsultasi yang diberikan secara daring melalui platform Telemedicine dapat memenuhi kebutuhan masyarakat untuk tetap berobat dan memeriksakan diri.

“Dengan wabah virus Corona, mereka pun bisa tetap menjaga diri karena tidak perlu pergi ke rumah sakit untuk mendapat perawatan,” kata Jonathan, dalam konferensi pers di Jakarta pada Senin, 23 Maret 2020 lalu.

Head of Medical Management Good Doctor Adhiatma Gunawan menerangkan bahwa selain dapat memberikan antisipasi penyebaran virus Corona akibat bepergian ke tempat ramai, Telemedicine dapat menjangkau berbagai pasien di Indonesia.

“Pasien yang mengalami keluhan tidak hanya di Jawa, tapi bisa juga di Sumatera, Kalimantan dan sebagainya. Mereka pun juga bisa mendapatkan akses kesehatan yang sama lewat Telemedicine,” kata Adhitama.

HENDRIK KHOIRUL MUHID

Baca juga: Selain Konsultasi Gratis, Pasien Isoman Bisa Dapat Ini dari 11 Telemedicine

Berita terkait

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

1 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

1 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

1 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

2 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

2 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

8 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

8 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

9 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Pasca Pandemi, Gaya Belanja Offline Tetap Digemari Masyarakat

11 hari lalu

Pasca Pandemi, Gaya Belanja Offline Tetap Digemari Masyarakat

Riset menyatakan bahwa preferensi konsumen belanja offline setelah masa pandemi mengalami kenaikan hingga lebih dari 2 kali lipat.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

13 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya