Setelah Isolasi Mandiri Masih Bergejala? Ini Waktu yang Tepat untuk Tes PCR

Reporter

Tempo.co

Editor

Nurhadi

Kamis, 8 Juli 2021 19:00 WIB

Calon penumpang mengikuti tes acak swab antigen sebelum naik Kereta Rangkaian Listrik saat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat di Stasiun Bekasi, Kota Bekasi, Jawa Barat, Senin, 5 Juli 2021. PT KCI juga mewajibkan penumpang KRL memakai masker ganda. Masker yang disarankan adalah masker bedah dilapisi dengan masker kain. Apabila mau pakai masker tunggal, maka bisa memakai masker KN95, N95, maupun KF94. TEMPO / Hilman Fathurrahman W

TEMPO.CO, JakartaIsolasi mandiri menjadi salah satu jenis kegiatan baru yang muncul sebagai akibat dari munculnya pandemi Covid-19. Kegiatan ini merupakan respons dari karakteristik virus SARS-CoV-2, virus penyebab pandemi Covid-19, yang sangat cepat menular. saking cepatnya, interaksi sosial biasa pun dapat menjadi sarana penularan. Oleh karena itu, mengisolasi diri sendiri menjadi salah satu cara untuk mencegah penularan virus tersebut.

Isolasi mandiri, pada umumnya, dilakukan ketika seseorang dinyatakan positif terinfeksi Covid-19 atau baru saja terlibat kontak erat dengan pasien positif Covid-19. Isolasi mandiri umumnya akan berlangsung selama 14 hari. Meskipun demikian, setelah melakukan isolasi mandiri, pasien positif atau kontak erat masih perlu untuk melakukan tes. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa tubuh telah bebas dari virus.

Meskipun demikian, dilansir dari laman resmi Kementerian Kesehatan RI, tes PCR setelah isolasi mandiri tidak perlu dilakukan. Sebab, tes PCR tidak mampu membedakan virus yang aktif menginfeksi dengan virus yang tidak aktif. Hal ini membuat hasil tes PCR setelah isolasi mandiri tidak akurat.

Namun, pasien yang terlibat kontak erat atau bahkan bergejala lagi setelah isolasi mandiri tetap perlu melakukan tes. Waktu untuk melakukan tes setelah isolasi mandiri perlu dipertimbangkan. Sebab, waktu pelaksanaan tes akan berpengaruh terhadap akurasi hasil tes.

Fenomena yang umum terjadi adalah false negative. Dilansir dari Live Science, false negative adalah kondisi ketika seseorang mendapatkan hasil positif, tetapi sebenarnya tidak. Salah satu cara untuk mencegah terjadinya false negative adalah dengan mengatur waktu tes Covid-19.

Advertising
Advertising

Dikutip dari jurnal Annals of Medicine Journals, tes swab dilakukan setelah 3 hari setelah munculnya gejala atau 8 hari setelah terlibat kontak erat. False-negative dapat dihindari dengan cara memberi jarak antara kontak erat dan munculnya gejala. Setelah melakukan tes yang pertama, tes kedua perlu dilakukan.

Tes swab kedua perlu dilakukan untuk mengonfirmasi hasil tes yang pertama. Waktu ideal untuk pelaksanaan tes kedua adalah 5 hari setelah tes yang pertama dilakukan. Tes kedua hanya diperuntukan untuk mereka yang hasil pertama adalah negatif.

BANGKIT ADHI WIGUNA

Baca juga: Waktu yang Tepat untuk Tes Swab dan Kapan Harus Diulang Jika Hasilnya Negatif

Berita terkait

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

1 hari lalu

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

Jokowi mengatakan kemampuan produksi dokter spesialis Indonesia hanya 2.700 per tahun.

Baca Selengkapnya

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

1 hari lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

3 hari lalu

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

Bayi harus menjalani imunisasi karena beberapa alasan tertentu yang akan dibahas dalam artikel ini.

Baca Selengkapnya

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

3 hari lalu

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

3 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

3 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

4 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

4 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

4 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

10 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya