Kasus Covid-19 Meningkat di Sebagian Besar Negara Bagian AS

Reporter

Terjemahan

Editor

Erwin Prima

Rabu, 14 Juli 2021 07:41 WIB

Dua orang pejalan kaki melintasi Times Square di New York, Amerika Serikat (AS), pada 28 September 2020. Amerika Serikat menjadi negara dengan jumlah korban meninggal Covid-19 terbanyak di dunia yaitu 211,475 dikutip dari situs Worldometers.info. (Xinhua/Wang Ying)

TEMPO.CO, Jakarta - Kasus virus corona Covid-19 meningkat di sebagian besar negara bagian Amerika Serikat (AS) karena varian delta terus menyebar ke seluruh negeri.

Sementara jumlah infeksi di AS jauh lebih rendah daripada selama puncak pandemi terburuk, negara itu masih mengalami peningkatan dalam kasus. Rata-rata tujuh hari infeksi baru adalah lebih dari 21.000, yang merupakan tertinggi yang dilaporkan sejak akhir Mei, menurut data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).

"Angka-angka ini dan apa yang kami lihat di seluruh negeri mengungkapkan dua kebenaran tentang keadaan pandemi saat ini," kata Direktur CDC Rochelle Walensky saat konferensi pers pekan lalu, sebagaimana dikutip US News, 13 Juli 2021.

“Di satu sisi, kami telah melihat keberhasilan program vaksinasi kami selama delapan bulan terakhir, dengan kasus, rawat inap, dan kematian jauh lebih rendah daripada puncak yang kami lihat pada Januari. Namun, di sisi lain, kami mulai lihat beberapa tren baru dan mengkhawatirkan. Sederhananya, di daerah dengan cakupan vaksinasi rendah, kasus dan rawat inap meningkat," tambahnya.

Negara bagian yang mengalami kenaikan tertinggi termasuk Louisiana, Tennessee, Alabama, California, Kansas, Florida, Arkansas, Nevada dan Georgia, menurut data dari Universitas Johns Hopkins.

Advertising
Advertising

Varian delta, yang sekarang menjadi strain dominan di AS, mencapai hampir 52 persen dari total kasus baru, menurut perkiraan terbaru CDC. Namun, di negara bagian Midwest dan Upper Mountain itu bisa bertanggung jawab atas sekitar 80 persen kasus baru, kata Walensky.

Strain ini diyakini sebagai yang paling mudah menular yang diidentifikasi sejauh ini dan "saat ini melonjak di kantong negara dengan tingkat vaksinasi yang rendah," menurut Walensky.

Sementara itu, rata-rata tujuh hari dosis vaksin virus corona yang diberikan kurang dari 415.000 per hari. Ini rata-rata terendah sejak awal Januari. Presiden Joe Biden baru-baru ini merinci strategi baru pemerintah federal untuk membuat orang divaksinasi, yang mencakup "secara harfiah mengetuk pintu" dalam beberapa kasus untuk membuat orang diinokulasi terhadap virus corona.

Sementara tingkat vaksinasi telah melambat, pembicaraan tentang suntikan booster telah meningkat.

Pfizer pekan lalu mengatakan bahwa perusahaan akan mencari otorisasi penggunaan darurat untuk dosis ketiga vaksin virus corona, mengutip kekhawatiran tentang varian delta. Tetapi CDC dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sejauh ini menolak gagasan suntikan booster.

Baca:
Infeksi Varian Delta, WHO: Orang yang Sudah Vaksin Tak Sakit Parah

Berita terkait

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

1 jam lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa Irlandia Berkemah di Trinity College Dublin untuk Protes Pro-Palestina

10 jam lalu

Mahasiswa Irlandia Berkemah di Trinity College Dublin untuk Protes Pro-Palestina

Mahasiswa Irlandia mendirikan perkemahan di Trinity College Dublin untuk memprotes serangan Israel di Gaza.

Baca Selengkapnya

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

22 jam lalu

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

Israel belum menyampaikan kepada pemerintahan Presiden Amerika Serikat Joe Biden ihwal "rencana komprehensif" untuk melakukan invasi terhadap Rafah.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

1 hari lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Kronologi Pemberangusan Demo Mahasiswa Amerika Pro-Palestina

1 hari lalu

Kronologi Pemberangusan Demo Mahasiswa Amerika Pro-Palestina

Kepolisian Los Angeles mengkonfirmasi bahwa lebih dari 200 orang ditangkap di LA dalam gejolak demo mahasiswa bela Palestina. Bagaimana kronologinya?

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

1 hari lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Israel Berencana Usir Warga Palestina dari Rafah ke Pantai Gaza

1 hari lalu

Israel Berencana Usir Warga Palestina dari Rafah ke Pantai Gaza

Israel berencana mengusir warga Palestina keluar dari Kota Rafah di selatan Gaza ke sebidang tanah kecil di sepanjang pantai Gaza

Baca Selengkapnya

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

1 hari lalu

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

Seorang detektif swasta Israel yang dicari oleh Amerika Serikat, ditangkap di London atas tuduhan spionase dunia maya

Baca Selengkapnya

Belgia Kecam Intimidasi Israel dan AS terhadap ICC

1 hari lalu

Belgia Kecam Intimidasi Israel dan AS terhadap ICC

Kementerian Luar Negeri Belgia mengatakan pihaknya "mengutuk segala ancaman dan tindakan intimidasi" terhadap Pengadilan Kriminal Internasional (ICC)

Baca Selengkapnya

Hamas dan CIA Bahas Gencatan Senjata Gaza di Kairo

1 hari lalu

Hamas dan CIA Bahas Gencatan Senjata Gaza di Kairo

Para pejabat Hamas dan CIA dijadwalkan bertemu dengan mediator Mesir di Kairo untuk merundingkan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya