Begini Kementerian Kesehatan Pantau Pasien Covid-19 Isolasi Mandiri

Reporter

Tempo.co

Minggu, 18 Juli 2021 03:30 WIB

Pekerja menyortir obat Covid-19 di gerai ekspedisi pengiriman barang Sicepat di Jalan K.S Tubun, Petamburan, Jakarta, Sabtu, 17 Juli 2021. Pemerintah Pusat resmi membagikan sebanyak 300.000 paket obat gratis berupa multivitamin, Azithtromycin, dan Oseltamivir bagi pasien Covid-19 yang menjalani isolasi mandiri di Pulau Jawa dan Bali. TEMPO / Hilman Fathurrahman W

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Kesehatan meminta semua warga yang terkonfirmasi positif Covid-19 tidak panik dan berlomba-lomba mendapatkan perawatan di rumah sakit. Kementerian menetapkan hanya mereka yang terukur memiliki saturasi oksigen di bawah 95 persen yang akan diterima untuk opname.

Selebihnya akan dimotivasi untuk menjalani isolasi terpusat maupun, jika memenuhi persyaratan, isolasi mandiri di rumah. Garis tegas diambil sebagai manajemen kasus demi mengurangi beban rumah sakit yang sebagian sudah sangat berlebih karena bed occupancy rate lebih dari 80 persen (zona merah).

"Secara teoritis, 20 persen dari kasus aktif butuh bed, butuh layanan rumah sakit, dan 5 persen dari 20 persen itu butuh layanan ICU. Itu sangat berat buat kita," kata Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan, Abdul Kadir, dalam sebuah diskusi yang diselenggarakan daring, Jumat malam 17 Juli 2021.

Pada hari itu dia menyebut angka kasus aktif Covid-19 di Indonesia sebesar 504.915 sehingga kebutuhan ranjang rumah sakit--secara teori--sebanyak lebih dari 100 ribu. Sebanyak tujuh provinsi disebutkannya sudah berada di zona merah untuk bed occupancy rate rumah sakit yakni Banten, DKI Jakarta, Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Lampung, dan Kalimantan Timur.

Itu sebabnya pasien dengan saturasi oksigen lebih dari 95 persen diminta isolasi mandiri. Bagi mereka, Kementerian Kesehatan menjanjikan pemantauan dan dukungan.

Advertising
Advertising

Abdul Kadir menyebutkan kalau pemerintah telah meluncurkan layanan resmi telemedicine atau layanan dokter jarak jauh. Pasien dipersilakan memanfaatkan satu di antara 11 platform online yang telah digandeng Kementerian Kesehatan untuk layanan tersebut.

Dalam diskusi tersebut Abdul Kadir menyatakan kalau sistem telemedicine sebenarnya telah terintegrasi sejak seorang warga menerima hasil tes PCR dari laboratorium yang terintegrasi dalam jaringan Kementerian Kesehatan. "Pasien terkonfirmasi positif oleh laboratorium, datanya akan masuk NAR," katanya merujuk sistem aplikasi yang dimiliki Kemenkes.

Selanjutnya, pasien diinfokan melalui chat WhatsApp untuk tetap tenang dan tidak pelu panik serta melakukan isolasi mandiri jika memenuhi syarat untuk melakukan itu. "Pasien akan dipantau dan dalam masa pemantauan dapat melakukan konsultasi dan berobat melalui layanan telemedicine," katanya.

Dokter di telemedicine yang selanjutnya akan melakukan pemeriksaan, screening dan menentukan apakah pasien memiliki gejala ringan, sedang, berat atau kritis. Kalau ringan atau tanpa gejala, dokter akan buatkan dan kirim resep ke apotek Kimia Farma. Obat resep lalu akan diantar ke rumah pasien menggunakan layanan Si Cepat.

"Hari ini ada 3.700 orang di Jakarta yang diantarkan obat ke rumahnya," kata Abdul Kadir di ujung presentasinya. Saat itu pula dia mengungkapkan kalau Kementerian Kesehatan telah mulai memperluas layanan telemedicine dan antar obat pasien Covid-19 itu ke Jabodetabek. "Bulan-bulan berikutnya akan diperluas ke seluruh indonesia," katanya.

Baca juga:
Kasus Covid-19 Yogya, Jumlah Kasus Baru Anjlok Berlanjut?

Berita terkait

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

16 jam lalu

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

Tautan phishing itu berisi permintaan verifikasi data kesehatan pada SATUSEHAT.

Baca Selengkapnya

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

3 hari lalu

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

Direktorat Jenderal Bea dan Cuka (Bea Cukai) mendapat kritik dari masyarakat perihal sejumlah kasus viral.

Baca Selengkapnya

Upaya Kemenkes Atasi Banyaknya Warga Indonesia yang Pilih Berobat ke Luar Negeri

5 hari lalu

Upaya Kemenkes Atasi Banyaknya Warga Indonesia yang Pilih Berobat ke Luar Negeri

Ada sejumlah persoalan yang membuat banyak warga Indonesia lebih memilih berobat ke luar negeri.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

5 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

1 Juta Warga Indonesia Berobat ke Luar Negeri, Kemenkes: Layanan Kesehatan Belum Merata

5 hari lalu

1 Juta Warga Indonesia Berobat ke Luar Negeri, Kemenkes: Layanan Kesehatan Belum Merata

Jokowi sebelumnya kembali menyinggung banyaknya masyarakat Indonesia yang berobat ke luar negeri dalam rapat kerja Kemenkes.

Baca Selengkapnya

PBB: Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza

5 hari lalu

PBB: Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza

Serangan Israel ke Gaza telah meninggalkan sekitar 37 juta ton puing di wilayah padat penduduk, menurut Layanan Pekerjaan Ranjau PBB

Baca Selengkapnya

Bantu Warga Terdampak Gunung Ruang, Kementerian Kesehatan Salurkan 13 Ribu Masker

9 hari lalu

Bantu Warga Terdampak Gunung Ruang, Kementerian Kesehatan Salurkan 13 Ribu Masker

Kementerian Kesehatan membantu warga terdampak Gunung Ruang di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara dengan penyediaan masker.

Baca Selengkapnya

Alasan Pusat Krisis Kemenkes Mengirim Tim ke Lokasi Banjir Musi Rawas Utara

9 hari lalu

Alasan Pusat Krisis Kemenkes Mengirim Tim ke Lokasi Banjir Musi Rawas Utara

Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes mengirimkan tim khusus ke area banjir Musi Rawas Utara. Salah satu tugasnya untuk antisipasi penyakit pasca banjir.

Baca Selengkapnya

Kisah Kardinah, Adik RA Kartini yang Berjasa namun Dipersekusi di Tegal

11 hari lalu

Kisah Kardinah, Adik RA Kartini yang Berjasa namun Dipersekusi di Tegal

Meski dari kalangan bangsawan, keluarga Kartini ini kerap membantu masyarakat. Namun adik Kartini dipersekusi dan darak keliling kota hingga trauma.

Baca Selengkapnya

Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

19 hari lalu

Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

Kementerian Kesehatan mencatat hipertensi menjadi penyakit yang paling banyak ditemui di Pos Kesehatan Mudik Idulfitri 1445 H/2024 M.

Baca Selengkapnya