Kasus Covid-19 Rendah tapi Kematian Tinggi, Ini Penjelasan Guru Besar UI
Reporter
Moh Khory Alfarizi
Editor
Erwin Prima
Senin, 23 Agustus 2021 13:56 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Angka kasus Covid-19 harian di Indonesia perlahan-lahan menurun jika melihat data Satuan Tugas Penanganan Covid-19, per Minggu, 22 Agustus 2021, dengan penambahan mencapai 12.0408. Namun, meskipun kasus harian menurun, angka kematiannya di Indonesia di atas seribu jiwa, yang masih cukup tinggi.
Guru Besar di Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Tjandra Yoga Aditama, menjelaskan beberapa hal mengapa hal itu bisa terjadi. Dia menyarankan agar sebaiknya dibuat analisa mendalam terlebih dahulu tentang kematian, dalam dua aspek.
Pertama, dari pola kematian di masyarakat. Dalam kasus meninggal tersebut apakah sudah ke rumah sakit, apakah ada komorbid, apakah dalam konsultasi dengan tenaga kesehatan, dan lainnya. “Kedua, dianalisa penyebab kematian di rumah sakit sesuai ICD,” ujar dia saat dihubungi, Senin, 23 Agustus 2021.
Selain itu, Tjandra yang merupakan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara periode 2018-2020 itu melanjutkan, angka kematian akibat Covid-19 saat ini sekitar 3 persen. Tingginya angka yang meninggal juga terjadi karena masih tingginya jumlah kasus di masyarakat. Sehingga, kata dia, persentasi yang meninggal juga masih tinggi.
Menurut dokter spesialis paru itu, masih tingginya angka penularan di masyarakat, ditandai dengan angka kepositifan sekitar 20 persen. “Angka itu empat kali lebih tinggi dari angka WHO dan hampir 10 kali lebih tinggi dari India,” tutur dia.
Sementara, kasus yang terjadi pada yang isolasi mandiri atau isolasi terpusat, bukan tidak mungkin perburukan terjadi, dan belum tentu hanya karena Covid-19, tapi juga komorbid yang tidak terkontrol. Pada yang dirawat di rumah sakit, angka kematian dapat terjadi karena keadaan pasien yang sudah berat ketika masuk. “Dan atau mungkin juga faktor-faktor lain di rumah sakit.”
Alasan lainnya adalah masih belum tercapainya target tes yang 400 ribu sehari dan telusur yang 15 kontak per kasus positif. Sehingga, Tjandra berujar, belum semua kasus di masyarakat yang terdeteksi. Hal ini membuat kemungkinan kasus-kasus tersebut tidak ditemukan secara dini.
“Juga masih rendahnya cakupan vaksinasi, yang masih sekitar 15 persen. Ini juga bisa menjadi kemungkinan mengapa jumlah kematian masih tinggi,” ujar Tjandra.
Sebagai informasi, Tjandra juga memberikan data Case Fatality Rate (CFR) Indonesia, negara tetangga ASEAN, dan negara lain, dari John Hopkins University. Indonesia persentasi CFR-nya 3,2 persen; Myanmar 3,8 persen; Malaysia dan Thailand 0,9 persen; Kamboja 2,0 persen; Vietnam 2,2 persen; Timor Leste 0,3 persen; Singapura 0,1 persen; Laos 0,1 persen; Korea Selatan 0,9 persen; Amerika Serikat 1,7 persen; dan India 1,3 persen.
Baca:
Menkes Budi Gunadi: 95 Persen Pasien Covid-19 Sembuh Jika Cepat Tertangani