Pengguna Media Sosial Pilih Hubungan Parasosial dengan Influencer Saat Pandemi

Reporter

Erwin Prima

Editor

Erwin Prima

Sabtu, 9 Oktober 2021 08:25 WIB

Ilustrasi Media Sosial (Medsos).

TEMPO.CO, Jakarta - Hubungan satu pihak, yang juga dikenal sebagai hubungan parasosial, antara pengguna media sosial dan influencer berkembang di seluruh dunia, termasuk di Asia Tenggara, di tengah masa pandemi dan isolasi (lockdown) Covid-19 yang terus berlanjut.

Sebuah studi global terhadap lebih dari 15.000 orang di 25 negara dari Kaspersky menemukan bahwa hampir setengah (47 persen) pengguna media sosial percaya bahwa influencer yang mereka ikuti telah memberi mereka 'pelarian dari kenyataan'.

Jumlahnya relatif lebih tinggi untuk Asia Tenggara, dimana wilayah ini menjadi yang pertama kali dilanda pandemi di luar Cina pada tahun 2020. Seperti, lebih dari tiga dari lima (61 persen) responden Asia Tenggara mengakui bahwa influencer membantu mereka melupakan dan melarikan diri dari kenyataan.

Secara global, setidaknya lebih dari satu dari lima (21 persen) percaya bahwa mereka 'bisa berteman' dengan influencer yang mereka ikuti, dengan data Asia Tenggara dua digit lebih tinggi dari rata-rata global sebesar 31 persen.

Selain itu, 22 persen responden global juga mengaku telah mengirim pesan pribadi ke influencer. Terlepas dari sebagian besar fenomena virtual dari hubungan ini, lebih dari sepertiga (34 persen) pengguna media sosial bahkan telah bertemu dengan beberapa influencer yang mereka ikuti dalam kehidupan nyata, dan persentase tinggi sebesar 56 persen di wilayah Asia Tenggara.

Advertising
Advertising

“Meskipun lebih dari setengah (56 persen) orang telah aktif di media sosial selama lebih dari satu dekade, banyak dari kita masih mencari tahu bagaimana untuk menyeimbangkan hal positif dari media sosial dengan yang negatif,” kata David Emm, peneliti keamanan utama di Kaspersky, dalam keterangannya akhir pekan ini.

“Sekarang kita telah memasuki era baru di mana hubungan virtual sebuah hal yang umum. Hubungan parasosial ini sering kali dapat menyebabkan terlalu banyak berbagi atau oversharing di media sosial, karena orang-orang ingin terus mengembangkan hubungan ini. Namun, di sisi lain ini juga dapat menyebabkan sejumlah besar konsekuensi negatif dan tak terduga–upaya peretasan dan phishing, doxing dan intimidasi, merugikan reputasi online, dan lain lain,” tambahnya.

Selama masa penguncian sosial di dunia berturut-turut, banyak yang menghabiskan waktu lama di rumah dan beralih ke teman virtual untuk menggantikan kehidupan sosial yang hilang. Jenis hubungan sepihak ini memiliki daya tarik yang kuat terhadap banyak orang.

Lebih dari tujuh dari 10 (77 persen) di sini mengatakan bahwa mereka banyak mendapatkan hal baru dari influencer yang mereka ikuti di berbagai bidang seperti kesehatan, hobi, gaya, dan berita. Lebih dari satu dari dua (55 persen) juga mengungkapkan bahwa mengikuti orang terkenal secara online telah memberikan mereka sebuah hubungan yang tidak pernah didapatkan sebelumnya dengan orang lain.

Hampir setengah (44 persen) mengatakan mereka 'bergantung' pada konten influencer dan hampir dua dari 10 (17 persen) bahkan mengatakan mereka merasa hampa jika tidak memiliki keterlibatan dengan influencer.

Sementara hubungan parasosial ini memang ada, pengguna media sosial di Asia Tenggara juga melakukan tindakan untuk dapat berhubungan dengan influencer yang mereka ikuti. Banyak yang mencari kontak langsung dengan cara mengomentari posting influencer (46 persen) atau memberikan reaksi terhadap posting atau cerita mereka (39 persen).

Layaknya penggemar terhadap idola, pengguna media sosial di sini juga berinteraksi dengan influencer dalam berbagai cara seperti menghadiri acara yang mereka selenggarakan (19 persen), mengirim fan-art (16 persen), mengirim pesan secara pribadi (15 persen), berhubungan melalui pesan pribadi (15 persen), email (15 persen) dan bahkan menelepon influencer atau agensi mereka secara langsung (12 persen).

Di sini menjadi jelas bahwa media sosial merupakan bagian penting bagi banyak orang selama pandemi, dengan hampir enam dari 10 (59 persen) secara global mengatakan media sosial telah menyediakan koneksi penting bagi mereka selama pandemi. Angka ini tertinggi di kalangan kelompok muda berusia 18-34 tahun (71 persen), yang cukup mengandalkan media sosial untuk konektivitas.

Orang-orang di Vietnam (94 persen) dan Afrika Selatan (79 persen) adalah yang paling mungkin menganggap media sosial merupakan koneksi penting bagi mereka, meskipun sepertiga orang di seluruh dunia (33 persen) mengatakan mereka menjadi kurang toleran terhadap orang-orang di media sosial selama pandemi.

“Dapat dimengerti dengan adanya masa lockdown yang kita semua alami selama setahun terakhir dapat membuat orang-orang akan tertarik pada hubungan online dan parasosial untuk mencegah kesepian dan kebosanan, tetapi sangat penting juga bagi semua untuk menyadari konsekuensi dari berbagi secara online dan dapat mengambil pendekatan yang lebih seimbang,” ujar Emm.

Baca:
Inilah Penyebab Facebook, Instagram, dan WhatsApp Down 7 Jam

Berita terkait

Semarakkan Hari Buruh Internasional dengan 30 Link Twibbon Ini

1 jam lalu

Semarakkan Hari Buruh Internasional dengan 30 Link Twibbon Ini

Twibbon dapat digunakan untuk turut menyemarakkan Hari Buruh Internasional pada 1 Mei 2024. Silakan unggah dan tayang.

Baca Selengkapnya

Lulus Magister Administrasi Bisnis ITB, Influencer Dokter Tirta Raih Predikat Cumlaude

1 jam lalu

Lulus Magister Administrasi Bisnis ITB, Influencer Dokter Tirta Raih Predikat Cumlaude

Bersama lulusan lain, dokter Tirta menghadiri Sidang Terbuka Wisuda Kedua ITB Tahun Akademik 2023/2024 di Gedung Sabuga, ITB.

Baca Selengkapnya

Seperti di Amerika, TikTok Bisa Dibatasi di Indonesia Jika Melanggar Kebijakan Ini

5 jam lalu

Seperti di Amerika, TikTok Bisa Dibatasi di Indonesia Jika Melanggar Kebijakan Ini

Kominfo mengaku telah mengatur regulasi terkait pelanggaran data pribadi oleh penyelenggara elektronik seperti TikTok.

Baca Selengkapnya

5 Negara Asia Tenggara Dilanda Gelombang Panas, Indonesia Diserang DBD

20 jam lalu

5 Negara Asia Tenggara Dilanda Gelombang Panas, Indonesia Diserang DBD

Negara-negara Asia Tenggara tengah berjuang melawan gelombang panas yang mematikan tahun ini.

Baca Selengkapnya

Influencer TikTok Perempuan Irak Ditembak Mati

2 hari lalu

Influencer TikTok Perempuan Irak Ditembak Mati

Seorang pria bersenjata yang mengendarai sepeda motor menembak mati seorang influencer media sosial perempuan terkenal Irak

Baca Selengkapnya

Anandira Puspita akan Jalani Sidang Perdana Praperadilan di PN Denpasar pada 6 Mei 2024

3 hari lalu

Anandira Puspita akan Jalani Sidang Perdana Praperadilan di PN Denpasar pada 6 Mei 2024

Anandira Puspita, akan menjalani sidang praperadilan perdana di Pengadilan Negeri atau PN Denpasar, Senin, 6 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Menlu Retno Setuju Upaya Bersama Berantas Judi Online: Ini Kejahatan Transnasional

3 hari lalu

Menlu Retno Setuju Upaya Bersama Berantas Judi Online: Ini Kejahatan Transnasional

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menilai penting penanganan judi online dapat diselesaikan secara bekerja sama.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

3 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Cara Cek Kelulusan Hingga Jadwal Seleksi Tes online Rekrutmen Bersama BUMN

4 hari lalu

Cara Cek Kelulusan Hingga Jadwal Seleksi Tes online Rekrutmen Bersama BUMN

Ini yang harus diperhatikan dan dipantau saat ikut rekrutmen bersama BUMN.

Baca Selengkapnya

Kapan Waktunya Anak Diberi Akses Internet Sendiri? Simak Penjelasan Psikolog

5 hari lalu

Kapan Waktunya Anak Diberi Akses Internet Sendiri? Simak Penjelasan Psikolog

Psikolog memberi saran pada orang tua kapan sebaiknya boleh memberi akses internet sendiri pada anak.

Baca Selengkapnya