Tips Dokter: Menyiapkan Anak untuk Mengikuti Pembelajaran Tatap Muka

Reporter

Antara

Editor

Erwin Prima

Kamis, 14 Oktober 2021 18:44 WIB

Suasana Pembelajaran Tatap Muka atau PTM di Sekolah Tunarungu Sushrusa, Denpasar, Bali. Foto: Antaranews

TEMPO.CO, Jakarta - Dokter spesialis anak dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Melanie Yudiana Iskandar, Sp.A mengatakan anak-anak harus dipastikan siap mengikuti pembelajaran tatap muka di sekolah, selain kesiapan pihak sekolah atau orang tua.

Menurut Melanie, dari sisi jenjang pendidikan, anak-anak yang duduk di bangku kelas 6 sekolah dasar (SD) cenderung lebih siap menjalani pembelajaran tatap muka ketimbang anak kelas 1 atau 2 SD.

“Lihat anak apakah sudah siap? Anak kelas 6 SD itu cukup siap, dia sudah mengerti. Tetapi anak kelas 1 atau 2 SD rasanya belum siap,” ujar dia secara daring, Kamis, 14 Oktober 2021.

Agar anak siap kembali belajar tatap muka, orang tua memiliki peranan yang tak bisa diabaikan dalam menerapkan protokol kesehatan khususnya menjaga jarak. Melanie mengatakan, biasanya motivasi anak ke sekolah bukan semata untuk belajar tetapi bertemu teman-teman mereka. Mereka berharap bisa berkegiatan di sekolah termasuk bermain seperti sebelum pandemi Covid-19.

Di sinilah orang tua perlu terus mengingatkan anak mengenai pentingnya menjaga jarak dan menjauhi kerumunan. Tetapi, ini tak berarti mengabaikan protokol kesehatan lain seperti terbiasa mengenakan masker, rajin mencuci tangan usai memegang barang-barang terutama milik sekolah dan memegang masker.

Advertising
Advertising

Orang tua juga disarankan terus mengingatkan anak agar tidak menyentuh masker mereka, saling berbagi makanan bahkan alat tulis.

Mengenai penggunaan sarung tangan selama di sekolah, Melanie tak menganjurkannya. Menurut dia, ketimbang sarung tangan, anak lebih baik rutin mencuci tangan usai memegang sesuatu. Cuci tangan yang dianjurkan menggunakan air mengalir dan sabun.

“Yang penting sering cuci tangan. Percuma kalau pakai gloves, virusnya menempel di gloves. Kalau masih pegang muka kita atau pegang barang percuma, yang penting sering cuci tangan, Kalau anak kecil, kulitnya masih sensitif, hati-hati penggunaan disinfektan, jadi cuci tangan di air mengalir dan sabun itu lebih bagus,” tutur Melanie.

Tak hanya soal protokol kesehatan, orang tua pun perlu memastikan anak sehat sebelum menghadiri pembelajaran tatap muka. Penuhilah kebutuhan nutrisi anak mulai dari karbohidrat, protein, lemak dan berbagai mikronutriennya termasuk vitamin dan zinc

Di sisi lain, pihak sekolah juga perlu menyiapkan fasilitas yang mendukung kegiatan belajar secara aman seperti menyediakan ruangan berventilasi yang baik dan mengkondisikan agar anak tak perlu melepas masker selama kegiatan belajar mengajar misalnya saat pelajaran menyanyi.

Sama seperti orang dewasa, anak juga berisiko terkena Covid-19 namun umumnya berasal dari kluster keluarga. Melanie berharap, dimulainya pembelajaran tatap muka tak menjadi sumber penularan untuk anak, sehingga orang tua dan pihak sekolah perlu memastikan protokol kesehatan tetap dijalankan anak selama belajar di sekolah.

Vaksinasi menurut studi diketahui membantu melindungi diri dari paparan Covid-19. Tetapi sejauh ini baru diberikan pada kelompok anak berusia di atas 12 tahun. Menurut Melanie, cukup berisiko bila vaksin dipaksakan diberikan pada anak usia di bawah 12 tahun sementara penelitian terkait ini terus berjalan. Demi mengurangi risiko anak terpapar Covid-19, mereka harus dipastikan menerapkan protokol kesehatan.

Sementara pada kelompok usia sekolah yang sudah bisa mendapatkan vaksinasi, seperti remaja, protokol kesehatan juga tetap harus dipastikan mereka terapkan. Khusus pada kelompok usia ini, ada dukungan untuk kesehatan jiwa juga diperlukan.

Dokter spesialis ilmu kesehatan jiwa konsultan kesehatan jiwa anak RSUI sekaligus staf pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dr. Fransiska Kaligis, Sp.KJ(K), mengatakan, seiring kasus Covid-19 yang turun dan dimulainya kegiatan sekolah tatap muka secara terbatas, beberapa remaja mungkin akan kembali ke sekolah dalam kondisi stres, cemas, kesepian atau bahkan berduka akibat kehilangan anggota keluarga.

Remaja sendiri termasuk kelompok usia yang rentan mengalami masalah kesehatan jiwa akibat adanya perubahan psikososial, neurobiologis sirkuit otak, dan hormonal terjadi di fase usia ini. Menurut Fransiska, kondisi ini perlu dipahami orangtua dan orang lain yang berada di sekitar remaja, agar tidak bersikap judgemental atau memberikan label yang menambah perasaan tidak nyaman.

Lebih lanjut, untuk mendukung kesehatan jiwa remaja saat kembali ke sekolah, dia menyarankan para guru atau tenaga pengajar melakukan sejumlah hal antara lain: mendengarkan keluhan remaja, menunjukkan empati dan jika memungkinkan pihak sekolah dapat mengadakan diskusi one-on-one agar lebih memahami kebutuhan remaja.

Selanjutnya, tanyakan bagaimana kabar remaja, sediakan informasi yang akurat dan terpercaya terkait Covid-19 sesuai dengan usia mereka, minta masukan dan libatkan remaja untuk menciptakan suasana belajar yang aman dan nyaman, peka dan waspada terhadap perubahan tingkah laku remaja, dan ajak mereka berkegiatan dan berolahraga agar tercipta interaksi.

Fransiska mengatakan, perkembangan remaja sangatlah dinamis dan dipengaruhi oleh kondisi individu dan lingkungan, sehingga memerlukan perhatian khusus terhadap remaja dalam periode kembali ke sekolah.

Di sisi lain, tenaga pengajar juga perlu memastikan diri mereka dalam kondisi sehat jiwa ketika kembali mengajar di sekolah. Persiapan dan kerja sama semua pihak yang terkait perlu dilakukan dalam penyelenggaraan pendidikan di masa pandemi Covid-19.

Jadi, pada anak yang akan kembali ke sekolah, orang tua dan pihak sekolah perlu memastikan protokol kesehatan berjalan ketat, sementara bagi remaja mencakup juga dukungan kesehatan jiwa saat kembali belajar secara tatap muka di sekolah.

ANTARA

Baca:
Pembelajaran Tatap Muka Terbatas, Bantuan Kuota Internet tetap Disalurkan

Berita terkait

Dokter Bedah Ternama Gaza Tewas di Penjara Israel, Diduga Disiksa

1 hari lalu

Dokter Bedah Ternama Gaza Tewas di Penjara Israel, Diduga Disiksa

Seorang dokter bedah Palestina terkemuka dari Rumah Sakit al-Shifa di Gaza meninggal di penjara Israel setelah lebih dari empat bulan ditahan.

Baca Selengkapnya

Tips agar Tak Salah Pilih Pasangan lewat Perjodohan

3 hari lalu

Tips agar Tak Salah Pilih Pasangan lewat Perjodohan

Buat yang sedang mencari pasangan melalui proses perjodohan atau kencan kilat, perhatikan beberapa hal penting berikut agar tak salah pilih.

Baca Selengkapnya

IDAI Anjurkan Pemberian Parasetamol Anak Saat Demam Suhunya 38 Derajat ke Atas, Alasannya?

9 hari lalu

IDAI Anjurkan Pemberian Parasetamol Anak Saat Demam Suhunya 38 Derajat ke Atas, Alasannya?

Hal ini karena saat anak mengalami kenaikan suhu tubuh saat demam sebenarnya sistem imun sedang memerangi virus dan bakteri.

Baca Selengkapnya

5 Kesalahan yang Perlu Diwaspadai Saat Memijat Bayi

9 hari lalu

5 Kesalahan yang Perlu Diwaspadai Saat Memijat Bayi

Memijat bayi pun membutuhkan teknik dan cara tertentu. Salah memijat dapat berakibat fatal pada bayi.

Baca Selengkapnya

Terkini: OJK Beri Tips Kelola Keuangan untuk Emak-emak, Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah

11 hari lalu

Terkini: OJK Beri Tips Kelola Keuangan untuk Emak-emak, Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah

Kepala Eksekutif OJK Friderica Widyasari Dewi memberikan sejumlah tips yang dapat diterapkan oleh ibu-ibu dalam menyikapi isi pelemahan rupiah.

Baca Selengkapnya

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

16 hari lalu

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa

Baca Selengkapnya

Perempuan Mahardhika Nilai Penahanan Anandira Puspita Bersama Bayi Berpotensi Mereviktimisasi Korban

17 hari lalu

Perempuan Mahardhika Nilai Penahanan Anandira Puspita Bersama Bayi Berpotensi Mereviktimisasi Korban

Sekretaris Nasional Perempuan Mahardhika, Tyas Widuri, menilai penahanan Anandira Puspita dan bayinya berpotensi mereviktimisasi korban dugaan perselingkuhan suaminya.

Baca Selengkapnya

2.700 Perawat Dikerahkan di Tengah Mogok Massal Dokter Korea Selatan

22 hari lalu

2.700 Perawat Dikerahkan di Tengah Mogok Massal Dokter Korea Selatan

Korea Selatan masih didera pemogokan massal para dokter. Ribuan perawat disiagakan.

Baca Selengkapnya

Aksi Mogok Dokter, Skandal Tas Dior hingga Daun Bawang: Riuh Pemilu Legislatif Korea Selatan

23 hari lalu

Aksi Mogok Dokter, Skandal Tas Dior hingga Daun Bawang: Riuh Pemilu Legislatif Korea Selatan

Sekitar 44 juta warga Korea Selatan akan memberikan suaranya dalam pemilu yang akan menentukan sisa masa kepemimpinan Presiden Yoon Suk yeol.

Baca Selengkapnya

KAI Sebut Pengguna Commuter Line Mudik Lebaran Ini Tertinggi Pasca Pandemi Covid-19

26 hari lalu

KAI Sebut Pengguna Commuter Line Mudik Lebaran Ini Tertinggi Pasca Pandemi Covid-19

Pergerakan pengguna Commuter Line Jabodetabek juga masih terpantau di stasiun-stasiun yang terletak di kawasan pusat perbelanjaan atau sentra bisnis.

Baca Selengkapnya