Pakar FKUI Beberkan 5 Makna Long Covid Menurut WHO dan Saran Layanan Kesehatan

Senin, 18 Oktober 2021 15:43 WIB

Petugas medis memeriksa kesehatan pencari suaka saat mengikuti vaksinasi COVID-19 di GOR Bulungan, Jakarta Selatan, Kamis, 7 Oktober 2021. Vaksinasi tersebut digelar atas kerja sama Pemprov DKI Jakarta, UNHCR dan Kadin Indonesia. Sebanyak 600 vaksin dosis pertama disediakan dalam vaksinasi tersebut. TEMPO / Hilman Fathurrahman W

TEMPO.CO, Jakarta - Dalam situasi pandemi Covid-19 yang sedang melandai, perlu mengenali Long Covid yang dialami para penyintas yang sudah terinfeksi SARS-CoV-2 itu. Mereka mengalami berbagai gejala yang cukup berkepanjangan sesudah dinyatakan sembuh dari Covid-19, beberapa minggu dan bahkan sampai beberapa bulan.

Guru Besar di Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Tjandra Yoga Aditama, menerangkan, Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO telah mengumpulkan pakar dari berbagai negara dalam bentuk Konsensus Delphi untuk membuat definisi dari kondisi tersebut, dan telah dipublikasikan pada 6 Oktober 2021.

“Dalam publikasi WHO ini ada lima pengertian tentang Long Covid, yang disebut sebagai Post Covid, yang dalam bahasa Indonesia kita dapat pakai istilah Pasca Covid,” ujar dia melalui pesan WhatsApp, Senin, 18 Oktober 2021.

Pertama, dia melanjutkan, kondisi Pasca Covid-19 dapat terjadi pada seseorang dengan status probable atau terkonfirmasi Covid-19. Kedua, biasanya keluhan yang tergolong Pasca Covid ini terjadi sesudah tiga bulan dari awal gejala penyakit Covid-nya, dan juga lama keluhan-keluhan pasca Covid berlangsung selama setidaknya dua bulan. “Serta tidak dapat diterangkan penyebab keluhannya selain yang mungkin sebagai Pasca Covid ini,” kata lagi.

Kemudian pengertian yang ketiga, gejala dan keluhan yang biasa timbul adalah rasa lemah (fatigue), sesak napas dan gangguan kognitif yang dapat mengganggu aktifitas sehari-hari. Keluhannya dapat dalam berbagai bentuk yang luas variasinya, seperti nyeri perut, gangguan menstruasi, gangguan penciuman/pengecap, gelisah (anxiety), penglihatan kabur, nyeri dada, batuk, depresi, pusing dan demam hilang timbul.

Advertising
Advertising

Gejala dan keluhan dapat juga berupa gangguan saluran cerna baik diare maupun konstipasi dan acid reflux. Juga bisa sakit kepala, gangguan memori, nyeri sendi, otot, neuralgia, bentuk alergi baru, gangguan tidur, berdebar-debar dan juga telinga berdenging atau gangguan pendengaran lainnya

Keempat, gejalanya bisa bersifat baru muncul, atau langsung muncul sesudah pulih dari keadaan akut serangan Covid-19, bisa juga menetap saja sejak awal sakit sampai beberapa bulan kemudian. “Kelima, gejala dan keluhan dapat berfluktuasi berat ringannya, dan dapat juga sementara hilang dan lalu datang lagi, seperti kambuh begitu,” tutur Tjandra.

Menurut Tjandra, yang juga Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara periode 2018-2020 itu, ada beberapa manfaat utama dari definisi WHO itu, salah satunya menjadi lebih jelas apa yang dimaksud sebagai Long Covid ini. Dengan lebih jelas definisinya maka akan lebih jelas juga penanganan kliniknya.

Selain itu, Tjandra melanjutkan, semua orang tahun bahwa Long Covid juga punya aspek ekonomi dan asuransi kesehatan. “Khususnya apakah keluhan yang ada akan dapat ditanggung asuransi dan atau bisa menjadi alasan untuk gangguan pekerjaan yang akan dialami pasiennya,” ujar dia sambil menambahkan bahwa dengan perkembangan ilmu dan pemahaman di masa datang, maka mungkin saja definisi kelak diperbarui lagi.

Dengan melihat definisi Long Covid tersebut, Tjandra yang saat ini menjabat sebagai Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI Jakarta, mengusulkan beberapa hal untuk diimplementasikan di Indonesia. Dia meminta agar rumah sakit dan juga puskesmas menyediakan klinik Pasca Covid-19, yang sekarang tampaknya sudah dimulai di beberapa rumah sakit.

Pasien yang sudah sembuh dari Covid-19 dan masih mengalami berbagai keluhan, dia berujar, akan dapat dilayani dengan baik di klinik Pasca Covid ini. Selain itu, perlu juga melakukan berbagai penelitian tentang Pasca Covid, baik yang bersifat penelitian ilmiah dasar (basic science) dalam aspek biomolekuler, maupun penelitian klinik terapan, termasuk menemukan cara penanganan dan pengobatan terbaik.

Sedangkan dari kacamata ekonomi kesehatan, harus ada mekanisme keuangan agar pasien Pasca Covid dapat terus mendapat penanganan medik dengan baik. “Tanpa harus terbebani biaya yang tidak dapat dia tanggung, ini sesuai dengan prinsip Universal Health Care (UHC) yang dianut dunia,” kata Tjandra.

Baca:
Temuan Dokter: Gejala Long Covid Bisa Berkembang ke Rawat Ulang

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.



Berita terkait

OJK Ungkap Potensi Kredit Bermasalah Perbankan usai Relaksasi Restrukturisasi Pandemi Dihentikan

9 menit lalu

OJK Ungkap Potensi Kredit Bermasalah Perbankan usai Relaksasi Restrukturisasi Pandemi Dihentikan

OJK mengungkap prediksi kredit bermasalah perbankan.

Baca Selengkapnya

Doomscrolling Pertama Kali Muncul Pada Awal Pandemi Covid-19, Berdampak bagi Kesehatan Mental

4 jam lalu

Doomscrolling Pertama Kali Muncul Pada Awal Pandemi Covid-19, Berdampak bagi Kesehatan Mental

Doomscrolling mengacu pada kebiasaan terus-menerus menelusuri berita buruk atau negatif di media sosial atau internet, sering untuk waktu yang lama.

Baca Selengkapnya

Mengenal Lawrence Wong, Perdana Menteri Singapura Baru yang Jago Main Gitar

3 hari lalu

Mengenal Lawrence Wong, Perdana Menteri Singapura Baru yang Jago Main Gitar

Berasal dari kalangan biasa, Lawrence Wong mampu melesat ke puncak pimpinan negara paling maju di Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya

AstraZeneca Tarik Vaksin Covid-19, Terkait Efek Samping yang Bisa Sebabkan Kematian?

3 hari lalu

AstraZeneca Tarik Vaksin Covid-19, Terkait Efek Samping yang Bisa Sebabkan Kematian?

AstraZeneca menarik vaksin Covid-19 buatannya yang telah beredar dan dijual di seluruh dunia.

Baca Selengkapnya

PBB Rilis Data Korban di Gaza, Apakah Berbeda dari Data Hamas?

3 hari lalu

PBB Rilis Data Korban di Gaza, Apakah Berbeda dari Data Hamas?

Perubahan dalam cara PBB menghitung korban di Gaza telah disebut-sebut sebagai bukti adanya bias.

Baca Selengkapnya

Studi HAM Universitas di Banjarmasin: Proyek IKN Tak Koheren dan Gagal Uji Legitimasi

3 hari lalu

Studi HAM Universitas di Banjarmasin: Proyek IKN Tak Koheren dan Gagal Uji Legitimasi

Tim peneliti di Pusat Studi HAM Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin mengkaji proses Ibu Kota Negara (IKN): sama saja dengan PSN lainnya.

Baca Selengkapnya

PBB: Puluhan Ribu Jenazah di Gaza Belum Teridentifikasi

3 hari lalu

PBB: Puluhan Ribu Jenazah di Gaza Belum Teridentifikasi

PBB mengatakan masih ada sekitar 10.000 jenazah di Gaza yang masih harus melalui proses identifikasi.

Baca Selengkapnya

PBB Klarifikasi Data Kematian di Gaza: Lebih dari 35.000 Korban Jiwa, Tapi..

3 hari lalu

PBB Klarifikasi Data Kematian di Gaza: Lebih dari 35.000 Korban Jiwa, Tapi..

PBB menegaskan bahwa jumlah korban tewas di Jalur Gaza akibat serangan Israel masih lebih dari 35.000 warga Palestina.

Baca Selengkapnya

Pelapor COVID-19 Cina Diperkirakan Bebas setelah 4 Tahun Dipenjara

4 hari lalu

Pelapor COVID-19 Cina Diperkirakan Bebas setelah 4 Tahun Dipenjara

Seorang jurnalis warga yang dipenjara selama empat tahun setelah dia mendokumentasikan fase awal wabah virus COVID-19 dari Wuhan pada 2020.

Baca Selengkapnya

Guru Besar Unair Ungkap Pentingnya Deteksi Dini Pendengaran pada Bayi

4 hari lalu

Guru Besar Unair Ungkap Pentingnya Deteksi Dini Pendengaran pada Bayi

Deteksi dini pada bayi baru lahir bisa menggunakan alat bernama auditory brainstem response (ABR).

Baca Selengkapnya