Sampel Bulan Cina Ungkap Basal Tipe Baru, Berbeda dengan Misi Apollo dan Luna

Reporter

Antara

Editor

Erwin Prima

Rabu, 20 Oktober 2021 14:01 WIB

Sampel Bulan yang dibawa pulang oleh wahana antariksa Chang'e 5 dipamerkan di hadapan publik untuk kali pertama di Beijing, ibu kota Cina, pada 22 Februari 2021. Kredit: Xinhua/Wang Ye

TEMPO.CO, Beijing - Sebuah analisis terhadap bebatuan Bulan yang dibawa pulang ke Bumi oleh misi Chang'e 5 Cina mengindikasikan bahwa sampel-sampel itu merupakan basal Bulan tipe baru, berbeda dengan sampel yang dikumpulkan dalam misi-misi sebelumnya, Apollo dan Luna.

Para peneliti dari Observatorium Astronomi Nasional di Akademi Ilmu Pengetahuan Cina (NAOC) menganalisis partikel batu berukuran 10 hingga 500 mikron (sekitar seperempat ketebalan kartu kredit), dan menemukan bahwa karakteristiknya sebagian besar sesuai dengan basal.

Namun, tidak seperti basal yang kaya akan magnesium dan besi yang ditemukan di Bumi, basal Bulan memiliki kadar magnesium yang rendah dan kadar besi oksida yang tinggi. Hasil analisis tersebut diterbitkan dalam jurnal Nature pada Selasa, 19 Oktober 2021.

"Ini dapat mewakili kelas baru untuk basal," ujar Li Chunlai, penulis utama artikel sekaligus peneliti di NAOC. Li menambahkan bahwa basal yang baru diidentifikasi itu berbeda dengan sampel yang dikumpulkan dalam misi-misi ke Bulan sebelumnya, yang berpotensi memberikan pemahaman lebih baik tentang aktivitas vulkanis Bulan.

Sampel Bulan dari misi Apollo dan Luna yang dilakukan puluhan tahun lalu oleh Amerika Serikat (AS) dan bekas negara Uni Soviet memberikan wawasan mengenai sejarah dan evolusi Bulan. Namun, lokasi pengambilan sampelnya terletak di kawasan lintang rendah yang tidak dapat mewakili karakteristik permukaan Bulan secara umum, papar Li.

Advertising
Advertising

Misi Chang'e 5 Cina akan membantu mengatasi kurangnya variasi area pengambilan sampel karena misi itu, untuk pertama kalinya dalam sejarah, berhasil membawa tanah Bulan dari kawasan lintang menengah di Bulan, yaitu kawasan gelap dan rata yang disebut "Lautan Badai". Para ilmuwan meyakini misi tersebut kemungkinan besar telah mendapatkan bukti dari aktivitas vulkanis Bulan yang paling awal.

"Sampel-sampel ini akan membuka era baru dalam studi ilmu Bulan," ujar Li, yang juga menekankan bahwa studi baru itu akan memberikan informasi dasar bagi penelitian ilmiah selanjutnya.

Wahana antariksa Chang'e 5 kembali ke Bumi pada 17 Desember 2020 dan berhasil membawa total 1.731 gram sampel Bulan, yang sebagian besar adalah bebatuan dan tanah dari permukaan Bulan. Administrasi Luar Angkasa Nasional Cina (CNSA) mengirimkan sekitar 17 gram sampel ke 13 institusi, yang masing-masing telah mengajukan program penelitian.

XINHUA | ANTARA

Baca:
9 Tahun Lewat, Kepergian Neil Armstrong Manusia Pertama Menjejak Bulan

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

12 jam lalu

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

Manila menuduh penjaga pantai Cina telah memancing naiknya ketegangan di Laut Cina Selatan setelah dua kapalnya rusak ditembak meriam air

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

13 jam lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

18 jam lalu

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

EHang raih sertifikat produksi untuk bakal taksi terbang EH216-S. Yang pertama di industri eVTOL dunia.

Baca Selengkapnya

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

1 hari lalu

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

Banyak WNI yang diiming-imingi menjadi pengantin di Cina dengan mas kawin puluhan juta. Tak semuanya beruntung.

Baca Selengkapnya

Terpopuler Bisnis: Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal, Promo Gajian hingga Sindiran Komikus Jepang

3 hari lalu

Terpopuler Bisnis: Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal, Promo Gajian hingga Sindiran Komikus Jepang

Zulkifli Hasan mengungkap asal mula ditemukannya baja ilegal produksi pabrik milik Cina.

Baca Selengkapnya

Kisah Besi Beton 'Banci' Produksi Investor Asal Cina yang Disidak Zulhas

3 hari lalu

Kisah Besi Beton 'Banci' Produksi Investor Asal Cina yang Disidak Zulhas

Mendag Zulkifli Hasan menginspeksi mendadak sebuah pabrik baja milik investor Cina yang meproduksi baja ilegal tidak sesuai SNI.

Baca Selengkapnya

Seperti Dongeng, Kisah Cinta Li Ran Perempuan Cina yang Dinikahi Pangeran Belgia

3 hari lalu

Seperti Dongeng, Kisah Cinta Li Ran Perempuan Cina yang Dinikahi Pangeran Belgia

Seorang perempuan Cina merebut hati Pangeran Charles dan Belgia. Kisah percintaan mereka seperti dalam dongeng.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Sumber Kekayaan Iran hingga Pertemuan Hamas-Fatah di Beijing

4 hari lalu

Top 3 Dunia: Sumber Kekayaan Iran hingga Pertemuan Hamas-Fatah di Beijing

Berita Top 3 Dunia pada Sabtu 27 April 2024 diawali oleh berita soal lima sumber kekayaan negara Iran, yang sedang menghadapi ketegangan dengan Israel

Baca Selengkapnya

Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal Produksi Pabrik Milik Cina

4 hari lalu

Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal Produksi Pabrik Milik Cina

Sebuah pabrik baja Cina, PT Hwa Hok Steel, terungkap memproduksi baja tulangan beton tidak sesuai SNI sehingga produk mereka dinyatakan ilegal.

Baca Selengkapnya

Filipina Pastikan Belum Ada Kata Sepakat dengan Beijing soal Laut Cina Selatan

4 hari lalu

Filipina Pastikan Belum Ada Kata Sepakat dengan Beijing soal Laut Cina Selatan

Filipina menyangkal klaim Beijing yang menyebut kedua negara telah mencapai kata sepakat terkait sengketa Laut Cina Selatan

Baca Selengkapnya