Ahli: Perlu Studi untuk Memahami Mengapa Beberapa Orang Kebal Covid-19
Reporter
Moh Khory Alfarizi
Editor
Erwin Prima
Rabu, 20 Oktober 2021 19:23 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah penelitian sedang berlangsung untuk memahami mengapa beberapa orang kebal terhadap infeksi SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19. Hal itu terungkap dalam artikel Perspective di jurnal Nature Immunology, pada Senin, 18 Oktober 2021, yang ditulis oleh sebuah tim ilmuwan medis internasional.
Dalam makalah itu, mereka mencatat bahwa saat ini sangat sedikit yang diketahui tentang mengapa beberapa individu kebal terhadap Covid-19. Namun, mereka menyarankan bahwa upaya yang lebih kuat untuk mengetahuinya dapat mengarah pada cara baru dalam mengobati atau mencegah penyakit yang sudah menyebar sejak Desember 2019 itu.
“Pandemi telah berfungsi untuk mengingatkan komunitas global tentang variabilitas luar biasa dalam respons virus—beberapa orang tidak menunjukkan gejala sementara yang lain menjadi sangat sakit sehingga mereka mati,” tertulis dalam makalah itu, Selasa, 19 Oktober 2021.
Mereka juga mencatat perbedaan yang jelas yang telah diamati oleh para peneliti. Misalnya, kasus di mana satu orang dalam keluarga tetap tidak terinfeksi sementara semua orang di sekitar mereka sakit, atau orang yang bekerja di lingkungan berisiko tinggi tapi tidak sakit.
Penulis juga mencatat bahwa sampai sekarang tidak ada yang benar-benar tahu mengapa ada variabilitas seperti itu dalam menanggapi infeksi SARS-CoV-2, meskipun ada petunjuk. Ada beberapa laporan bahwa orang dengan golongan darah O, misalnya, menderita lebih sedikit saat terinfeksi.
Ada penelitian lain yang menunjukkan protein tertentu yang diproduksi tubuh kurang lebih aktif saat berhadapan dengan SARS-CoV-2. Juga telah terungkap bahwa virus membutuhkan protein yang memiliki reseptor seperti ACE2 atau TMEM41B. Jika orang kekurangan reseptor, virus tidak dapat bereplikasi.
Para penulis menyarankan perlunya studi besar tentang variabilitas respons terhadap infeksi SARS-CoV-2. Studi semacam itu akan melibatkan subjek yang percaya bahwa mereka seharusnya terinfeksi penyakit tersebut. “Terutama, upaya semacam itu perlu secara aktif merekrut anggota rumah tangga di mana satu orang tetap tidak terinfeksi,” katanya
Mereka juga menyatakan bahwa langkah awal studi semacam itu sudah berlangsung—400 sukarelawan yang memenuhi kriteria yang dipersyaratkan telah menandatangani. Para penulis menyimpulkan dengan mencatat bahwa sifat pandemi telah menyarankan bahwa SARS-CoV-2 virus tidak akan pergi dalam waktu dekat.
“Sehingga akan bermanfaat jika komunitas sains dapat sepenuhnya memahami mengapa orang merespons dengan sangat berbeda ketika terpapar padanya,” tulis makalah itu.
MEDICAL XPRESS | NATURE IMMUNOLOGY
Baca:
Selain di Inggris, Varian Delta Plus Terdeteksi di Lima Negara Bagian AS
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.