Studi Ungkap Bukti Virus Covid-19 Menyerang Sel Endotel Otak

Selasa, 26 Oktober 2021 11:19 WIB

Ilustrasi Covid-19.

TEMPO.CO, Jakarta - Tim peneliti yang berafiliasi dengan sejumlah besar institusi di Jerman, Prancis dan Spanyol telah menemukan bukti bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 menyerang sel-sel endotel otak. Sel ini merupakan lapisan terdalam dari pembuluh darah yang memiliki fungsi unik dalam biologi vaskular.

Dalam makalah mereka yang diterbitkan dalam jurnal Nature Neuroscience, kelompok tersebut menjelaskan studi mereka tentang otak orang yang meninggal karena Covid-19. Tim mempelajari dampak dari SARS-CoV-2 virus pada tubuh manusia dan mengungkapkan bukti masalah neurologis setelah infeksi.

Pasien telah melaporkan kehilangan rasa atau penciuman, dan beberapa mengalami apa yang mereka gambarkan sebagai kabut otak. “Beberapa bahkan mengalami stroke atau kejang, dan banyak juga yang mengalami kebingungan,” tertulis dalam penelitian yang terbit pada 21 Oktober 2021.

Sampai saat ini belum ada bukti fisik dari virus yang menyerang sel-sel di otak. Namun para peneliti berasumsi bahwa gejala-gejala tersebut adalah akibat dari peradangan di otak sebagai respons terhadap infeksi.

Dalam upaya baru ini, para peneliti menemukan bukti bahwa virus menyerang sel-sel endotel di lapisan kapiler yang membentuk penahan darah atau otak—bukti pertama dari efek langsung SARS-CoV-2 pada pembuluh darah di otak. “Hasil dari serangan tersebut adalah kematian sel dan penyumbatan aliran darah ke otak,” kata para peneliti.

Advertising
Advertising

Pekerjaan itu mempelajari sel-sel endotel pembuluh darah otak, sel-sel yang melapisi kapiler di sawar darah/otak, dari orang-orang yang meninggal karena Covid-19. Para peneliti menemukan bukti sel-sel mati, menghasilkan apa yang mereka gambarkan sebagai 'pembuluh hantu' atau kapiler yang tidak dapat dilalui darah, yang menyebabkan kerusakan di otak karena kekurangan oksigen dan glukosa.

Lebih khusus lagi, mereka menemukan bahwa virus dapat memecah protein dalam sel endotel, yang mengakibatkan kematian sel dan penghancuran pembuluh darah—proses yang disebut nekroptosis.

Pada catatan yang lebih optimis, para peneliti juga menemukan bahwa mungkin untuk mencegah nekroptosis pada tikus selama infeksi, bisa juga dilakukan untuk mencegahnya pada manusia. “Dan diharapkan bisa benar-benar mencegah sejumlah gejala neurologis yang terkait dengan infeksi Covid-19.”

MEDICAL XPRESS | NATURE NEUROSCIENCE

Baca:
Covid-19 Renggut Lebih Banyak Nyawa di AS daripada HIV/AIDS dalam 40 Tahun

Selalu
update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Delegasi PBB Evakuasi Pasien dari Rumah Sakit di Gaza Utara

27 menit lalu

Delegasi PBB Evakuasi Pasien dari Rumah Sakit di Gaza Utara

Delegasi PBB mengevakuasi sejumlah pasien dan korban luka dari Rumah Sakit Kamal Adwan di Jalur Gaza utara

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

21 jam lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

1 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper

1 hari lalu

Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper

Peneliti Unair berhasil mengukir namanya di kancah internasional dengan meraih best paper award dari jurnal ternama Engineered Science.

Baca Selengkapnya

Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

1 hari lalu

Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

Sekarang ukuran roket juga tidak besar, tapi bisa mengangkut banyak satelit kecil.

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

1 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

1 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

1 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Ketergantungan Impor 99 Persen, Peneliti BRIN Riset Jamur Penghasil Enzim

2 hari lalu

Ketergantungan Impor 99 Persen, Peneliti BRIN Riset Jamur Penghasil Enzim

Di Indonesia diperkirakan terdapat 200 ribu spesies jamur, yang di antaranya mampu memproduksi enzim.

Baca Selengkapnya

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

2 hari lalu

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

Polusi udara yang erat kaitannya dengan tingginya beban penyakit adalah polusi udara dalam ruang (rumah tangga).

Baca Selengkapnya