Studi Covid-19 Iran, Semua Warga Sudah Terinfeksi tapi Belum Herd Immunity

Selasa, 26 Oktober 2021 16:27 WIB

Petuga semprotkan disenfektan ke Jamaah saat berlangsungnya salat Jumat pertama di Teheran setelah istirahat hampir dua tahun akibat pandemi wabah COVID-19 di Teheran, Iran, 22 Oktober 2021. Majid Asgaripour/WANA (West Asia News Agency) via REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Hampir semua orang di Iran telah terinfeksi virus corona Covid-19 sepanjang masa pandemi ini. Sebagian bahkan telah mendapatkan infeksinya lebih dari sekali. Namun, tetap saja herd immunity tak terjadi di negara ini. Sebaliknya, Iran kini menghadapi bayang-bayang gelombang kematian yang terbaru lagi, kali ini karena virus varian Delta.

Iran termasuk negara pertama di dunia setelah Cina yang disapu pandemi Covid-19. Sayangnya, vaksinasi tergolong lambat dimulai di dalam negerinya. Per Juli 2021, hanya sekitar tiga persen dari populasi di negara itu yang sudah mendapatkan dosis vaksin lengkap. Mahan Ghafari dari University of Oxford mengungkap data itu, sedangkan Johns Hopkins University menyatakan angka vaksinasi dosis lengkap itu kini telah bertambah menjadi 23 persen.

Sebuah badan pemikir di Amerika Serikat menilai langkah mitigasi Covid-19 Iran melambat dan tidak efektif. Respons yang ada juga banyak diwarnai pesan yang tak seragam dari otoritasnya. Belum lagi data resmi yang terbatas, membuat pemahaman efek Covid-19 di Iran semakin sulit.

Seperti diketahui, Kementerian Kesehatan dan Edukasi Medikal Iran berhenti merilis data kasus positif dan kematian Covid-19 tingkat provinsi pada Maret 2020. Untuk bisa mendapatkan informasi, Ghafari dan koleganya menganalisis data dari Organisasi Pencatatan Sipil Iran (NOCR) tentang angka kematian di negara itu secara keseluruhan sepanjang sembilan bulan pertama 2020.

Mereka kemudian membandingkannya dengan data historis untuk melihat berapa banyak selisihnya. Tim peneliti menggunakan angka kelebihan kematian yang ada sebagai pendekatan terhadap data kematian Covid-19 dan paparan virus terhadap populasi di Iran—sebuah pendekatan yang telah terbukti cukup akurat di Inggris dan Afrika Selatan.

Advertising
Advertising

NOCR mulai merilis data mingguan yang distratifikasi oleh kelompok umur pada Agustus, yang mengizinkan para peneliti merekonstruksi dinamika pandemi di Iran Januari 2020-September 2021. Mereka mengkalkulasi berapa banyak orang di setiap provinsi telah terjangkit Covid-19.

Hasil analisis menunjukkan total populasi yang terinfeksi diduga sangat tinggi di banyak provinsi. Sebanyak sebelas di antaranya bahkan memiliki tingkat infeksinya lebih dari 100 persen per 17 September lalu. Tertinggi terlihat di Provinsi Sistan dan Baluchestan, yang diperkirakan memiliki tingkat infeksi sampai 259 persen. Jika benar akurat, angka itu berarti sebagian besar warga di provinsi tersebut telah terinfeksi dua kali dan sebagian lagi bahkan sampai tiga kali.

Para peneliti menyimpulkan herd immunity lewat infeksi alami yang belum dicapai di Iran meski paparan luas SARS-CoV-2, kemungkinan karena kekebalan menurun seiring waktu, sangat rawan terhadap paparan varian of concern baru dari virus itu, seperti Delta, atau kombinasi dari keduanya. Hasil studi itu, versi preprint, bisa ditengok di Jurnal Medrxiv yang dipublikasi pada 7 Oktober 2021.

Mark Loeb dari McMaster University, Kanada, berpendapat, studi menggunakan pengukuran infeksi secara langsung diperlukan untuk bisa secara konklusif menentukan tingkat serangan virus dalam populasi tertentu. Meski begitu, dia menemukan kesimpulan hasil studi Ghafari dkk tetap dapat diterima. “Secara keseluruhan, apa yang terjadi di dunia adalah bahwa jelas sekali antibodi memudar dan tidak terjadi di mana, secara ajaib, herd immunity bisa dicapai,” katanya.

Peserta vaksinasi saat menunggu giliran disuntik. (Fotografer: Aditya C Santoso)

Indikasi kuat pertama bahwa herd immunity melawan Covid-19 tidak dapat dicapai tanpa vaksinasi datang dari Manaus, Brasil. Pada Oktober 2020, sebuah studi donor darah di sana menunjukkan 76 persen populasi Manaus pernah terinfeksi SARS-CoV-2. Angka itu jauh di atas nilai teoritis tercapainya herd immunity dari suatu komunitas yang sebesar 67 persen. Tapi yang terjadi pada Desember dan Januari lalu, Manaus masih mengalami lonjakan kasus penularan baru, jumlah pasien rawat inap dan juga kematian, dikarenakan virus varian Gamma yang sangat menular.

Bukti bahwa imunitas yang dibawa oleh infeksi alami bisa merosot lagi terus bertambah. Studi yang belum lama dilakukan menemukan reinfeksi SARS-CoV-2 terjadi selang sekitar 16 bulan, atau tak sampai setengah periode reinfeksi virus corona flu kebanyakan. Dan sebuah studi dari India menemukan tingkat reinfeksi Covid-19 sebesar 27 persen selama ledakan kasus baru karena varian Delta di awal tahun ini.

Sedang untuk Iran, David Fisman dari University of Toronto, Kanada, mengatakan, “Iran adalah sebuah tempat besar dan kompleks dan saya kira hasil kerja para peneliti sangat penting menghadapi validitas.”

NEW SCIENTIST, MEDRXIV

Baca juga:
Covid-19 Iran: Pemerintahny Genjot Impor, Satu Vaksin Lokal Stop Produksi

Berita terkait

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

4 jam lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

7 jam lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Lima Perusahaan AS Kena Sanksi Iran karena Terlibat Genosida Gaza

15 jam lalu

Lima Perusahaan AS Kena Sanksi Iran karena Terlibat Genosida Gaza

Iran memberikan sanksi kepada perusahaan-perusahaan AS, individu-individu, yang terlibat dalam genosida di Gaza

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

18 jam lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

5 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia

3 hari lalu

5 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia

Daftar negara dengan mata uang terlemah menjadi perhatian utama bagi para pengamat ekonomi dan pelaku pasar.

Baca Selengkapnya

Indonesia - Iran Jalin Kerjasama Teknologi Pertanian

3 hari lalu

Indonesia - Iran Jalin Kerjasama Teknologi Pertanian

Iran akan mendorong pertukaran ekspor impor pada subsektor hortikultura khususnya yang berkaitan dengan buah-buahan

Baca Selengkapnya

Iran akan Bebaskan Awak Kapal Portugal yang Disita di Selat Hormuz

5 hari lalu

Iran akan Bebaskan Awak Kapal Portugal yang Disita di Selat Hormuz

Iran mengatakan akan membebaskan awak kapal berbendera Portugal yang disita pasukannya bulan ini.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Sumber Kekayaan Iran hingga Pertemuan Hamas-Fatah di Beijing

5 hari lalu

Top 3 Dunia: Sumber Kekayaan Iran hingga Pertemuan Hamas-Fatah di Beijing

Berita Top 3 Dunia pada Sabtu 27 April 2024 diawali oleh berita soal lima sumber kekayaan negara Iran, yang sedang menghadapi ketegangan dengan Israel

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

6 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

5 Sumber Kekayaan Negara Iran, Ada Gas Alam Hingga Saffron

6 hari lalu

5 Sumber Kekayaan Negara Iran, Ada Gas Alam Hingga Saffron

Iran dikenal memiliki sumber daya alam dan potensi kekayaan yang tinggi. Termasuk saffron, apakah itu?

Baca Selengkapnya