Peneliti: Tren Tanaman Hias Jadi Ancaman Akibat Masyarakat Berburu di Hutan

Selasa, 2 November 2021 14:13 WIB

Petugas saat merawat bibit tanaman di Kebun Bibit Casamora, Jagakarsa, Kamis, 1 Juli 2021. Kebun bibit yang dikelola oleh unit pengelola pengembangan tanaman perkotaan Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Provinsi DKI Jakarta itu menyediakan sekitar 150 jenis bibit tanaman untuk pengembangan benih dan proteksi tanaman yang nantinya digunakan untuk menghiasi jalur hijau di enam wilayah di Jakarta. TEMPO / Hilman Fathurrahman W

TEMPO.CO, Jakarta - Pandemi Covid-19 memunculkan fenomena hobi tanaman hias yang menciptakan peluang bisnis selama masa kebijakan pembatasan kegiatan di luar rumah berlaku. Tanaman hias yang banyak digemari adalah jenis tropis yang masih asli, bahkan banyak yang sampai diekspor melalui usaha mikro kecil menengah atau UMKM.

Tanaman hias yang kebanyakan menjadi koleksi adalah jenis-jenis herba, di antaranya anggrek liar, Nepenthes, kelompok tumbuhan araceae, Piperaceae, Begoniaceae, Impatiens, Hoya dan Aeschynanthus dan Gesneriaceae lainnya.

Peneliti Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, Sri Rahayu, menerangkan tren ini memang bisa menjadi peluang dari segi ekonomi masyarakat di masa pandemi. Namun, di sisi lain juga terdapat ancaman penurunan populasi dan larinya keuntungan tertinggi ke luar negeri.

“Karena masyarakat melakukan perburuan langsung di hutan dan masih jarang yang melakukan budidaya dan perbanyakan,” ujar dia dalam acara Webinar Talk to Scientists: Tanaman Hias dan Peluang Inovasi di Masa Pandemi, Selasa, 2 November 2021.

Menurut Sri, titik tolak tren tanaman hias ini seharusnya bisa dimanfaatkan dengan baik dan benar dengan meningkatkan budidaya tanaman hias asli Indonesia yang perlu dikelola dengan baik dan benar. “Agar pemanfaatan sumber daya tanaman hias bisa lebih bermanfaat bagi masyarakat, tapi tetap terjaga kelestariannya,” katanya lagi.

Advertising
Advertising

Sementara, Perekayasa Madya Balai Bioteknologi BRIN, Irni Furnawanthi, menjelaskan bahwa pengembangan tanaman hias di masing-masing daerah dan meningkatnya peran digital dalam bisnis tanaman hias, memerlukan peran dari lembaga riset. Tujuannya, dia berujar, untuk memberikan hasil riset dan kajian inovasi dalam melakukan pengembangan komoditas tanaman ini mulai dari hulu sampai hilir.

“Tren ini perlu dibarengi dengan kegiatan di hulu mulai dari riset dan kajian tentang aturan kegiatan pengelolaan tanaman hias, termasuk pelestarian plasma nutfah, domestikasi, pemuliaan tanaman, budidaya, hingga kegiatan di hilir terkait dengan pembinaan startup berdasarkan aplikasi hasil riset," tambahnya.

Baca:
Peneliti: Indonesia Sumbang Emisi, Terbesar dari Deforestasi dan Kebakaran Hutan

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper

17 jam lalu

Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper

Peneliti Unair berhasil mengukir namanya di kancah internasional dengan meraih best paper award dari jurnal ternama Engineered Science.

Baca Selengkapnya

Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

21 jam lalu

Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

Sekarang ukuran roket juga tidak besar, tapi bisa mengangkut banyak satelit kecil.

Baca Selengkapnya

Ketergantungan Impor 99 Persen, Peneliti BRIN Riset Jamur Penghasil Enzim

1 hari lalu

Ketergantungan Impor 99 Persen, Peneliti BRIN Riset Jamur Penghasil Enzim

Di Indonesia diperkirakan terdapat 200 ribu spesies jamur, yang di antaranya mampu memproduksi enzim.

Baca Selengkapnya

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

1 hari lalu

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

Polusi udara yang erat kaitannya dengan tingginya beban penyakit adalah polusi udara dalam ruang (rumah tangga).

Baca Selengkapnya

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

1 hari lalu

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

Efek polusi udara rumah tangga baru terlihat dalam jangka waktu relatif lama.

Baca Selengkapnya

Setiap 26 April Diperingati Hari Kekayaan Intelektual Sedunia, Ini Awal Penetapannya

7 hari lalu

Setiap 26 April Diperingati Hari Kekayaan Intelektual Sedunia, Ini Awal Penetapannya

Hari Kekayaan Intelektual Sedunia diperingati setiap 26 April. Begini latar belakang penetapannya.

Baca Selengkapnya

Atasi Kekurangan Zinc pada Anak, Periset BRIN Teliti Suplemen Zinc dari Peptida Teripang

10 hari lalu

Atasi Kekurangan Zinc pada Anak, Periset BRIN Teliti Suplemen Zinc dari Peptida Teripang

Saat ini suplemen zinc yang tersedia di pasaran masih perlu pengembangan lanjutan.

Baca Selengkapnya

BRIN Tawarkan Model Agrosilvofishery untuk Restorasi Ekosistem Gambut Berbasis Masyarakat

11 hari lalu

BRIN Tawarkan Model Agrosilvofishery untuk Restorasi Ekosistem Gambut Berbasis Masyarakat

Implimentasi model agrosilvofishery pada ekosistem gambut perlu dilakukan secara selektif.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

12 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

15 hari lalu

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

Peningkatan intensitas hujan di Dubai terkesan tidak wajar dan sangat melebihi dari prediksi awal.

Baca Selengkapnya