Whistleblower Facebook Frances Haugen Desak Mark Zuckerberg untuk Mundur
Reporter
Moh Khory Alfarizi
Editor
Erwin Prima
Rabu, 3 November 2021 09:32 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Dalam pidato publik pertamanya sejak membocorkan dokumen tentang kebobrokan cara kerja Facebook, whistleblower (pelapor tindak pidana) Frances Haugen mendesak mantan bosnya, Mark Zuckerberg, untuk mundur dari jabatannya. Menurutnya, lebih baik membuat perubahan daripada mencurahkan sumber daya untuk mengubah citra rebranding perusahaan.
“Saya pikir tidak mungkin perusahaan akan berubah jika dia tetap menjadi CEO,” ujar dia dalam acara malam pembukaan Web Summit—festival teknologi yang menarik puluhan ribu orang ke ibu kota Portugal, Lisbon—pada Senin, 1 November 2021.
Haugen yang merupakan mantan manajer produksi Facebook menerangkan, jika Zuckerberg mengundurkan diri, maka membuka kesempatan bagi orang lain untuk bisa mengambil kendali. “Facebook akan lebih kuat dengan seseorang yang bersedia untuk fokus pada keselamatan,” katanya.
Seperti diketahui, perusahaan pekan lalu melakukan rebranding dengan mengubah nama perusahaan dari Facebook menjadi Meta. Dengan langkah tersebut, media sosial dengan hampir tiga miliar pengguna itu, akan fokus pada pengembangan metaverse, lingkungan virtual yang digadang-gadang akan menjadi penerus internet selular.
Namun, pengumuman itu datang di tengah kritik keras dari anggota parlemen dan regulator atas praktik bisnis perusahaan—terutama kekuatan pasarnya yang sangat besar, keputusan algoritmik, dan pelanggaran layanannya.
Mengomentari rebranding, Haugen mengatakan itu tidak masuk akal mengingat masalah keamanan yang belum ditangani. "Berkali-kali Facebook memilih ekspansi dan area baru alih-alih berpegang teguh pada apa yang telah mereka lakukan," tutur Haugen.
Sebelumnya, Haugen mengatakan kepada anggota parlemen Inggris dan Amerika Serikat bulan lalu bahwa Facebook akan memicu kerusuhan yang lebih keras di seluruh dunia, kecuali jika mengekang algoritmenya yang mendorong konten ekstrem, memecah belah, dan memangsa demografi yang rentan agar mereka terus bergulir.
"Masalah utamanya adalah bahwa fondasi keamanan platform yang didasarkan pada pemantauan konten berdasarkan bahasa, yang tidak berskala ke semua negara tempat Facebook beroperasi," ujar Haugen.
Menanggapi dokumen yang dimiliki Haugen, Facebook hanya menerangkan bahwa dokumen yang dibocorkan oleh Haugen digunakan untuk melukis "gambaran palsu."
GADGETS NDTV | THE VERGE
Baca:
Kenali Sederet Fitur Monetisasi Facebook dan Instagram
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.