Digadang-gadang Bakal Gantikan LPG, Apa Kelebihan Dimethyl Ether (DME)?

Reporter

Tempo.co

Editor

Nurhadi

Rabu, 17 November 2021 15:27 WIB

Pekerja memasukkan gas LPG kedalam tabung 3 kg di Stasiun Pengisian Bahan Bakar LPG Makassar di kawasan Terminal BBM Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis 3 Oktober 2019. Setiap hari terminal tersebut memproduksi 22 ribu tabung 3 kg berisi gas dengan kapasitas 60-70 metrik ton untuk kebutuhan warga Makassar. ANTARA FOTO/Yusran Uccang

TEMPO.CO, Jakarta - Dimethyl Ether (DME) digadang-gadang akan menggantikan Liquified Petroleum Gas (LPG) sebagai gas konsumsi. Pemerintah berencana mengganti LPG dengan DME karena subsidi yang selama ini diberikan LPG ternyata tidak tepat sasaran. DME tercatat memiliki berbagai keunggulan. Salah satunya adalah berkaitan dengan melimpahnya bahan baku pembuatannya.

Dilansir dari tempo.co, DME dibuat berdasarkan batu bara berkalori rendah yang jumlahnya melimpah di Indonesia. Jumlah batu bara berkalori rendah yang digunakan untuk pembuatan DME mencapai 20 miliar. Selain itu, batu bara berkalori rendah permintaan pasarnya juga tidak terlalu tinggi sehingga jumlahnya semakin melimpah.

Kelebihan lain dari DME adalah bisa diproduksi dari berbagai sumber bahan sekaligus. Dilansir dari migas.esdm.go.id, DME bisa diproduksi dari berbagai bahan, mulai dari bahan fosil hingga bahan pembuatan energi alternatif. Adapun industri yang memproduksi DME saat ini belum tersedia di Indonesia. Kendati demikian, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan terus mengembangkan dan memberikan infrastruktur teknis untuk proses produksi DME.

Karena menggunakan batu bara berkalori rendah dan bisa diproduksi dengan berbagai sumber, DME diperkirakan mampu menekan jumlah subsidi gas konsumsi. Sebab, sebagaimana dilansir dari indonesia.go.id, bahan-bahan pembuatan LPG selama ini diimpor dari luar negeri, yang mana semakin membebani keuangan negara. Sementara itu, DME menggunakan bahan-bahan yang bisa diambil dari negeri sendiri.

DME juga lebih bersahabat terhadap lingkungan. Dilansir dari petrominer.com, DME dinilai lebih mudah terurai di udara sehingga tidak mudah merusak ozon. Selain itu, DME juga terbukti mampu mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 20 persen. Gas LPG tiap tahunnya menghasilkan emisi hingga 930 kg CO2, sementara DME diperkirakan hanya 745 kg CO2.

Advertising
Advertising

BANGKIT ADHI WIGUNA

Baca juga: Direncanakan Jadi Pengganti LPG, Apa Itu Dimethyl Ether (DME)?

Berita terkait

Tambang Ilegal Lewati Jalan di Desa Lumbung Padi Kalimantan Timur Sejak 2019, Sebabkan Warga Kesulitan Air Bersih

4 jam lalu

Tambang Ilegal Lewati Jalan di Desa Lumbung Padi Kalimantan Timur Sejak 2019, Sebabkan Warga Kesulitan Air Bersih

Aktivitas tambang ilegal batu bara di Desa Sumbersari, Kutai Kartaanegara, Kalimantan Timur berdampak buruk bagi warga.

Baca Selengkapnya

Polres Bima Tangkap Pengoplos LPG 3 Kilogram, Sita Puluhan Tabung Gas

1 hari lalu

Polres Bima Tangkap Pengoplos LPG 3 Kilogram, Sita Puluhan Tabung Gas

Personel Polres Bima Kota mengungkap kasus pengoplosan gas bersubsidi di Kelurahan Jatibaru Barat, Asakota, Bima, NTB

Baca Selengkapnya

Menghitung Cadangan Migas Kita, Menteri ESDM Optimistis Masih Berperan Hingga 2060

1 hari lalu

Menghitung Cadangan Migas Kita, Menteri ESDM Optimistis Masih Berperan Hingga 2060

Menteri ESDM Arifin Tasrif menegaskan bahwa sektor migas masih berperan penting, meskipun dunia berkomitmen untuk melakukan transisi energi bersih,

Baca Selengkapnya

Sebut Sektor Migas Masih Menjanjikan, Kementerian ESDM Catat Komitmen Eksplorasi Rp 15 Triliun Sejak 2021

1 hari lalu

Sebut Sektor Migas Masih Menjanjikan, Kementerian ESDM Catat Komitmen Eksplorasi Rp 15 Triliun Sejak 2021

Kementerian ESDM menyatakan sektor minyak dan gas atau migas di Indonesia masih menjanjikan.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Bentuk Tim Eksplorasi Khusus usai Temukan Potensi Raksasa di South Andaman

1 hari lalu

Pemerintah Bentuk Tim Eksplorasi Khusus usai Temukan Potensi Raksasa di South Andaman

Pemerintah menemukan potensi migas di Indonesia Bagian Barat, yakni South Andaman, North Sumatera Basin, South Sumatera Basin, dan North Java Basin

Baca Selengkapnya

Menteri ESDM: Revisi PP Minerba Sudah Siap, Tinggal dari Istana

2 hari lalu

Menteri ESDM: Revisi PP Minerba Sudah Siap, Tinggal dari Istana

Revisi PP Minerba No. 96 Tahun 2021 ini memungkinkan Pemerintah Indonesia bisa menjadi pemilik saham terbesar perusahaan tambang PT Freeport Indonesia yakni sebesar 61 persen. Pemerintah juga merancang pembagian izin usaha pertambangan (IUP) bagi ormas keagamaan melalui ini.

Baca Selengkapnya

2024, PTBA Yakin Target Produksi 41,3 Juta Ton Batu Bara Tercapai

3 hari lalu

2024, PTBA Yakin Target Produksi 41,3 Juta Ton Batu Bara Tercapai

PT Bukit Asam Tbk (PTBA) optimistis mampu memproduksi batu bara sebesar 41,3 juta ton di tahun 2024 ini.

Baca Selengkapnya

KPK Geledah Kantor ESDM dan PTSP Pemprov Maluku dalam Kasus TPPU Abdul Gani Kasuba

3 hari lalu

KPK Geledah Kantor ESDM dan PTSP Pemprov Maluku dalam Kasus TPPU Abdul Gani Kasuba

KPK menggeledah dua lokasi di Maluku perihal penyidikan perkara dugaan TPPU dengan tersangka eks Gubernur Maluku Utara Abdul Gani Kasuba.

Baca Selengkapnya

Cerita Pemilik Tanah di Paser Kaltim Terdampak Tambang Batu Bara: Kebun Sawit Tidak Bisa Dipanen

4 hari lalu

Cerita Pemilik Tanah di Paser Kaltim Terdampak Tambang Batu Bara: Kebun Sawit Tidak Bisa Dipanen

Akibat aktivitas tambang batu bara, kebun sawit warga di Paser Kaltim berubah menyerupai pulau. Tak lagi bisa dipanen.

Baca Selengkapnya

Walhi: Rencana Izin Usaha Pertambangan Bagi Ormas Bisa Perparah Kerusakan Lingkungan

5 hari lalu

Walhi: Rencana Izin Usaha Pertambangan Bagi Ormas Bisa Perparah Kerusakan Lingkungan

Walhi mengkritik rencana pemberian izin usaha pertambangan kepada ormas keagamaan bisa picu kerusakan lingkungan lebih berat

Baca Selengkapnya