Kebijakan PPKM Level 3 Libur Nataru, Mantan Direktur WHO Usul 5 Hal

Senin, 22 November 2021 08:55 WIB

Pengunjung menikmati suasana alam pegunungan objek wisata Watu Rumpuk Desa Mendak, Dagangan, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Ahad, 21 November 2021. Sejumlah pengunjung mulai mendatangi objek wisata yang berada di lereng Gunung Wilis tersebut, sejak dibuka kembali setelah sebelumnya ditutup karena masa pandemi. ANTARA/Siswowidodo

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah memutuskan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 3 di hari libur Natal dan Tahun Baru pada 24 Desember 2021-2 Januari 2022. Kebijakan itu dilakukan dengan tujuan untuk memutus penyebaran SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19.

Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara periode 2018-2020, Tjandra Yoga Aditama, membeberkan beberapa antisipasi yang perlu dilakukan. Yang pertama, menurutnya, saat ini masih satu bulan sebelum waktu libur panjang itu, dari pengalaman dan situasi dunia di tengah pandemi Covid-19, kondisi bisa berubah dalam hitungan minggu bahkan hari.

“Sehingga keputusan akhir tentu baiknya dilakukan ke lebih dekat dari waktu pelaksanaannya,” ujar dia melalui pesan WhatsApp, Minggu, 21 November 2021.

Antisipasi kedua, Guru Besar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) itu mengatakan jika diumumkan sekarang agar masyarakat tidak telanjur membeli tiket transportasi, maka perlu diwaspadai kemungkinan tingginya mobilitas pada Kamis, 23 Desember atau sebelumnya. “Dan juga, sekali lagi, sejauh ini kita belum tahu pasti tentang bagaimana situasi epidemiologi nanti di hari-hari akhir Desember 2021,” katanya lagi.

Ketiga, masih banyak aspek ketidakpastian mengenai Covid-19, termasuk misalnya ada atau tidaknya varian baru, meskipun sampai sekarang belum ada laporan yang jelas tentang varian baru yang mengkhawatirkan.

Advertising
Advertising

Keempat, antisipasi yang perlu dilakukan adalah tetap melakukan protokol kesehatan 5M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas).

Selain itu, Tjandra yang saat ini menjabat sebagai Direktur Pascasarjana Universitas YARSI Jakarta itu menyarankan kepada masyarakat agar memeriksakan diri jika ada kecurigaan sakit, atau ada kemungkinan kontak, atau sesudah bepergian dari negara yang sedang tinggi kasusnya, dan lain-lain. “Dan untuk yang belum divaksinasi agar segera divaksinasi,” tutur Tjandra.

Catatan kelima adalah beberapa hal yang perlu dilakukan pemerintah, seperti meningkatkan jumlah tes. Sekarang memang terkesan jumlah total seperti sudah memadai, tapi ada provinsi-provinsi yang tinggi dan cukup banyak kabupaten/kota yang belum mencapai target untuk test dan trace.

Kemudian, pemerintah juga diminta untuk terus meningkatkan pemeriksaan whole genome sequencing (WGS) untuk mendeteksi kemungkinan varian baru. Sampai 18 November 2021, Indonesia sudah memasukkan 8.839 sampel WGS virus SARS-CoV-2 ke GISAID yang memang mengkompilasi data dari seluruh dunia.

Singapura sudah memasukkan 9.652 sampel, Filipina 12.742 sampel dan India dengan 78.442 sampel. Yang paling tinggi adalah Amerika Serikat yang pada 18 November 2021 sudah memasukkan 1.608.136 sampel WGS virus ke GISAID, disusul oleh Inggris dengan 1.238.935 sampel.

Selain itu, vaksinasi juga harus terus digalakkan, apalagi sekitar 60 persen penduduk (dari angka target, bukan dari total populasi) belum mendapat vaksinasi lengkap. “Dan lansia bahkan sekitar 70 persen (dari angka target) belum dapat vaksinasi lengkap,” tutur Tjandra.

Mobilitas orang dari luar negeri perlu dikendalikan dengan baik, setidaknya dengan tiga cara, yakni pengetatan pemeriksaan di pintu masuk negara, dan pemberlakuan masa karantina yang memadai. Serta pemantauan bagi mereka yang sudah selesai karantina, setidaknya sampai 7 atau 14 hari kemudian.

Baca:
Kotanya Ditetapkan Masih PPKM Level IV, Kepala Daerah Ini Bingung

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

WHO: Hampir 10 Persen Makanan di Indonesia Tinggi Lemak Trans

17 jam lalu

WHO: Hampir 10 Persen Makanan di Indonesia Tinggi Lemak Trans

Ada banyak dampak buruk konsumsi lemak trans dalam kadar yang berlebih. Salah satu dampak buruknya adalah tingginya penyakit kardiovaskular.

Baca Selengkapnya

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

2 hari lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

2 hari lalu

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

Berita Top 3 Dunia pada Sabtu 4 Mei 2024 diawali penolakan India soal tudingan xenofobia oleh Presiden AS Joe Biden

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

3 hari lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

3 hari lalu

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

3 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

4 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

4 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

4 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

5 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya