Covid-19 Varian Omicron, Ini Fakta Kenapa Ahli Bilang Jangan Panik Dulu

Selasa, 30 November 2021 19:24 WIB

Seorang staf yang mengenakan pakaian pelindung memeriksa suhu seorang penumpang yang naik penerbangan internasional di bandara internasional Narita pada hari pertama penutupan perbatasan untuk mencegah penyebaran virus corona varian Omicron di tengah pandemi penyakit virus corona (COVID-19), di Narita, timur Tokyo, Jepang, 30 November 2021. [REUTERS/Kim Kyung-Hoon]

TEMPO.CO, Jakarta - Seorang dokter penyakit menular dari Afrika Selatan, Angelique Coetzee, menjelaskan bahwa Covid-19 varian Omicron memiliki jumlah mutasi yang tinggi. Meski begitu, dia mengungkapkan, beberapa kasus infeksinya disebutkan bergejala sangat ringan.

Sebelumnya, jumlah mutasi melampaui varian Delta mengembuskan kekhawatiran varian SARS-CoV-2 yang baru ditemukan di Botswana dan Afrika Selatan itu bakal lebih agresif. Juga kemungkinannya akan bisa mengatasi kekebalan tubuh yang dibawa infeksi alami maupun vaksinasi.

Coetzee mengaku, dirinya maupun koleganya yang lain belum menerima pasien yang membutuhkan rawat inap karena infeksi virus corona berlabel B.1.1.592 itu. "Hanya ada pasien yang mengalami kelelahan ekstrem, tapi tidak kehilangan rasa atau penciuman, yang sering menjadi salah satu gejala Covid-19," katanya, Senin 29 November 2021.

Laporan awal itu melegakan para ahli epidemiologi dan pakar lainnya. Namun, mereka tetap memperingatkan bahwa data yang ada masih terlalu sedikit untuk menarik kesimpulan apapun. Kekhawatiran yang lebih besar adalah seberapa cepat Omicron, dengan jumlah mutasi yang tinggi tersebut, dapat menyebar dan bagaimana kemungkinan itu dapat diatasi dengan vaksin.

Seorang dokter penyakit menular dari Johns Hopkins Center for Health Security, Amesh Adalja, menyatakan masih buta tentang varian Omicron. Sama seperti yang lain, dia menyatakan, "Yang lebih kami khawatirkan adalah kemampuan menular dan kemampuan menghindari kekebalan."

Advertising
Advertising

Adalja menduga vaksinasi masih akan memberikan perlindungan yang kuat terhadap gejala Covid-19 yang parah. Sementara orang yang tidak divaksinasi yang memiliki kekebalan alami dari infeksi Covid-19 berisiko lebih tinggi untuk re-infeksi.

“Mungkin infeksi ulang menjadi lebih umum dengan ini, tapi mungkin tidak mungkin Anda melihat infeksi yang parah menjadi umum pada orang sehat,” katanya lagi meyakinkan.

Stephen Morse, profesor epidemiologi dari Columbia University, Mailman School of Public Health, juga menyatakan melihat varian Omicron tidak hanya dari jumlah mutasinya, tapi di mana virus itu ditemukan atau berada. Beberapa peneliti memang menyebutkan bahwa mutasi varian virus dapat membuatnya lebih menular. Dan di Afrika Selatan, infeksi baru meningkat tiga kali lipat dalam seminggu terakhir.

Tetapi, Morse menambahkan, hanya sekitar 35 persen orang dewasa di Afrika Selatan yang sudah divaksinasi lengkap. "Bandingkan dengan 70,9 persen orang dewasa di Amerika Serikat," kata dia.

Menurut Direktur bioinformatika dari Pusat Genomik Patogen dan Evolusi Mikroba di Harvey Institute for Global Health, Ramon Lorenzo-Redondo, kemampuan varian Omicron menyebar sama cepat di negara-negara dengan tingkat vaksinasi tinggi harus diteliti lebih lanjut. Bahkan, kata dia, bisa saja penularan tidak terjadi di negara lain.

“Masih terlalu dini untuk mengetahui apakah varian ini akan menyebar. Mungkin faktor lain, seperti vaksinasi yang lebih tinggi, akan menghentikan ini,” tutur Lorenzo-Redondo yang juga seorang peneliti dan profesor kedokteran bidang penyakit menular di Northwestern University Feinberg School of Medicine itu.

Sejauh ini, varian Omicron telah terdeteksi di Inggris, Belanda, Hong Kong, Belgia dan sejumlah negara selain Afrika Selatan. Meskipun belum ditemukan di Amerika Serikat, pakar penyakit menular terkemuka di negara itu, Anthony Fauci, mengatakan pada akhir pekan lalu bahwa dia tidak akan terkejut jika sudah menemukan yang sebaliknya.

Terlepas dari berbagai informasi yang masih belum jelas, asisten profesor epidemiologi dan biostatistik di Arnold School of Public Health, University of South Carolina, Melissa Nolan, meminta masyarakat jangan panik. Menurutnya, munculnya Covid-19 varia Omicron merupakan hal normal yang memang dilakukan virus, yaitu bermutasi.

“Ini tidak akan menjadi varian terakhir yang masuk dalam Variant of Concern. Akan ada lebih banyak selama kita masih memiliki orang yang tidak divaksinasi, rentan terhadap penyakit,” kata Nolan.

Metode perlindungan yang sama yang telah berhasil selama pandemi, para ahli berujar, harus terus dilakukan, seperti memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilisasi. "Jika Anda sepenuhnya divaksinasi dan dikuatkan, Anda mungkin baik-baik saja,” tutur Nolan.

NBC NEWS | BBC

Baca juga:
Mutasi Bikin SARS-CoV-2 Berbahaya atau Musnah Sendiri, Begini Penjelasannya


Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

6 jam lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Buat Jemaah Calon Haji 2024, Ini Aturan Terbaru dari Arab Saudi

14 jam lalu

Buat Jemaah Calon Haji 2024, Ini Aturan Terbaru dari Arab Saudi

Arab Saudi mewajibkan jemaah calon haji memenuhi kriteria vaksinasi dan mendapatkan izin resmi.

Baca Selengkapnya

Vaksinasi Masih Jadi Tantangan, Banyak Orang Termakan Mitos Keliru

1 hari lalu

Vaksinasi Masih Jadi Tantangan, Banyak Orang Termakan Mitos Keliru

Masih ada warga yang menganggap vaksinasi dapat menyebabkan kematian sehingga pelaksanaannya masih sering menemui kendala.

Baca Selengkapnya

Olahraga dan Modifikasi Gaya Hidup, Investasi Kesehatan bagi Anak Muda

2 hari lalu

Olahraga dan Modifikasi Gaya Hidup, Investasi Kesehatan bagi Anak Muda

Olahraga bisa menjadi investasi kesehatan di masa datang dan penting bagi anak muda zaman sekarang mengubah gaya hidup sehat dengan rajin berolahraga.

Baca Selengkapnya

Jaksa ICC Wawancarai Staf Dua Rumah Sakit Gaza soal Kejahatan Perang Israel

2 hari lalu

Jaksa ICC Wawancarai Staf Dua Rumah Sakit Gaza soal Kejahatan Perang Israel

Jaksa dari Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) dilaporkan telah mewawancarai staf dari dua rumah sakit terbesar di Gaza

Baca Selengkapnya

Alasan Masyarakat Perlu Imunisasi Seumur Hidup

3 hari lalu

Alasan Masyarakat Perlu Imunisasi Seumur Hidup

Imunisasi atau vaksinasi tidak hanya diperuntukkan bagi bayi dan anak-anak tetapi juga orang dewasa. Simak alasannya.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

5 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

6 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Ditemukan Kuburan Massal di Khan Younis Gaza, Afrika Selatan Serukan Investigasi

7 hari lalu

Ditemukan Kuburan Massal di Khan Younis Gaza, Afrika Selatan Serukan Investigasi

Afrika Selatan menyerukan pada komunitas internasional agar dilakukan investigasi yang menyeluruh terkait temuan kuburan massal di Gaza

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

7 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya