Varian Omicron Ada di 38 Negara, Ahli: Angka Kematian Belum Jelas

Senin, 6 Desember 2021 17:22 WIB

Ilustrasi virus Corona (Covid-19) varian MU. Shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO memberikan konfirmasi bahwa Covid-19 varian Omicron sudah tersebar di 38 negara. Informasi awal menunjukkan bahwa varian dengan kode B.1.1.529 itu secara signifikan lebih menular daripada pendahulunya, tapi mungkin juga kurang fatal, juga belum menimbulkan kematian.

Guru Besar di Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Tjandra Yoga Aditama, menjelaskan bahwa hingga saat ini masih belum ada data Case Fatality Rate (CFR) mengenai varian itu. “Belum ada karena jumlah kasusnya masih kecil sekali,” ujar di saat dihubungi pada Senin, 6 Desember 2021.

Namun, para ahli juga memperingatkan bahwa masih terlalu dini untuk memastikan hal ini karena biasanya diperlukan beberapa saat sebelum prognosis—prediksi mengenai perkembangan suatu penyakit—pasien Covid-19 memburuk. Selain itu, sebagian besar infeksi saat ini terjadi di kalangan anak muda, yang juga memiliki risiko penyakit serius dan kematian akibat virus yang lebih rendah.

“Baik tingkat penularan termasuk gejala yang tertular Omicron sejauh ini masih belum ada kepastian, walau ada laporan kecil di sana-sini,” tutur Tjandra yang juga Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara periode 2018-2020 itu.

Menurut laporan, Covid-19 kembali menyebar seperti api di Afrika Selatan. Varian Omicron sudah dominan di Provinsi Gauteng, di mana 11.533 kasus baru dilaporkan pada Jumat malam saja, 3 Desember 2021, menurut statistik dari departemen kesehatan. Dengan 957 kasus, Provinsi Western Cape memiliki jumlah infeksi baru terbesar kedua.

Advertising
Advertising

Pada Jumat malam hari itu, 24,3 persen dari semua hasil tes positif, dibandingkan dengan 9,2 persen seminggu sebelumnya. Ada sebanyak 16.055 kasus baru dilaporkan, dibandingkan dengan 2.828 pada Jumat lalu.

Rawat inap juga meningkat lagi, hingga Minggu pagi, 3.202 pasien Covid-19 berada di rumah sakit, 274 di antaranya berada dalam perawatan intensif, menurut Institut Nasional untuk Penyakit Menular (NICD). Seminggu lalu ada 2.232 pasien di rumah sakit, 231 di antaranya dirawat intensif.

Seorang spesialis di NICD, Waasila Jassat, menerangkan bahwa peningkatan infeksi saat ini telah dimulai di antara orang berusia antara 10-29 tahun, tapi sejak itu menyebar ke semua kelompok umur. Menurut Jassat, lembaganya juga memantau penerimaan rumah sakit di antara anak-anak di bawah lima tahun, dan ada lebih banyak secara signifikan daripada selama gelombang infeksi sebelumnya.

“Sekitar 11 persen dari penerimaan rumah sakit antara 14-27 November adalah anak-anak di bawah usia dua tahun,” kata Jassat mengutip statistik NICD.

Peningkatan rawat inap anak-anak terkait Covid-19 ini mungkin sebagian disebabkan oleh dokter yang menerima mereka sebagai tindakan pencegahan. Sesampai di rumah sakit, anak-anak itu dinyatakan positif Covid-19, meskipun mereka telah dirawat karena penyakit lain, seperti flu.

Menurut Our World in Data, publikasi online ilmiah Oxford University, Inggris, tingkat kematian dari kasus terkonfirmasi Covid-19 di Afrika Selatan kini 3,03 persen. Tingkat kematian tertinggi di antara kasus yang dikonfirmasi adalah sekitar 3,4 persen antara akhir Maret dan Mei tahun ini.

Profesor Bruce Mellado, kepala komite penasihat Provinsi Gauteng, Afrika Selatan, untuk Covid-19, menerangkan bahwa pihaknya berencana untuk berbagi informasi dengan pemerintah Afrika Selatan pada Selasa besok mengenai studi tentang bagaimana Omicron membuat orang sakit.

Sementara, mengenai isolasi internasional yang dialami Afrika Selatan sejak keberadaan Omicron di negara itu diumumkan awal bulan lalu, Profesor Ian Sanne dari University Wits, yang juga anggota komite penasihat menteri tentang Covid-19, mengatakan itu akan berjalan singkat.

“Dalam jangka panjang, kita sebagai bangsa dan ilmuwan akan mendapatkan penghargaan yang pantas kita dapatkan. Kami melakukan hal yang benar,” tutur Sanne sambil menambahkan bahwa dengan bertindak secara transparan pihaknya akan segera mengumumkan berita tersebut, dan menyelamatkan banyak nyawa.

BLOOMBERG | NEWS24 | REUTERS

Baca:
Ahli Sebut Varian Omicron Virus Paling Bermutasi yang Pernah Ada

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

9 jam lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

1 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

1 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Penjelasan Guru Besar FKUI Soal Kenapa 1 Juta Lebih WNI Pilih Berobat di Luar Negeri

2 hari lalu

Penjelasan Guru Besar FKUI Soal Kenapa 1 Juta Lebih WNI Pilih Berobat di Luar Negeri

Jokowi menyebut 1 juta lebih WNI berobat ke luar negeri. Apa alasannya?

Baca Selengkapnya

Guru Besar UGM Anjurkan Daun Pegagan untuk Terapi Daya Ingat, Begini Cara Kerjanya

3 hari lalu

Guru Besar UGM Anjurkan Daun Pegagan untuk Terapi Daya Ingat, Begini Cara Kerjanya

Tanaman liar pegagan dianggap bisa membantu terapi daya ingat. Senyawa aktifnya memulihkan fungsi hipokampus, bagian krusial pada otak.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

5 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya

Gelar Kampus Menggugat di Hari Kartini, Guru Besar UGM: Kita Bagian Kerusakan Demokrasi di Era Jokowi

5 hari lalu

Gelar Kampus Menggugat di Hari Kartini, Guru Besar UGM: Kita Bagian Kerusakan Demokrasi di Era Jokowi

Kegiatan Kampus Menggugat ini menyorot kondisi demokrasi di penghujung kepemimpinan Presiden Joko Widodo atau Jokowi yang merupakan alumnus UGM.

Baca Selengkapnya

Unas Bentuk Tim Pencari Fakta Usut Kasus Kumba Digdowiseiso

7 hari lalu

Unas Bentuk Tim Pencari Fakta Usut Kasus Kumba Digdowiseiso

Unas membentuk Tim Pencari Fakta (TPF) dugaan pencatutan nama dalam publikasi jurnal internasional yang diduga melibatkan Kumba Digdowiseiso.

Baca Selengkapnya

Kata KIKA soal Pengunduran Diri Kumba Digdowiseiso yang Tak Disertai Pencabutan Gelar Guru Besar

7 hari lalu

Kata KIKA soal Pengunduran Diri Kumba Digdowiseiso yang Tak Disertai Pencabutan Gelar Guru Besar

Koordinator KIKA, Satria Unggul, mengatakan bahwa keputusan yang jadi pilihan Kumba Digdowiseiso harus dihormati.

Baca Selengkapnya

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

8 hari lalu

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa

Baca Selengkapnya