Top 3 Tekno Berita Hari Ini: 6 Penyakit Akibat Debu Vulkanik Semeru, Awan Panas

Reporter

Erwin Prima

Editor

Erwin Prima

Senin, 6 Desember 2021 21:54 WIB

Awan hitam akibat letusan Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Sabtu, 4 Desember 2021. Gunung Semeru mengalami erupsi yang disertai panas guguran dan hujan abu vulkanik cukup tebal Sabtu sore 4 Desember 2021 sekitar pukul 15.00 WIB. Twitter

TEMPO.CO, Jakarta - Top 3 Tekno Berita Hari Ini dimulai dari topik tentang Guru Besar di Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Tjandra Yoga Aditama, membeberkan enam penyakit yang perlu diwaspadai akibat asap dan abu vulkanik letusan gunung berapi seperti Gunung Semeru. “Sedikitnya ada enam penyakit yang perlu diwaspadai,” ujar dia melalui pesan WhatsApp, Minggu, 5 Desember 2021.

Berita terpopuler selanjutnya tentang Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Eko Budi Lelono menyatakan erupsi berupa awan panas guguran Gunung Semeru pada Sabtu, 4 Desember 2021, lebih besar dan luas daripada biasanya. Dia menduga ada faktor lain yang memberi dampak erupsi pada hari itu.

Selain itu, banjir rob merendam beberapa daerah di pesisir utara Pulau Jawa seperti Jakarta Utara, Indramayu, Kabupaten Tangerang, Bekasi dan bahkan Kepulauan Seribu. Rob kali ini ternyata berbeda dari yang biasanya terjadi di wilayah-wilayah itu.

Berikut tiga berita terpopuler di kanal Tekno.

1. Pakar: Waspadai 6 Penyakit Akibat Debu Vulkanik Gunung Semeru

Advertising
Advertising

Guru Besar di Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Tjandra Yoga Aditama, membeberkan enam penyakit yang perlu diwaspadai akibat asap dan abu vulkanik letusan gunung berapi seperti Gunung Semeru. “Sedikitnya ada enam penyakit yang perlu diwaspadai,” ujar dia melalui pesan WhatsApp, Minggu, 5 Desember 2021.

Enam penyakit tersebut adalah infeksi saluran pernafasan atas (ISPA); infeksi saluran pernafasan bawah (pneumonia dan bronkhitis); alergi, radang atau iritasi pada mata; alergi, infeksi atau iritasi pada kulit; gangguan saluran pencernaan; dan perburukan dari penyakit kronik baik karena daya tahan tubuh yang turun maupun karena stres atau lalai makan obat.

Menurut Tjandra yang juga Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara periode 2018-2020 itu, dampak pertama dari letusan gunung berapi adalah awan panas yang dapat langsung menerpa tubuh, juga mungkin lahar panas atau dingin. Selain itu, ada juga debu vulkanik dan gas yang bisa mengakibatkan iritasi pada kulit, mata dan saluran pernafasan.

“Kita sangat prihatin dengan dengan letusan Gunung Semeru, semoga para korban dapat segera tertolong,” tutur Tjandra sambil menambahkan bahwa jika ada letusan susulan dan atau keluarnya asap dan debu, maka dampaknya diharapkan bisa dicegah atau diminimalisir.

2. Erupsi Semeru, Para Ahli Tak Sangka Awan Panas Sangat Besar

Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Eko Budi Lelono menyatakan erupsi berupa awan panas guguran Gunung Semeru pada Sabtu, 4 Desember 2021, lebih besar dan luas daripada biasanya. Dia menduga ada faktor lain yang memberi dampak erupsi pada hari itu.

“Kami sudah mengidentifikasi adanya awan panas guguran, erupsi yang menjadi ciri khas Semeru ini, tapi memang pertanyaannya yang kemarin itu cukup besar, ini mungkin ada faktor lain,” kata Eko dalam konferensi pers, Minggu, 5 Desember 2021.

Dugaan ditujukannya kepada curah hujan tinggi. Ini yang memicu awan panas guguran dalam jumlah sangat besar. Dia berjanji memberi perhatian untuk antisipasi bencana ke depan. "Meskipun secara rutin awan panas itu terjadi, namun bisa juga berpotensi besar seperti yang terjadi ini,” kata dia.

Eko mengatakan, awan panas guguran merupakan ancaman sekaligus karakteristik khas dari letusan Gunung Semeru. Dia menyebut awan panas berasal dari ujung aliran lava yang berada di lereng gunung. "Endapan awan panas guguran ini terdiri dari material batu bersuhu tinggi,” ujarnya.

3. Badai di Laut dan Jarak Dekat Bulan Perparah Banjir Rob Saat Ini

Banjir rob merendam beberapa daerah di pesisir utara Pulau Jawa seperti Jakarta Utara, Indramayu, Kabupaten Tangerang, Bekasi dan bahkan Kepulauan Seribu. Rob kali ini ternyata berbeda dari yang biasanya terjadi di wilayah-wilayah itu.

“Tidak hanya disebabkan oleh pasang bulan biasa tapi juga karena maraknya badai di lautan,” kata Erma Yulihastin, peneliti klimatologi Pusat Riset dan Teknologi Atmosfer, BRIN, Minggu 5 Desember 2021.

Badai di lautan (storm surge), Erma menerangkan, adalah efek dari suatu sistem badai dalam pola garis-garis memanjang (squall-line). Efek itu menjalar dan dihasilkan oleh suatu sistem tekanan rendah yang terus berproses terbentuk semakin matang dan luas. Simak Top 3 Tekno Berita Hari Ini lainnya di Tempo.co.

Baca:
Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Varian Omicron Diduga dari Pasien HIV, Vaksinasi

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Gunung Semeru Enam Kali Erupsi pada Sabtu Pagi, Masyarakat Diminta Waspada

1 jam lalu

Gunung Semeru Enam Kali Erupsi pada Sabtu Pagi, Masyarakat Diminta Waspada

Erupsi Gunung Semeru pertama terjadi pada pukul 05.06 WIB dengan visual letusan tidak teramati.

Baca Selengkapnya

BMKG Prakirakan Hujan Melanda Sebagian Kota Besar, Waspadai Banjir Rob di Pesisir Jateng

6 jam lalu

BMKG Prakirakan Hujan Melanda Sebagian Kota Besar, Waspadai Banjir Rob di Pesisir Jateng

Sirkulasi siklonik membentuk daerah konvergensi yang mampu meningkatkan pertumbuhan awan hujan.

Baca Selengkapnya

Pantauan Aktivitas Vulkanik, Daerah Bahaya Gunung Slamet Diperlebar Satu Kilometer

1 hari lalu

Pantauan Aktivitas Vulkanik, Daerah Bahaya Gunung Slamet Diperlebar Satu Kilometer

Rekomendasi dikeluarkan sekalipun status aktivitas Gunung Slamet tetap pada Level II alias Waspada, tidak berubah sejak Oktober lalu.

Baca Selengkapnya

Status Aktivitas Vulkanik Gunung Ibu di Maluku Utara Menjadi Awas Hari Ini

1 hari lalu

Status Aktivitas Vulkanik Gunung Ibu di Maluku Utara Menjadi Awas Hari Ini

Belum genap 10 hari lalu status Gunung Ibu dinaikkan ke level Siaga. Masyarakatnya diminta mewaspadai potensi banjir lahar.

Baca Selengkapnya

Gunung Ile Lewotolok Alami Gempa Hembusan 211 Kali, Badan Geologi Imbau Warga Waspada

2 hari lalu

Gunung Ile Lewotolok Alami Gempa Hembusan 211 Kali, Badan Geologi Imbau Warga Waspada

Badan Geologi mengimbau masyarakat untuk mewaspadai bahaya abu vulkanik Gunung Ile Lewotolok.

Baca Selengkapnya

Satika Simamora Serukan Kepedulian untuk Membantu Sesama

2 hari lalu

Satika Simamora Serukan Kepedulian untuk Membantu Sesama

Anggota DPRD Provinsi Dapil Sumatera Utara 9, Satika Simamora, menjenguk beberapa warganya.

Baca Selengkapnya

Zona Siaga Erupsi Gunung Ile Lewotolok Diperluas ke Sektor Barat, Imbas Aliran Lava

4 hari lalu

Zona Siaga Erupsi Gunung Ile Lewotolok Diperluas ke Sektor Barat, Imbas Aliran Lava

Badan Geologi memperluas cakupan wilayah terdampak erupsi Gunung api Ili Lewotolok di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur.

Baca Selengkapnya

Status Gunung Ruang Turun ke Siaga, Begini Rekomendasi Badan Geologi

4 hari lalu

Status Gunung Ruang Turun ke Siaga, Begini Rekomendasi Badan Geologi

Pada umumnya kegempaan vulkanik di Gunung Ruang cenderung rendah, lebih didominasi oleh gempa tektonik.

Baca Selengkapnya

Badan Geologi Turunkan Status Gunung Ruang dari Awas Menjadi Siaga

5 hari lalu

Badan Geologi Turunkan Status Gunung Ruang dari Awas Menjadi Siaga

Badan Geologi menurunkan status Gunung Ruang di Sulawesi Utara dari Level IV atau Awas menjadi Level III atau Siaga mulai Senin, 13 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

VONA Merah, Peringatan dari Badan Geologi Ketka Tinggi Abu Gunung Ibu Tembus 5 Kilometer

5 hari lalu

VONA Merah, Peringatan dari Badan Geologi Ketka Tinggi Abu Gunung Ibu Tembus 5 Kilometer

Badan Geologi melaporkan letusan Gunung Ibu pada Senin, 13 Mei 2024, pukul 09.12 WIT, dengan tinggi kolom abu menembus 5 kilometer.

Baca Selengkapnya