Ahli Sebut Antibodi Vaksin Sinovac Tak Cukup Melawan Omicron

Kamis, 16 Desember 2021 10:53 WIB

Seorang pria yang mengenakan masker berjalan melewati ilustrasi virus di luar pusat sains regional di tengah wabah penyakit virus corona (COVID-19), di Oldham, Inggris, 3 Agustus 2020. [REUTERS/Phil Noble]

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti University of Hong Kong menyebutkan bahwa vaksin Covid-19 yang dibuat oleh Sinovac Biotech tidak memberikan antibodi yang cukup untuk menetralkan varian Omicron. Hal itu berdasarkan temuan laboratorium awal yang mungkin memiliki konsekuensi luas bagi jutaan orang yang mengandalkannya untuk melindungi dari Covid-19.

Para peneliti telah memeriksa 25 orang yang divaksinasi penuh dengan suntikan salah satu vaksin yang paling banyak digunakan di dunia, yang disebut Coronavac. “Tidak ada yang menunjukkan antibodi yang cukup dalam serum darah mereka untuk menetralkan varian Omicron,” ujar tim peneliti, pada Selasa, 14 Desember 2021.

Dalam kelompok terpisah yang terdiri dari 25 orang yang divaksinasi lengkap dengan suntikan RNA messenger yang dikembangkan Pfizer dan BioNTech, lima memiliki kemampuan menetralkan varian baru. Itu sejalan dengan temuan yang dirilis minggu lalu oleh perusahaan, yang mengatakan suntikan ketiga akan cukup untuk melindungi dari Omicron.

Dipimpin oleh Kwok-Yung Yuen, profesor penyakit menular yang sangat dihormati di University of Hong Kong, penelitian terhadap 50 orang telah diterima untuk diterbitkan dalam jurnal medis Clinical Infectious Diseases dan tersedia online sebagai pra-cetak.

Sementara masih banyak yang belum diketahui tentang bagaimana suntikan Sinovac bereaksi terhadap Omicron—termasuk bagaimana sel T, senjata sistem kekebalan melawan sel yang terinfeksi virus, akan merespons. Temuan ini merupakan pukulan bagi mereka yang telah menerima 2,3 miliar dosis Coronavac yang dikirimkan sebagian besar di Cina dan negara berkembang.

Advertising
Advertising

Omicron terlihat setidaknya empat kali lebih menular daripada varian Delta dalam sebuah penelitian di Jepang. Sementara, prospek harus memvaksinasi ulang strain baru akan menghambat upaya dunia untuk keluar dari pandemi.

Jika Sinovac ditemukan dalam studi yang lebih konklusif tidak efektif terhadap Omicron, Cina, yang berhasil melindungi rakyatnya dari Covid-19, bisa menghadapi ancaman terbesar dari varian baru. Pemerintah memberikan 2,6 miliar suntikan kepada 1,4 miliar orang penduduknya, tapi sekarang menghadapi prospek harus mengembangkan vaksin baru dan meluncurkannya lagi.

Di antara negara-negara lain yang menggunakan Coronavac, gelombang infeksi sebelumnya akan memberikan kekebalan alami dan membantu memastikan ‘tidak ada dampak besar’ dari Omicron, kata Benjamin Cowling, seorang profesor epidemiologi di University of Hong Kong.

Tetapi populasi di Cina daratan dan Hong Kong tidak pernah mengalami infeksi skala besar sebelumnya, yang membuat mereka rentan. Seorang profesor di University of Hong Kong, Nicholas Thomas, menjelaskan, pihak berwenang Cina telah bekerja keras untuk memiliki tingkat vaksinasi yang tinggi di seluruh negeri.

“Tapi virus yang berubah-ubah berarti bahwa dampak dari upaya tersebut telah berkurang secara signifikan," tutur Thomas, yang juga telah mengedit beberapa buku tentang kebijakan luar negeri dan kesehatan masyarakat.

Menurutnya, tantangan dua kali lipat yang sekarang dihadapi Cina adalah bagaimana memastikan populasi mereka kembali terlindungi dari omicron dan mutasi di masa depan. “Ditambah mengelola arus barang dan orang melintasi perbatasan ketika seluruh dunia bergerak untuk hidup dengan virus," ujar dia.

Negara ini telah mendeteksi dua kasus Omicron sejauh ini pada pelancong yang kembali, dengan salah satunya ditemukan lebih dari dua minggu setelah ia memasuki Cina. Pemerintah Cina telah berjuang sepanjang tahun untuk membasmi infeksi Delta, dan untuk sementara kasus harian tergolong kecil.

Tim peneliti Hong Kong telah mengekspor virus Omicron yang diisolasi ke pemerintah Cina dan produsen vaksin untuk pengembangan vaksin yang menargetkan varian baru. Sinovac mengatakan pekan lalu bahwa mereka sedang mempelajari bagaimana vaksinnya bertahan terhadap Omicron, tapi tidak memberikan batas waktu untuk merilis hasil.

NDTV | REUTERS | CLINICAL INFECTIOUS DISEASES

Baca:
Maria Van Kerkhove WHO: Mengatakan Infeksi Omicron Ringan Saja Sangat Berbahaya

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Kenapa Orang Suka Aroma Bayi? Ini Penjelasan Ilmiahnya

6 hari lalu

Kenapa Orang Suka Aroma Bayi? Ini Penjelasan Ilmiahnya

Cairan amnion dan substansi seperti verniks caseosa berperan dalam menciptakan aroma bayi yang khas.

Baca Selengkapnya

Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

12 hari lalu

Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

Selain penampilan, orang tinggi diklaim punya kelebihan pada kesehatan dan gaya hidup. Berikut keuntungan memiliki tinggi badan di atas rata-rata.

Baca Selengkapnya

Selain Tikus, Inilah 4 Hewan yang Kerap Dijadikan Percobaan Penelitian

12 hari lalu

Selain Tikus, Inilah 4 Hewan yang Kerap Dijadikan Percobaan Penelitian

Berikut beberapa hewan yang kerap dijadikan hewan percobaan dalam penelitian:

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

16 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya

Begini Cara Menulis Artikel Ilmiah di Jurnal Terindeks Scopus

20 hari lalu

Begini Cara Menulis Artikel Ilmiah di Jurnal Terindeks Scopus

Jurnal terindeks Scopus menjadi salah satu tujuan para peneliti di Indonesia untuk mempublikasikan artikel ilmiah atau penelitiannya, bagaimana cara menulis artikel ilmiah yang terindeks scopus?

Baca Selengkapnya

Monash University Gelar World Health Summit, Demam Berdarah Hingga Penelitian Soal Obat Jadi Bahasan

28 hari lalu

Monash University Gelar World Health Summit, Demam Berdarah Hingga Penelitian Soal Obat Jadi Bahasan

World Health Summit akan pertama kali digelar di Monash University. Ada beberapa tema yang akan dibahas oleh peneliti, salah satunya, demam berdarah

Baca Selengkapnya

Jelang Gerhana Matahari 8 April, Kenali Fenomena Gerhana Matahari Terlama di Alam Semesta

34 hari lalu

Jelang Gerhana Matahari 8 April, Kenali Fenomena Gerhana Matahari Terlama di Alam Semesta

Sistem yang disebut dengan kode astronomi TYC 2505-672-1 memecahkan rekor alam semesta untuk gerhana matahari terlama.

Baca Selengkapnya

Begini Bunyi Sumpah yang Diucapkan Para Saksi dan Ahli dalam Sengketa Pilpres di MK

35 hari lalu

Begini Bunyi Sumpah yang Diucapkan Para Saksi dan Ahli dalam Sengketa Pilpres di MK

Berikut bunyi sumpah yang diucapkan oleh ahli dan saksi dalam sidang sengketa Pilpres 2024 di MK.

Baca Selengkapnya

Publikasi Ilmiah Senasib Gunung Padang dan SNBP 2024 di Top 3 Tekno Berita Terkini

41 hari lalu

Publikasi Ilmiah Senasib Gunung Padang dan SNBP 2024 di Top 3 Tekno Berita Terkini

Seperti situs Gunung Padang, ada banyak laporan penelitian yang pernah dicabut dari jurnal ilmiah internasional. Cek asal negaranya yang terbanyak.

Baca Selengkapnya

Ahli ITB Jelaskan Penyebab Longsor Mematikan di Cipongkor Bandung Barat

42 hari lalu

Ahli ITB Jelaskan Penyebab Longsor Mematikan di Cipongkor Bandung Barat

Faktor utama pemicu longsor adalah curah hujan yang lebat.

Baca Selengkapnya