Varian Omicron Ditemukan di Indonesia, Guru Besar FKUI Minta Segera Ditelusuri

Kamis, 16 Desember 2021 17:41 WIB

Ilustrasi Covid-19 varian Omicron. REUTERS/Dado Ruvic

TEMPO.CO, Jakarta - Kasus pertama Covid-19 varian Omicron terdeteksi di Indonesia, yang terjadi pada salah seorang petugas kebersihan di pusat karantina Wisma Atlet. Menanggapi temuan itu, Guru Besar di Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Tjandra Yoga Aditama, meminta agar segera ditelusuri.

“Tindakan pertama yang harus dilakukan adalah menelusuri dengan sangat luas tentang siapa saja yang kontak dengan kasus Omicron ini,” ujar dia saat dihubungi, Kamis, 16 Desember 2021.

Selain itu, Tjandra juga meminta agar perlu dinilai apakah sudah terjadi ‘community transmission’ atau tidak, khususnya jika kasus yang positif memang tidak ada riwayat perjalanan negara terjangkit. Harus diidentifikasi apakah memang sudah ada ‘sustained transmission’ atau penularan berkelanjutan atau tidak.

Hingga 14 Desember 2021, sudah ada 77 negara yang melaporkan kasus infeksi varian dengan kode B.1.1.529 itu, sehingga Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara periode 2018-2020 itu menilai sangat bisa dimengerti jika varian Omicron muncul di Indonesia.

Tjandra juga menyarankan beberapa hal yang perlu dilakukan pemerintah sekarang ini, yaitu meningkatkan tes, baik PCR maupun sequence genome secara sitematis dan luas. “Dan telusuri pada sebagian besar kontak dari seorang kasus, misalnya tidak cukup ditetapkan hanya delapan,” tutur dia.

Advertising
Advertising

Selain itu, Tjandra juga menyarankan agar terus meningkatkan vaksinasi. Menurutnya, per hari ini masih sekitar separuh penduduk Indonesia belum mendapat vaksinasi memadai (dua kali), bahkan masih sekitar dua pertiga lansia juga yang belum terlindungi dengan vaksin memadai.

Yang perlu dilakukan lainnya adalah pembatasan sosial sesuai dengan perkembangan epidemiologi yang ada. Untuk itu ada dua hal penting, yakni data yang tersedia harus akurat dan jika ada peningkatan kasus, maka jangan sampai terlambat untuk melakukan pengetatan pembatasan sosial.

“Semua keputusan tentu diambil berdasar bukti ilmiah. Dalam hal ini perlu diingat bahwa mungkin saja ada berbagai pendapat pakar terhadap suatu masalah, dan untuk itu perlu penapisan yang cermat,” kata Tjandra.

Untuk masyarakat, Direktur Pascasarjana Universitas YARSI Jakarta itu mengingatkan pelaksanaan ketat protokol kesehatan 5M. Menurutnya, saat ini protokol kesehatan memang perlu dan menjadi bagian dari gaya hidup, bukan hanya konsep ‘new normal’, tapi menjadi ‘now normal’.

Dalam hal 3T, jika memang ada kecurigaan, maka perlu memeriksakan diri, bila perlu dengan PCR. Jika ternyata hasilnya positif, maka perlu menghubungi kerabat yang pernah kontak, dan juga memberitahu otoritas kesehatan tentang ke mana saja bepergian dalam beberapa hari terakhir untuk bisa dilakukan telusur masif. Jika belum vaksin, segera divaksin.

“Marilah kita mendapat informasi yang benar dari sumber yang sahih. Jangan cepat terombang-ambing akibat berita yang tidak jelas sumbernya, walaupun beredar di WhatsApp grup kita,” ujar dia lagi.

Tjandra juga meminta agar semua masyarakat bisa menjalankan perilaku hidup sehat, ada atau tidak adanya Covid-19. Setidaknya dalam bentuk yang dia sebut CERDIK (Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan kebiasaan-kebiasaan buruk yang mengganggu kesehatan, Rajin berolah raga atau aktifitas fisik, Diet yang baik dalam bentuk makanan bergizi seimbang, Istirahat yang cukup, dan Kelola stress).

Namun, Mantan Dirjen Pengendalian Penyakit di Kementerian Kesehatan itu juga menerangkan bahwa Omicron oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO dimasukkan ke dalam varian of concern (VOC), varian yang perlu diwaspadai. “Jadi jangan diartikan sebagai varian yang menjadikan kita panik, walaupun nanti kasus Omicron dapat bertambah lagi di negara kita.”

Baca:
Varian Omicron Ditemukan di Indonesia, Sultan Instruksikan Tiga Hal

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Dosen FKUI Raih Penghargaan Best Paper pada Kongres Obstetri dan Ginekologi di Jepang

1 jam lalu

Dosen FKUI Raih Penghargaan Best Paper pada Kongres Obstetri dan Ginekologi di Jepang

Dosen FKUI dapat bersaing di dunia medis secara global.

Baca Selengkapnya

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

2 hari lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

4 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

4 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

5 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

5 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Pembekuan Darah Usai Vaksinasi AstraZeneca, Epidemiolog: Kasusnya Langka dan Risiko Terkena Minim

5 hari lalu

Pembekuan Darah Usai Vaksinasi AstraZeneca, Epidemiolog: Kasusnya Langka dan Risiko Terkena Minim

Pasien pembekuan darah pertama yang disebabkan oleh vaksin AstraZeneca adalah Jamie Scott.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

5 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Vaksinasi Masih Jadi Tantangan, Banyak Orang Termakan Mitos Keliru

6 hari lalu

Vaksinasi Masih Jadi Tantangan, Banyak Orang Termakan Mitos Keliru

Masih ada warga yang menganggap vaksinasi dapat menyebabkan kematian sehingga pelaksanaannya masih sering menemui kendala.

Baca Selengkapnya

Guru Besar IPB Ungkap Keunggulan Pendekatan Metabolomik untuk Deteksi Kehalalan Pangan

7 hari lalu

Guru Besar IPB Ungkap Keunggulan Pendekatan Metabolomik untuk Deteksi Kehalalan Pangan

Metode-metode analisis pangan halal yang telah dikembangkan selama ini memiliki keterbatasan.

Baca Selengkapnya