Vaksin Covid-19 Dosis Tunggal Buatan Kanada Siap Diuji pada Manusia

Senin, 20 Desember 2021 07:53 WIB

Botol kecil berlabel stiker "Vaccine COVID-19" dan jarum suntik medis dalam foto ilustrasi yang diambil pada 10 April 2020. [REUTERS / Dado Ruvi]

TEMPO.CO, Jakarta - Vaksin Covid-19 dosis tunggal yang dikembangkan peneliti di Ottawa, Kanada, telah menghasilkan respons kekebalan yang kuat dan tahan lama pada tikus dan monyet. Vaksin yang didasarkan pada strain virus yang bereplikasi itu kini siap diuji klinis pada manusia.

Ilmuwan senior di Ottawa Hospital yang juga penulis studi, John Bell, menjelaskan, vaksin yang dikenal sebagai TOH-Vac1 itu akan menjadi alat baru yang serbaguna. “Vaksin ini juga berpotensi penting dalam perang global melawan pandemi Covid-19 dan varian-variannya,” ujar dia dalam laporan pekan lalu.

Vaksin TOH-Vac1 menggunakan strain virus Vaccinia yang telah dilemahkan, yang digunakan dalam kampanye global untuk memberantas cacar, penyakit menular yang membunuh dan membuat orang cacat selama ribuan tahun. Vaksin mode ini sukses mengatasi wabah cacar pada 1950-an dan 60-an.

Virus Vaccinia juga telah digunakan dalam vaksin untuk hepatitis B. Bell, yang pekerjaannya sebelumnya berfokus pada pemanfaatan kekuatan virus untuk melawan kanker, mengatakan vaksin Covid-19 berbasis virus menawarkan potensi, keserbagunaan, dan keamanan.

“Virus telah digunakan untuk memvaksinasi orang selama bertahun-tahun, jadi mereka memiliki catatan keamanan yang bagus,” kata Bell yang studinya diterbitkan dalam jurnal Molecular Therapy baru-baru ini.

Advertising
Advertising

Hal lain yang bagus tentang vaksin model itu—terutama yang dapat bereplikasi seperti ini—adalah bahwa mereka menghasilkan respons kekebalan yang jauh lebih kuat. “Dosis tunggal akan dapat memberi Anda kekebalan jangka panjang.”

Stephen Boulton, rekan pascadoktoral yang bekerja di Pusat Kanker Ottawa Hospital, merupakan salah satu peneliti yang membantu memahami dan mengembangkan TOH-Vac1. Menurutnya, ketika pandemi melanda, semua orang ingin membantu. “Inilah sebabnya kami masuk ke sains,” tutur dia.

Boulton dan rekan-rekannya membandingkan kemanjuran dua vaksin yang dibuat dari strain virus Vaccinia yang berbeda. Versi replikasi terbukti lebih kuat daripada yang non-replikasi, menghasilkan tiga sampai empat kali lebih banyak antibodi dan mengaktifkan lebih banyak sel-T.

Monyet yang diberi virus tidak mengalami efek samping selain pembengkakan kecil atau luka di tempat suntikan. Bahkan, tingkat antibodi pelindung tetap tinggi enam bulan kemudian. Saat vaksin masuk ke dalam tubuh, Bell melanjutkan, virus yang melemah menginfeksi beberapa sel inang.

“Seluruh proses melompat dari sel ke sel menghasilkan respons inflamasi, yang memberi Anda respons imun yang hebat,” tutur Bell sambil menambahkan bahwa vaksin memberikan kekebalan dengan menetralkan kemampuan SARS-CoV-2 untuk menginfeksi sel inang yang dibutuhkannya untuk bertahan hidup dan bereproduksi.

Penelitian awal vaksin didanai oleh hibah dari Thistledown Foundation, sebuah badan amal yang didirikan oleh pendiri Shopify dan istrinya, Tobi Lütke dan Fiona McKean, serta dukungan dari Ottawa Hospital Foundation dan Canadian Institutes of Health Research. Tim peneliti sekarang sedang mencari hibah penelitian sebesar US$ 1 juta sehingga vaksin dapat beralih ke uji klinis ke manusia.

Menurut Bell, TOH-Vac1 mungkin terbukti sangat penting dalam upaya meningkatkan tingkat vaksinasi global karena murah, mudah dibuat, dan dapat digunakan untuk berbagai varian. Sebagai platform vaksin, katanya, virus tersebut menawarkan kepada para ilmuwan kapasitas pengkodean yang besar, artinya virus itu dapat direkayasa secara genetik dengan protein berbeda dari virus corona yang menyebabkan Covid-19.

Dengan informasi itu, Bell berujar, sistem kekebalan dapat menghasilkan lebih banyak antibodi dan sel T yang dibutuhkan untuk melawan infeksi virus corona—bahkan mungkin satu dari varian baru. “Anda sebenarnya dapat menargetkan bagian virus yang benar-benar invarian, yang tidak berubah,” Bell menjelaskan.

SALTWIRE | MOLECULAR THERAPY

Baca:
Ahli Sebut Antibodi Vaksin Sinovac Tak Cukup Melawan Omicron

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

5 jam lalu

Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

Polisi Kanada pada Jumat menangkap dan mendakwa tiga pria India atas pembunuhan pemimpin separatis Sikh Hardeep Singh Nijjar tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Respons Isu Efek Langka Vaksin AstraZeneca, Budi Gunadi: Benefitnya Jauh Lebih Besar

21 jam lalu

Respons Isu Efek Langka Vaksin AstraZeneca, Budi Gunadi: Benefitnya Jauh Lebih Besar

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin buka suara soal efek samping langka dari vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

23 jam lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper

1 hari lalu

Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper

Peneliti Unair berhasil mengukir namanya di kancah internasional dengan meraih best paper award dari jurnal ternama Engineered Science.

Baca Selengkapnya

Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

1 hari lalu

Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

Sekarang ukuran roket juga tidak besar, tapi bisa mengangkut banyak satelit kecil.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

1 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Pembekuan Darah Usai Vaksinasi AstraZeneca, Epidemiolog: Kasusnya Langka dan Risiko Terkena Minim

1 hari lalu

Pembekuan Darah Usai Vaksinasi AstraZeneca, Epidemiolog: Kasusnya Langka dan Risiko Terkena Minim

Pasien pembekuan darah pertama yang disebabkan oleh vaksin AstraZeneca adalah Jamie Scott.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

1 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Ketergantungan Impor 99 Persen, Peneliti BRIN Riset Jamur Penghasil Enzim

2 hari lalu

Ketergantungan Impor 99 Persen, Peneliti BRIN Riset Jamur Penghasil Enzim

Di Indonesia diperkirakan terdapat 200 ribu spesies jamur, yang di antaranya mampu memproduksi enzim.

Baca Selengkapnya

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

2 hari lalu

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

Polusi udara yang erat kaitannya dengan tingginya beban penyakit adalah polusi udara dalam ruang (rumah tangga).

Baca Selengkapnya