Ilmuwan Identifikasi Antibodi yang Dapat Menetralkan Varian Omicron

Selasa, 28 Desember 2021 09:12 WIB

Ilustrasi virus Corona (Covid-19) varian MU. Shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah tim ilmuwan internasional telah mengidentifikasi antibodi yang menetralkan Omicron dan varian SARS-CoV-2 lainnya. Profesor Biokimia dari University of Washington School of Medicine, David Veesler, yang merupakan pemimpin studi menerangkan, antibodi itu menargetkan area protein spike virus yang pada dasarnya tetap tidak berubah saat virus bermutasi.

Menurut Veesler, temuannya bisa dimanfaatkan untuk merancang vaksin dan perawatan antibodi yang akan efektif terhadap tidak hanya varian omicron tetapi varian lain yang mungkin muncul di masa depan. “Temuan ini fokus pada antibodi yang menargetkan situs yang terkonservasi pada protein spike, dan memberi tahu kita ada cara untuk mengatasi evolusi berkelanjutan virus,” ujar dia pada Senin, 27 Desember 2021.

Varian omicron memiliki 37 mutasi pada protein spike, yang digunakan untuk menempel dan menyerang sel—jumlah mutasi yang luar biasa tinggi. Diperkirakan bahwa perubahan ini menjelaskan sebagian mengapa varian itu dapat menyebar begitu cepat, menginfeksi orang yang sudah divaksinasi dan menginfeksi kembali mereka yang sebelumnya terinfeksi.

"Pertanyaan utama yang kami coba jawab adalah, bagaimana konstelasi mutasi pada protein spike varian Omicron mempengaruhi kemampuannya untuk mengikat sel dan menghindari respons antibodi sistem kekebalan," kata Veesler.

Veesler memimpin proyek penelitian bersama dengan Davide Corti dari Humabs Biomed SA, Vir Biotechnology, di Swiss. Temuan penelitian ini dipublikasikan pada 23 Desember di jurnal Nature. Penulis utama penelitian ini adalah Elisabetta Cameroni dan Christian Saliba (Humabs), John E. Bowen (University of Washington Biochesmistry) dan Laura Rosen (Vir).

Advertising
Advertising

Veesler dan rekan-rekannya berspekulasi, sejumlah besar mutasi Omicron mungkin terakumulasi selama infeksi berkepanjangan pada seseorang dengan sistem kekebalan yang lemah atau oleh virus yang melompat dari manusia ke spesies hewan dan kembali lagi.

Untuk menilai efek dari mutasi ini, para peneliti merekayasa virus non-replikasi yang dinonaktifkan, disebut pseudovirus, untuk menghasilkan protein spike di permukaannya, seperti yang dilakukan virus corona. Mereka kemudian menciptakan pseudovirus yang memiliki protein spike dengan mutasi Omicron dan yang ditemukan pada varian paling awal.

Mereka melihat seberapa baik versi berbeda dari protein spike mampu mengikat protein pada permukaan sel, yang digunakan virus untuk menempel dan memasuki sel. Protein ini disebut reseptor angiotensin converting enzyme-2 (ACE2). Mereka menemukan bahwa protein spike Omicron mampu mengikat 2,4 kali lebih baik daripada protein spike yang ditemukan pada virus yang diisolasi pada awal pandemi.

"Itu bukan peningkatan besar, tapi dalam wabah SARS pada 2002-2003, mutasi pada protein spike yang meningkatkan afinitas dikaitkan dengan transmisibilitas dan infektivitas yang lebih tinggi,” tutur Veesler sambil menambahkan bahwa timnya juga menemukan Omicron mampu mengikat reseptor ACE2 tikus secara efisien, menunjukkan Omicron mungkin bisa menular antara manusia dan mamalia lainnya.

Para peneliti kemudian melihat seberapa baik antibodi terhadap isolat virus sebelumnya melindungi terhadap Omicron. Mereka melakukan ini dengan menggunakan antibodi dari pasien yang sebelumnya telah terinfeksi dengan versi virus sebelumnya, divaksinasi terhadap jenis virus sebelumnya, atau telah terinfeksi dan kemudian divaksinasi.

Mereka menemukan bahwa antibodi dari orang-orang yang telah terinfeksi oleh jenis sebelumnya dan dari mereka yang telah menerima salah satu dari enam vaksin yang paling banyak digunakan saat ini, semuanya telah mengurangi kemampuan untuk memblokir infeksi.

Antibodi dari orang yang sebelumnya telah terinfeksi dan mereka yang telah menerima vaksin Sputnik V atau Sinopharm serta dosis tunggal Johnson & Johnson memiliki sedikit atau tidak ada kemampuan untuk memblokir—atau menetralkan—masuknya Omicron ke dalam sel. Antibodi dari orang yang telah menerima dua dosis vaksin Moderna, Pfizer, dan AstraZeneca mempertahankan beberapa aktivitas penetral, meskipun berkurang 20 hingga 40 kali lipat, jauh lebih banyak daripada varian lainnya.

MEDICAL XPRESS | PYS | NATURE

Baca:
Kasus Omicron di Indonesia, Begini Dokter dan Ahli Bicara Gejala yang Ada

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

BRIN Kirim Surat Teguran, Minta Ratusan Pensiunan Ilmuwan Kosongkan Rumah di Puspiptek

2 hari lalu

BRIN Kirim Surat Teguran, Minta Ratusan Pensiunan Ilmuwan Kosongkan Rumah di Puspiptek

BRIN meminta ratusan pensiunan ilmuwan mengosongkan rumah dinas di Puspiptek paling lambat 15 Mei 2024

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

10 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Hari-hari Menegangkan 4 Tahun Lalu Saat Mula Wabah Pandemi Covid-19

50 hari lalu

Kilas Balik Hari-hari Menegangkan 4 Tahun Lalu Saat Mula Wabah Pandemi Covid-19

WHO tetapkan 11 Maret 2020 sebagai hari pertama pandemi global akibat wabah Covid-19. Kini, 4 tahun berlalu, masihkan patuhi protokol kesehatan?

Baca Selengkapnya

4 Tahun Pasca Kasus Pertama Covid-19 di Indonesia, Berikut Kilas Baliknya

57 hari lalu

4 Tahun Pasca Kasus Pertama Covid-19 di Indonesia, Berikut Kilas Baliknya

Genap 4 tahun pasca kasus Covid-19 teridentifikasi pertama kali di Indonesia pada 2 Maret 2020 diikuti sebaran virus yang terus meluas.

Baca Selengkapnya

Vladimir Putin Bocorkan Ilmuwan Rusia sedang Membuat Vaksin untuk Obati Kanker

15 Februari 2024

Vladimir Putin Bocorkan Ilmuwan Rusia sedang Membuat Vaksin untuk Obati Kanker

Vladimir Putin mengkonfirmasi ilmuwan bidang medis di Rusia sedang berusaha membuat vaksin untuk melawan penyakit kanker.

Baca Selengkapnya

Apa Itu Sivitas Akademika yang Terus Lakukan Kritik terhadap Jokowi?

10 Februari 2024

Apa Itu Sivitas Akademika yang Terus Lakukan Kritik terhadap Jokowi?

Sivitas akademika dari puluhan universitas terus melakukan kritik terhadap Jokowi, menjelang Pemilu 2024. Apakah itu sivitas akademika?

Baca Selengkapnya

Para Ilmuwan Temukan Asteroid Dekat Bumi Beberapa Jam Sebelum Meledak di Atas Berlin

25 Januari 2024

Para Ilmuwan Temukan Asteroid Dekat Bumi Beberapa Jam Sebelum Meledak di Atas Berlin

Asteroid ini bisa dilihat masyarakat di sekitar Berlin, Jerman, dengan bentuk seperti pancaran sinar bola api.

Baca Selengkapnya

Bangladesh Deteksi Sub-Varian Baru Covid-19, Tidak Mematikan tapi Cepat Menular

19 Januari 2024

Bangladesh Deteksi Sub-Varian Baru Covid-19, Tidak Mematikan tapi Cepat Menular

Bangladesh mendeteksi sub-varian baru Covid-19, JN.1, yang disebut sebagai strain omicron "varian menarik" oleh WHO

Baca Selengkapnya

Mumi Alien yang Misterius Muncul di Peru Ternyata Boneka Humanoid

14 Januari 2024

Mumi Alien yang Misterius Muncul di Peru Ternyata Boneka Humanoid

Para ilmuwan menyatakan 'mumi alien' di Peru sebenarnya adalah boneka yang terbuat dari tulang Bumi.

Baca Selengkapnya

Ilmuwan Simpulkan Fosil New Mexico Spesies Tyrannosaurus Baru

12 Januari 2024

Ilmuwan Simpulkan Fosil New Mexico Spesies Tyrannosaurus Baru

Para ilmuwan menyimpulkan fosil New Mexico adalah spesies Tyrannosaurus baru.

Baca Selengkapnya