Pakar UGM Dorong Sekolah Perbarui Paradigma Hadapi Kemajuan AI

Rabu, 12 Januari 2022 06:59 WIB

Ilustrasi kecerdasan buatna. towardscience.com

TEMPO.CO, Yogyakarta - Pakar pendidikan yang juga pengajar Departemen Teknik Elektro dan Teknik Informasi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Muhammad Nur Rizal mengatakan momentum pembelajaran tatap muka di sekolah perlu dimanfaatkan untuk perubahan paradigma pendidikan yang kini telah bertransformasi di era digital.

Saat ini hampir seluruh jenjang sekolah awal tahun 2022 ini memulai pembelajaran tatap muka kembali setelah kasus Covid-19 mulai melandai dan vaksinasi kian merata.

"Perubahan paradigma pendidikan ini salah satunya pada guru, agar mulai mengedepankan pengembangan diri siswa secara utuh," kata Rizal di hadapan ratusan guru dan kepala sekolah SMK dalam forum Rapat Kerja Musyawarah Kerja Kepala Sekolah SMK Daerah Istimewa Yogyakarta, Selasa, 11 Januari 2022.

Pandemi Covid-19 yang lebih cepat mentransformasi berbagai sektor pendidikan turut membuat peserta didik makin melek teknologi lebih dini. "Jadi perubahan paradigma ini perlu agar generasi sekarang tidak menjadi generasi yang irrelevant di tengah perubahan dunia kerja yang akibat disrupsi teknologi," kata Rizal yang juga pendiri komunitas Gerakan Sekolah Menyenangkan itu.

Rizal membeberkan, generasi yang irrelevant dimaknai sebagai generasi yang tidak memiliki kompetensi dan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja di masa mendatang. Hal ini disebabkan oleh perkembangan pesat kemampuan kecerdasan buatan (AI) untuk menggantikan pekerjaan high skilled labor.

Advertising
Advertising

“Kecerdasan buatan ini diprediksi mampu meretas otak manusia dalam bekerja dengan kemampuan algoritma komputasinya yang semakin tinggi. Hal ini berpotensi besar semakin banyak menggantikan segala jenis keterampilan yang dimiliki oleh manusia," kata Rizal di hadapan 218 kepala sekolah SMK dan kepala dinas pendidikan itu.

Ia pun mengacu data McKenzie Global Institute terakhir yang mengungkap biaya dalam menggunakan kecerdasan buatan turun hingga mencapai 65 persen sedangkan biaya penggunaan tenaga manusia justru naik hingga 15 persen. "Potret ini menggambarkan penggunaan kecerdasan buatan yang jauh lebih efisien daripada penggunaan tenaga manusia," kata dia.

Dengan demikian, apabila tidak ada pergeseran paradigma pendidikan yang relevan untuk menyediakan sumber daya manusia melalui pendidikan saat ini, berpotensi pada meningkatnya angka pengangguran di berbagai sektor bahkan yang membutuhkan high skilled labor. "Sebab biayanya dengan kecerdasan buatan yang jauh lebih murah," kata dia.

Rizal mengatakan pula komputasi kecerdasan buatan akan jauh lebih cepat untuk menyesuaikan diri dengan kebutuhan upskilling dan reskilling daripada mengubah kemampuan manusia itu sendiri.

Perubahan yang cepat ini dianalogikan oleh Nur Rizal seperti hilangnya pekerjaan, seperti di pabrik, sebagai customer service, dan di teller bank di masa mendatang karena sudah digantikan oleh kecerdasan buatan.

"Dalam 10 – 20 tahun lagi, manusia didorong untuk menguasai programming atau desain visual yang saat ini seperti keterampilan baru.
Namun setelah menguasainya, mungkin 10 tahun ke depan keterampilan itu sudah tidak dibutuhkan karena ada kecerdasan buatan yang lebih canggih akan menggantikan peran tersebut," kata dia.

“Fenomena-fenomena ini harus menjadi peringatan bagi seluruh pelaku pendidikan untuk merevolusi cara mengajar dan cara belajar siswanya yang lebih kompetitif agar tidak tergantikan kecerdasan buatan yang memiliki kemampuan bioteknologi,” papar Rizal.

Di abad 21, Rizal menilai dunia pendidikan sudah seharusnya lebih lebih berorientasi pada pengembangan kesadaran diri setiap siswa mampu mengelola kondisi emosi sekaligus meningkatkan keterampilan sosialnya.

Hal ini diperlukan agar siswa memiliki keseimbangan mental untuk menghadapi perubahan dunia yang sangat cepat, atau tekanan kebutuhan kerja yang berubah dengan sangat cepat. Misalnya topik pedagogi seperti Self-Regulated Learning dan Social Emotional Learning menjadi pelatihan yang utama.

"Pedagogi inilah yang mampu membangun kemampuan siswa untuk belajar secara mandiri, mengeksplorasi berbagai macam pengetahuan dan perspektif, sekaligus mengolah informasi menjadi nilai tambah, tidak hanya menjadi pengepul informasi," kata dia.

Baca:
Kecerdasan Buatan Berperan dalam Program Meniru Manusia, Qualcomm: Kuasai Python

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Airlangga Sampaikan 3 Isu di Pertemuan OECD Paris, Apa Saja?

5 jam lalu

Airlangga Sampaikan 3 Isu di Pertemuan OECD Paris, Apa Saja?

Airlangga membahas terkait komitmen Indonesia dalam melaksanakan pembangunan yang berkelanjutan di pertemuan OECD.

Baca Selengkapnya

Safari Apple Siap Naik Level, Bakal Punya Peramban AI dan Penyaring Konten

1 hari lalu

Safari Apple Siap Naik Level, Bakal Punya Peramban AI dan Penyaring Konten

Apple menyiapkan sejumlah fitur berbasis AI untuk browser Safari. Salah satu yang menonjol adalah perangkum teks otomatis.

Baca Selengkapnya

Cara UGM Cegah Peserta UTBK-SNBT Pakai Joki dan Lakukan Kecurangan

1 hari lalu

Cara UGM Cegah Peserta UTBK-SNBT Pakai Joki dan Lakukan Kecurangan

Ujian Tulis Berbasis Komputer-Seleksi Nasional Berbasis Tes (UTBK-SNBT) di Kampus UGM diikuti sebanyak 18.726 peserta.

Baca Selengkapnya

Tuntutan dari Mahasiswa UGM, IPK 4,00 di Universitas Jember, serta Penyakit Akibat Polusi Mengisi Top 3 Tekno

1 hari lalu

Tuntutan dari Mahasiswa UGM, IPK 4,00 di Universitas Jember, serta Penyakit Akibat Polusi Mengisi Top 3 Tekno

Topik tentang mahasiswa UGM menggelar aksi menuntut tranparansi biaya pendidikan menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.

Baca Selengkapnya

Perlunya Contoh Orang Tua dan Guru dalam Pendidikan Karakter Anak

2 hari lalu

Perlunya Contoh Orang Tua dan Guru dalam Pendidikan Karakter Anak

Psikolog menyebut pendidikan karakter perlu contoh nyata dari orang tua dan guru kepada anak karena beguna dalam kehidupan sehari-hari.

Baca Selengkapnya

Mayoritas Gaji Dosen di Bawah Rp 3 Juta, SPK: 76 Persen Terpaksa Kerja Sampingan

2 hari lalu

Mayoritas Gaji Dosen di Bawah Rp 3 Juta, SPK: 76 Persen Terpaksa Kerja Sampingan

Hasil riset Serikat Pekerja Kampus: sebagian besar dosen terpaksa kerja sampingan karena gaji dosen masih banyak yang di bawah Rp 3 juta.

Baca Selengkapnya

Kemendikbud Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Sejumlah Daerah Terdampak Bencana

2 hari lalu

Kemendikbud Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Sejumlah Daerah Terdampak Bencana

Bencana alam melanda sejumlah wilayah di Tanah Air dalam sebulan terakhir.

Baca Selengkapnya

70 Persen Mahasiswa UGM Keberatan dengan Besaran UKT, Ada yang Cari Pinjaman hingga Jual Barang Berharga

2 hari lalu

70 Persen Mahasiswa UGM Keberatan dengan Besaran UKT, Ada yang Cari Pinjaman hingga Jual Barang Berharga

Peringatan Hari Pendidikan Nasional atau Hardiknas di Yogyakarta turut diwarnai aksi kalangan mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) di Balairung UGM Kamis 2 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

17 Sekolah Bakti BCA Berhasil Tingkatkan Mutu dan Siap Naik Kelas

2 hari lalu

17 Sekolah Bakti BCA Berhasil Tingkatkan Mutu dan Siap Naik Kelas

BCA menggelar rangkaian Appreciation Day Sekolah Bakti BCA bertema "Building Better Future: Nurturing Dreams, Growing Leaders

Baca Selengkapnya

Peringati Hari Pendidikan Nasional, Mahasiswa UGM Gelar Aksi Tuntut Tranparansi Biaya Pendidikan

2 hari lalu

Peringati Hari Pendidikan Nasional, Mahasiswa UGM Gelar Aksi Tuntut Tranparansi Biaya Pendidikan

Mahasiswa UGM menggelar aksi menuntut transparansi biaya pendidikan dan penetapan uang kuliah tunggal (UKT).

Baca Selengkapnya