Studi: Meteorit Mars Mengandung Molekul Organik, tapi Bukan Bukti Kehidupan

Reporter

Erwin Prima

Editor

Erwin Prima

Jumat, 14 Januari 2022 14:42 WIB

Meteorit Allan Hills 84001 berasal dari Mars dan ditemukan di Antartika pada tahun 1984. (JSC/NASA)

TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah studi baru mengungkap bahwa molekul organik yang ditemukan pada meteorit Mars yang mendarat di Bumi bukanlah tanda-tanda kehidupan, melainkan terbentuk dalam reaksi kimia antara air dan batu di Planet Merah sekitar 4 miliar tahun yang lalu.

Temuan ini dapat menjelaskan asal-usul blok bangunan kehidupan di Bumi awal, tambah para peneliti. Para ilmuwan merinci temuan mereka dalam jurnal Science edisi 14 Januari.

Molekul organik umumnya mencakup senyawa apa pun dengan karbon, dan mereka mungkin memiliki oksigen, nitrogen, belerang, dan elemen lainnya juga. Senyawa organik sering dikaitkan dengan kehidupan, tetapi mereka dapat muncul karena aktivitas abiotik atau non-biologis juga. Penelitian sebelumnya mendeteksi banyak bahan kimia organik di batuan Planet Merah, serta gas metana organik di atmosfer Mars. Namun, asal-usul senyawa ini telah terbukti kontroversial.

Dalam studi baru, para peneliti berfokus pada meteorit Allan Hills 84001, juga dikenal sebagai ALH 84001. Batu itu ditemukan di Allan Hills di Antartika pada tahun 1984, dan pekerjaan selanjutnya mengungkapkan bahwa dampak kosmik meledakkannya dari Planet Merah sekitar 17 juta tahun lalu; kemudian jatuh ke Bumi sekitar 13.000 tahun yang lalu.

"ALH 84001 adalah salah satu batuan yang paling banyak dipelajari," Andrew Steele, seorang ahli astrobiologi dan ilmuwan staf senior di Carnegie Institution for Science di Washington, DC, yang memimpin penelitian baru itu, mengatakan kepada Space.com. "Menemukan sesuatu yang baru di meteorit itu membuka pintu untuk memahami pengamatan yang dilakukan selama bertahun-tahun itu sangat keren."

Advertising
Advertising

Selama bertahun-tahun, para ilmuwan berdebat tentang bagaimana bahan kimia organik dalam ALH 84001 terbentuk. Penjelasan yang mungkin termasuk faktor abiotik, seperti aktivitas gunung berapi atau dampak kosmik, serta kehidupan purba di Mars atau kontaminasi dari planet kita setelah meteorit jatuh ke Bumi.

Untuk membantu memecahkan misteri ini, para peneliti menganalisis mineral kecil di dalam meteorit. Mereka menemukan bahwa senyawa organik dalam meteorit itu terkait dengan mineral seperti serpentin. Serpentine adalah mineral hijau tua, terkadang berbintik-bintik atau berbintik-bintik seperti kulit ular, yang diasosiasikan dengan lingkungan yang dulu basah.

Temuan ini menunjukkan bahan kimia organik di ALH 84001 mungkin terbentuk karena interaksi air-batuan yang serupa dengan yang diketahui terjadi di Bumi. Satu proses, yang disebut serpentinisasi, terjadi ketika batuan vulkanik yang kaya besi atau magnesium secara kimiawi berinteraksi dengan air yang bersirkulasi, mengubah sifat mineralnya dan menghasilkan hidrogen. Interaksi lainnya, yang disebut karbonasi, melibatkan batuan yang bereaksi dengan air yang sedikit asam yang mengandung karbon dioksida terlarut untuk membentuk mineral karbonat.

Para peneliti menyatakan senyawa organik di ALH 84001 terbentuk ketika batuan vulkanik berinteraksi dengan cairan asin di awal sejarah Mars. Temuan ini mungkin menjelaskan tidak hanya seberapa baik Mars dapat mendukung atau masih dapat mendukung kehidupan, tetapi juga di tujuan lain. “Secara keseluruhan, karya ini menunjukkan bagaimana beberapa blok bangunan penting bagi kehidupan diproduksi di Bumi awal, dan diproduksi di tempat lain di tata surya kita, seperti bulan Saturnus Enceladus,” kata Steele.

Penelitian baru ini bukan pertama kalinya meteorit itu menarik perhatian para ilmuwan untuk menyelidiki asal usul kehidupan. Pernah ada banyak kontroversi mengenai apakah ALH 84001 termasuk fosil mikroba dari Mars atau tidak. Banyak penelitian sekarang menunjukkan faktor abiotik dapat membantu menjelaskan fosil yang tampak ini.

"Saya pikir perdebatan tentang meteorit ini mempolarisasi komunitas bertahun-tahun yang lalu, tetapi saya pikir banyak polarisasi itu telah mereda selama bertahun-tahun," kata Steele. "Saya berharap makalah ini menginspirasi perdebatan lagi dengan cara yang positif."

SPACE

Baca:
Puncak Hujan Meteor Quadrantid Bisa Diamati Besok Pagi

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper

1 hari lalu

Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper

Peneliti Unair berhasil mengukir namanya di kancah internasional dengan meraih best paper award dari jurnal ternama Engineered Science.

Baca Selengkapnya

Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

2 hari lalu

Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

Sekarang ukuran roket juga tidak besar, tapi bisa mengangkut banyak satelit kecil.

Baca Selengkapnya

Ketergantungan Impor 99 Persen, Peneliti BRIN Riset Jamur Penghasil Enzim

3 hari lalu

Ketergantungan Impor 99 Persen, Peneliti BRIN Riset Jamur Penghasil Enzim

Di Indonesia diperkirakan terdapat 200 ribu spesies jamur, yang di antaranya mampu memproduksi enzim.

Baca Selengkapnya

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

3 hari lalu

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

Polusi udara yang erat kaitannya dengan tingginya beban penyakit adalah polusi udara dalam ruang (rumah tangga).

Baca Selengkapnya

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

3 hari lalu

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

Efek polusi udara rumah tangga baru terlihat dalam jangka waktu relatif lama.

Baca Selengkapnya

BRIN Kirim Surat Teguran, Minta Ratusan Pensiunan Ilmuwan Kosongkan Rumah di Puspiptek

6 hari lalu

BRIN Kirim Surat Teguran, Minta Ratusan Pensiunan Ilmuwan Kosongkan Rumah di Puspiptek

BRIN meminta ratusan pensiunan ilmuwan mengosongkan rumah dinas di Puspiptek paling lambat 15 Mei 2024

Baca Selengkapnya

Setiap 26 April Diperingati Hari Kekayaan Intelektual Sedunia, Ini Awal Penetapannya

9 hari lalu

Setiap 26 April Diperingati Hari Kekayaan Intelektual Sedunia, Ini Awal Penetapannya

Hari Kekayaan Intelektual Sedunia diperingati setiap 26 April. Begini latar belakang penetapannya.

Baca Selengkapnya

Atasi Kekurangan Zinc pada Anak, Periset BRIN Teliti Suplemen Zinc dari Peptida Teripang

12 hari lalu

Atasi Kekurangan Zinc pada Anak, Periset BRIN Teliti Suplemen Zinc dari Peptida Teripang

Saat ini suplemen zinc yang tersedia di pasaran masih perlu pengembangan lanjutan.

Baca Selengkapnya

8 Cara yang Bisa Dilakukan untuk Memperingati Hari Bumi

12 hari lalu

8 Cara yang Bisa Dilakukan untuk Memperingati Hari Bumi

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk memperingati Hari Bumi dengan aktivitas yang menghargai dan melindungi planet ini. Berikut di antaranya.

Baca Selengkapnya

BRIN Tawarkan Model Agrosilvofishery untuk Restorasi Ekosistem Gambut Berbasis Masyarakat

13 hari lalu

BRIN Tawarkan Model Agrosilvofishery untuk Restorasi Ekosistem Gambut Berbasis Masyarakat

Implimentasi model agrosilvofishery pada ekosistem gambut perlu dilakukan secara selektif.

Baca Selengkapnya