TEMPO.CO, Jakarta - Mata uang digital atau cryptocurrency tengah banyak diperbincangkan di masyarakat. Adapun mata uang digital yang dapat digunakan terdiri dari berbagai jenis sekaligus. Salah satu jenis mata uang digital yang paling banyak digunakan saat ini adalah ethereum.

Dilansir dari bankrate.com, ethereum merupakan mata uang digital terpopuler kedua di dunia setelah bitcoin. Harga satu ethereum saat ini senilai 3,276 dolar AS. Sementara itu, pangsa pasar ethereum mencapai 402 miliar dolar AS.

Meskipun dikenal sebagai salah satu jenis mata uang digital, ethereum sebenarnya lebih dari itu. Dilansir dari ethereum.org, ethereum sebenarnya merupakan pasar penjualan aset digital yang juga menyediakan transaksi mata uang digital. Sebab, ethereum memodifikasi bitcoin yang menyediakan pelayanan mata uang digital dengan berbagai fungsi lainnya.

Berbagai pelayanan yang disediakan ethereum, antara lain pembelian aplikasi, gim, dan berbagai macam transaksi lainnya. Komunitas pengembang ethereum memodifikasi bitcoin menjadi programmable sehingga mata uang digital tersebut dapat difungsikan untuk keperluan lainnya. Karena itu ethereum dapat memiliki berbagai fungsi yang lebih banyak daripada mata yang digital lain.

Meskipun demikian, ethereum memiliki fungsi-fungsi dasar mata uang digital yang membuatnya tetap diburu. Dilansir dari investopedia.com, ethereum merupakan platform mata uang digital berbasis teknologi blockchain. Teknologi tersebut memungkinkan para pengguna ethereum melakukan transaksi di luar pengawasan atau jalur resmi yang disediakan oleh bank sentral suatu negara. Kondisi tersebut sering kali membuat para pengguna mata uang digital meragukan keamanan platform tersebut.

Untuk mengatasi masalah keamanan, ethereum menyediakan fitur kontrak yang menjadi ciri khasnya. Fitur kontrak yang disebut smart contract ini membuat transaksi antara dua pengguna ethereum dijamin keamanannya secara legal. Hal tersebut membuat para pengguna mata uang digital memilih ethereum.

BANGKIT ADHI WIGUNA

Baca juga: Ethereum Melemah, Analis: Selera Risiko Investor Masih Rendah