IPCC: Peluang Batasi Pemanasan Global 1,5 Derajat Celsius Segera Tertutup

Minggu, 10 April 2022 05:42 WIB

Presiden COP26 Alok Sharma menerima tepuk tangan saat Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP26) di Glasgow, Skotlandia, Inggris 13 November 2021. [REUTERS/Phil Noble]

TEMPO.CO, Jakarta - Laporan terbaru Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) memperingatkan sekarang, atau tidak sama sekali, jika umat manusia di Bumi ingin membatasi pemanasan global hanya hingga 1,5 derajat Celsius. Laporan Ringkasan untuk Pembuat Kebijakan Kelompok Kerja III IPCC, Perubahan Iklim 2022: Mitigasi Perubahan Iklim tersebut telah disetujui pada 4 April 2022 oleh 195 pemerintah anggota IPCC, melalui sesi persetujuan virtual.

“Tanpa pengurangan emisi segera dan mendalam di semua sektor, itu tidak mungkin lagi bisa dilakukan,” kata Ketua Bersama Kelompok Kerja III IPCC, Jim Skea.

Sekretaris Jenderal PBB António Guterres dalam pesannya untuk penerbitan laporan terbaru IPCC itu meminta masyarakat dunia untuk berhenti membakar planet tempat tinggal kita bersama. Ia juga mengajak berinvestasi dalam energi terbarukan yang melimpah di sekitar kita.

“Pilihan yang dibuat oleh negara-negara sekarang akan menciptakan atau menghancurkan komitmen membatasi pemanasan global hanya hingga 1,5 derajat Celsius," katanya.

Pergeseran ke energi terbarukan, Guterres menambahkan, akan memperbaiki campuran energi global yang rusak dan menawarkan harapan bagi jutaan orang yang menderita dampak perubahan iklim hari ini. "Janji dan rencana iklim harus diubah menjadi kenyataan dan tindakan sekarang juga,” kata Guterres dalam pesan video.

Advertising
Advertising

Sekretaris Jenderal Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), Profesor Petteri Taalas, mengatakan laporan terbaru IPCC itu harus menjadi dasar untuk peningkatan ambisi mitigasi iklim yang sangat dibutuhkan. Laporan itu, menurut Taalas, telah menunjukkan bahwa setiap sudut Bumi sudah terkena dampak perubahan iklim dan bahwa setiap wilayah di dunia memiliki dampak pada masalah perubahan iklim saat ini.

“Kita memiliki dua tantangan mendesak di depan, yaitu adaptasi dan mitigasi. Pembiayaan dan inisiatif politik visioner dan tindakan nyata diperlukan demi kesejahteraan generasi sekarang dan mendatang dan biosfer kita,” kata Taalas.

Pada 2010-2019 rata-rata emisi gas rumah kaca global tahunan telah berada pada tingkat tertinggi dalam sejarah peradaban manusia, meski lajunya mulai melambat. Sejak 2010, IPCC menghitung telah terjadi penurunan berkelanjutan hingga 85 persen dari biaya energi matahari dan angin, dan baterai (listrik). Berbagai kebijakan dan undang-undang yang sudah semakin banyak dibuat juga telah meningkatkan efisiensi energi, mengurangi tingkat deforestasi dan mempercepat penyebaran energi terbarukan.

Presiden AS Joe Biden menopangkan kepalanya saat menghadiri sesi pembukaan Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP26) di Glasgow, Skotlandia, Inggris, 1 November 2021. Biden juga terlihat mengusap matanya saat PM Italia tengah berpidato. Erin Schaff/Pool via REUTERS

“Keputusan yang kita buat sekarang dapat menjamin masa depan yang layak huni, dan kita memiliki alat dan pengetahuan yang diperlukan untuk membatasi pemanasan,” kata Ketua IPCC Hoesung Lee.

Dia mengaku terdorong oleh aksi iklim yang telah dilakukan di banyak negara. Termasuk ada kebijakan, regulasi dan instrumen pasar yang disebutnya terbukti efektif. "Jika ini ditingkatkan dan diterapkan lebih luas dan adil, mereka dapat mendukung pengurangan emisi yang mendalam dan merangsang inovasi.”

<!--more-->

Ubah gaya hidup di semua sektor

Co-Chair Kelompok Kerja III IPCC Priyadarshi Shukla mengatakan bahwa membatasi pemanasan global akan membutuhkan transisi besar di sektor energi. Ini akan melibatkan pengurangan substansial dalam penggunaan bahan bakar fosil, elektrifikasi yang meluas, peningkatan efisiensi energi, dan penggunaan bahan bakar alternatif, seperti hidrogen.

"Memiliki kebijakan, infrastruktur dan teknologi yang tepat untuk memungkinkan perubahan gaya hidup dan perilaku dapat menghasilkan pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 40-70 persen pada 2050," katanya.

Kota dan daerah perkotaan menawarkan peluang yang signifikan untuk pengurangan emisi ini melalui konsumsi energi yang lebih rendah. Contohnya, berjalan kaki, elektrifikasi transportasi yang dikombinasikan dengan sumber energi rendah emisi, dan peningkatan penyerapan dan penyimpanan karbon menggunakan alam.

Mengurangi emisi di industri akan melibatkan penggunaan bahan secara lebih efisien, penggunaan kembali dan daur ulang produk, serta meminimalkan limbah. Untuk bahan dasar, termasuk baja, Kelompok Kerja III IPCC melaporkan kalau proses produksi gas rumah kaca rendah hingga nol sedang dalam tahap percontohan mendekati tahap komersial.

Sektor ini menyumbang sekitar seperempat dari emisi global. Mencapai nol bersih akan menjadi tantangan dan akan membutuhkan proses produksi baru, listrik rendah dan nol emisi, hidrogen, dan, jika perlu, penangkapan dan penyimpanan karbon.

Pertanian, kehutanan, dan penggunaan lahan lainnya dapat memberikan pengurangan emisi skala besar dan juga menghilangkan dan menyimpan karbon dioksida skala besar pula. Namun, lahan tidak dapat mengkompensasi penundaan pengurangan emisi di sektor lain. Pilihan respons dapat bermanfaat bagi keanekaragaman hayati, membantu kita beradaptasi dengan perubahan iklim, dan mengamankan mata pencarian, makanan dan air, serta pasokan kayu.

Pemanasan global tetap lebih dari 1,5 derajat Celsius

Dalam skenario yang dibuat IPCC, membatasi pemanasan global hingga sekitar 1,5 derajat Celsius membutuhkan emisi gas rumah kaca global sudah mencapai puncaknya paling lambat sebelum 2025. Lalu, emisi bergerak turun kembali dan pengurangan terjadi sebesar 43 persen pada 2030.

Pada saat yang sama, konsentrasi metana juga perlu dikurangi sekitar sepertiganya. Jikapun berhasil melakukan ini, hampir tidak dapat dihindari bahwa untuk sementara pemanasan global akan melebihi ambang batas 1,5 derajat tetapi dapat kembali ke bawahnya pada akhir abad ini.

Selat Victoria, Artik, Kanada, 23 Juli 2017. Pemanasan global menyebabkan es-es mencair, pada saat musim panas. AP/David Goldman

Suhu global akan stabil ketika emisi karbon dioksida mencapai nol bersih. Untuk 1,5 derajat Celsius, ini berarti mencapai emisi bersih nol karbon dioksida secara global pada awal 2050-an; untuk 2 derajat Celsius pada awal 2070-an.

Penilaian ini menunjukkan bahwa membatasi pemanasan global hingga sekitar 2 derajat Celsius masih memerlukan emisi gas rumah kaca global mencapai puncaknya paling lambat sebelum tahun 2025, dan dikurangi seperempatnya pada 2030.

NEW SCIENTIST

Baca juga:
Perubahan Iklim Semakin Mengkhawatirkan, Ini Pesan Jokowi dan Megawati


Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

23 jam lalu

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

Artikel soal kerusakan alat pemantau erupsi Gunung Ruang menjadi yang terpopuler dalam Top 3 Tekno hari ini.

Baca Selengkapnya

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

1 hari lalu

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN fokus pada perubahan iklim yang mempengaruhi sektor pembangunan.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

2 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Ketua RT Palugada di Balik Rekor MURI Jalan Gang 8 Malaka Jaya Duret Sawit

3 hari lalu

Ketua RT Palugada di Balik Rekor MURI Jalan Gang 8 Malaka Jaya Duret Sawit

Salah satu Rukun Tetangga (RT) di wilayah Jakarta Timur kini tercatat dalam Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI).

Baca Selengkapnya

Pertamina International Shipping Catat Penurunan Emisi Karbon 25.445 Ton

4 hari lalu

Pertamina International Shipping Catat Penurunan Emisi Karbon 25.445 Ton

PT Pertamina International Shipping mencatat data dekarbonisasi PIS turun signifikan setiap tahun.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

5 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Indonesia Bahas Pengurangan Emisi Karbon di Hannover Messe 2024

6 hari lalu

Indonesia Bahas Pengurangan Emisi Karbon di Hannover Messe 2024

Pemerintah RI membahas langkah strategis mengurangi emisi karbon sektor industri di ajang pameran global Hannover Messe 2024 Jerman.

Baca Selengkapnya

Pertamina International Shipping Klaim Berhasil Turunkan Emisi Karbon

8 hari lalu

Pertamina International Shipping Klaim Berhasil Turunkan Emisi Karbon

PT Pertamina International Shipping (PIS) mengklaim dekarbonisasi yang dilakukan perusahaannya dapat menurunkan emisi karbon.

Baca Selengkapnya

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

9 hari lalu

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.

Baca Selengkapnya

Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

13 hari lalu

Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

Konektivitas laut dan atmosfer berperan pada perubahan iklim yang terjadi di dunia saat ini. Badai dan siklon yang lebih dahsyat adalah perwujudannya.

Baca Selengkapnya