129 Kilometer, Inti Komet Ini Dipastikan Terbesar yang Pernah Terlihat

Kamis, 14 April 2022 21:32 WIB

kepsyen: Tim peneliti di UCLA mengkonfirmasi besarnya ukuran inti komet Bernardinelli-Bernstein (paling kanan) sebagai yang terbesar di antara komet yang pernah terlihat selama ini menggunakan Teleskop Hubble. nasa.gov

TEMPO.CO, Jakarta - Teleskop luar angkasa Hubble mengkonfirmasi hasil pengamatan terbaru berupa komet raksasa, terbesar yang pernah terlihat. Dimensi inti/pusat padat komet ini membentang lebih dari 80 mil (129 kilometer) atau lebih lebar ketimbang negara bagian Rhode Island dan sekitar 50 kali lebih besar dari rata-rata inti komet lainnya.

Komet itu adalah C/2014 UN271 yang diberi nama lain Bernardinelli-Bernstein. "Ini benar-benar puncak gunung es bagi ribuan komet yang terlalu redup untuk dapat dilihat di bagian tata surya yang lebih jauh," kata David Jewitt, anggota tim penulis laporan studi yang mengkonfirmasi ukuran komet Bernardinelli-Bernstein.

Jewitt yang juga profesor ilmu planet dan astronomi di University of California, Los Angeles, (UCLA), menambahkan, "Kami selalu menduga komet ini pasti besar karena sangat terang pada jarak yang begitu jauh dan sekarang kami memastikannya."

Lokasi komet saat ini jauh dari Bumi dan meluncur dengan kecepatan sekitar 22 ribu mil per jam atau 35.405 kilometer per jam. Komet Bernardinelli-Bernstein telah mengarah ke matahari selama lebih dari 1 juta tahun. Posisi terdekatnya dengan Bumi, menurut NASA adalah sekitar 1 miliar mil (1,6 miliar kilometer), yang bahkan tidak akan dicapai sampai 2031 mendatang.

Sebelumnya, komet yang menyandang gelar "inti terbesar" adalah C/2002 VQ94, yang terlihat pada tahun 2002. Besarnya diperkirakan dengan diameter sekitar 60 mil (96 km).

Advertising
Advertising

Sedangkan Bernardinelli-Bernstein pertama kali diamati pada 2010. Beberapa tahun kemudian, astronom Pedro Bernardineli dan Gary Bernstein menemukan objek tersebut dalam data arsip yang dikumpulkan oleh Dark Energy Survey di Cerro Tololo Inter-American Observatory di Cile.

Sejak penemuan aslinya, objek tersebut telah dipelajari menggunakan beragam instrumen termasuk teleskop berbasis darat dan teleskop berbasis ruang angkasa seperti Hubble. Dengan pengamatan dari Teleskop Hubble, para peneliti akhirnya dapat secara resmi mengkonfirmasi ukuran raksasa komet ini.

Ilustrasi komet. science.us

Komet ini juga mendapat julukan 'bola salju kotor' karena komet tersebut terdiri dari batu, es, dan material serta puing-puing lainnya, meskipun komposisi objeknya dapat bervariasi. Pada titik saat ini di mana ia berjarak sekitar 2 miliar mil (3,2 miliar km) dari matahari, obyek es itu memiliki suhu sekitar -211 derajat Celsius.

<!--more-->

Suhu itu cukup hangat untuk memungkinkan karbon monoksida menyublim dari permukaan komet yang berbatu, menciptakan "koma", selubung debu dan gas yang mengelilingi pusat padat komet.

"Ini adalah objek yang luar biasa, mengingat betapa aktifnya saat masih sangat jauh dari matahari," kata penulis utama laporan studi Man-To Hui, seorang peneliti di Universitas Sains dan Teknologi Makau. Dia melanjutkan, "Kami menduga komet itu mungkin cukup besar, tetapi kami membutuhkan data terbaik untuk mengonfirmasi hal ini."

Jadi, timnya menggunakan Teleskop Hubble untuk mengambil lima foto komet pada 8 Januari 2022. Tantangan utama yang dihadapi tim dalam memastikan ukuran inti adalah membedakan antara inti dan koma komet.

Lokasi Bernardinelli-Bernstein terlalu jauh bagi Hubble untuk menentukan nukleusnya dengan tepat. Namun, tim tetap berusaha mendeteksi sinyal cahaya dengan teleskop, yang menunjukkan lokasi komet. Mereka kemudian dapat menggunakan pengamatan Hubble yang mereka miliki dan, dengan menggunakan teknik pemodelan komputer untuk menunjukkan di mana koma objek itu. Kemudian, mereka dapat menentukan ukuran intinya.

Tim membandingkan data mereka dengan pengamatan sebelumnya yang dilakukan oleh Atacama Large Millimeter/submillimeter Array (ALMA) di Cile dan menemukan bahwa perkiraan ukuran sebelumnya yang dibuat dengan ALMA selaras dengan temuan baru Hubble.

Pengamatan radio ALMA memungkinkan mereka untuk mengasah reflektivitas objek, menunjukkan bahwa permukaan komet lebih gelap dari yang mereka harapkan. "Ini besar, dan lebih hitam dari batu bara," kata Jewitt.

Para ilmuwan berpikir Komet Bernardinelli-Bernstein melakukan perjalanan dari awan Oort, wilayah terjauh dari tata surya kita di mana sejumlah besar komet berada. Diperkirakan bahwa komet yang terletak di awan besar yang menyebar ini terbentuk lebih dekat ke matahari tetapi terlempar lebih jauh oleh interaksi gravitasi dengan planet raksasa yang baru lahir di tata surya kita.

Foto NASA ketika memperlihatkan teleskop luar angkasa Hublle yang telah diperbaiki dan ditingkatkan kemampuannya oleh astronot pesawat ulak alik Atlantis. Foto: AP/NASA

Komet ini, yang begitu jauh dari Bumi dan berasal dari jangkauan terjauh tata surya kita, diperkirakan melakukan perjalanan pada orbit elips sepanjang 3 juta tahun mengelilingi matahari. Temuan ini dijelaskan dalam sebuah penelitian yang diterbitkan pada 12 April 2022 di The Astrophysical Journal Letters.

SPACE, NASA

Baca juga:
Pindad Akan Produksi Bom Pintar untuk Jet Tempur Rafale


Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

5 Fakta menarik Hot Dog, Dibawa ke Luar Angkasa hingga Harga Mencapai Puluhan Juta

2 hari lalu

5 Fakta menarik Hot Dog, Dibawa ke Luar Angkasa hingga Harga Mencapai Puluhan Juta

Sebagai makanan cepat saji yang populer, hot dog memiliki bulan perayaan nasional. Untuk merayakannya sebuah restoran di New York menjual hot dog seharga 37 juta rupiah

Baca Selengkapnya

Cara NASA Mengontak Kembali Voyager 1, Penjelajah Bintang yang Hilang Kontak Selama 5 Bulan

7 hari lalu

Cara NASA Mengontak Kembali Voyager 1, Penjelajah Bintang yang Hilang Kontak Selama 5 Bulan

NASA memakai kode baru untuk mencolek kembali pesawat antarbintang, Voyager 1, yang sempat hilang kontak.

Baca Selengkapnya

Kepala OIKN Klaim Pembangunan IKN Bawa Manfaat untuk Semua Pihak, Bagaimana Faktanya?

21 hari lalu

Kepala OIKN Klaim Pembangunan IKN Bawa Manfaat untuk Semua Pihak, Bagaimana Faktanya?

Kepala Badan Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) Bambang Susantono klaim bahwa pembangunan IKN akan membawa manfaat bagi semua pihak.

Baca Selengkapnya

Jutaan Orang Terpukau Gerhana Matahari Total di Amerika Utara

22 hari lalu

Jutaan Orang Terpukau Gerhana Matahari Total di Amerika Utara

Cerita orang-orang yang menikmati dan berburu fenomena gerhana matahari total di Amerika Utara. Tetap terpukau meski sebagian terganggu awan.

Baca Selengkapnya

Perburuan Korona Saat Gerhana Matahari Total Hari Ini Kerahkan Pesawat Jet NASA

23 hari lalu

Perburuan Korona Saat Gerhana Matahari Total Hari Ini Kerahkan Pesawat Jet NASA

Para peneliti matahari telah menunggu bertahun-tahun untuk momen 4 menit gerhana matahari total di Amerika pada Senin pagi-siang ini waktu setempat.

Baca Selengkapnya

6 Atraksi Wisata yang Disiapkan untuk Melihat Gerhana Matahari Total

23 hari lalu

6 Atraksi Wisata yang Disiapkan untuk Melihat Gerhana Matahari Total

Gerhana matahari total akan terjadi pada 8 Maret 2024

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Ihwal Gerhana Matahari Total 8 April 2024

24 hari lalu

Fakta-fakta Ihwal Gerhana Matahari Total 8 April 2024

Gerhana matahari total akan dimulai di Sinaloa Meksiko, dan kemudian bergerak menuju arah timur laut, melewati Texas, menyeberangi 15 negara bagian AS

Baca Selengkapnya

Mitos dan Fakta dalam Gerhana Matahari

24 hari lalu

Mitos dan Fakta dalam Gerhana Matahari

Gerhana matahari ini dimulai di Sinaloa, Meksiko dan bergerak arah timur laut, ke Texas, dan melintasi 15 negara bagian AS sebelum berakhir di Kanada

Baca Selengkapnya

Inilah Wilayah yang Akan Terjadi Gerhana Matahari Total 8 April 2024

24 hari lalu

Inilah Wilayah yang Akan Terjadi Gerhana Matahari Total 8 April 2024

NASA telah mengumumkan akan terjadi gerhana matahari total pada 8 April 2024. Berikut lokasinya.

Baca Selengkapnya

4 Fakta Gerhana Matahari 8 April, Jadi Pembatas Akhir Ramadan dan Awal Syawal 1445 H

28 hari lalu

4 Fakta Gerhana Matahari 8 April, Jadi Pembatas Akhir Ramadan dan Awal Syawal 1445 H

Ramadan tahun 2024 akan diakhiri dengan fenomena gerhana. Bulan Syawal akan dimulai setelah gerhana tersebut.

Baca Selengkapnya