Pemerintah Indonesia Juara Kebocoran Data Versi DarkTracer

Kamis, 21 April 2022 13:18 WIB

Petugas melayani peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan di Kantor Cabang Jakarta Pusat, Jumat 28 Mei 2021. BPJS Kesehatan saat ini telah membuat laporan ke Bareskim Polri terkait dugaan kebocoran dan penjualan data 279 juta WNI oleh akun bernama Kotz di Raid Forums, raidforums.com. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat

TEMPO.CO, Jakarta - Sektor pemerintah Indonesia menjadi jawara kebocoran data versi laporan DarkTracer kuartal 1 2022. Total kebocoran terpantau lebih dari 240.000 kredensial dari 849.859 kredensial yang bocor secara global. Dengan demikian persentase kredensial yang didapatkan dari malware yang menginfeksi komputer korbannya di Indonesia adalah 28 persen dari total kredensial yang bocor.

Jika dilihat dari sisi domain dan subdomain yang bocor, dari 15.000 domain yang dilaporkan mengalami kebocoran data, domain pemerintah Indonesia tercatat sebanyak 3.714 atau 25 persen dari total domain yang dilaporkan mengalami kebocoran data.

Menurut pengamat keamanan siber dari Vaksincom, Alfons Tanujaya, walaupun pada laporan tersebut terlihat sangat banyak dan mengkhawatirkan, tidak semua kebocoran data ini bersifat kritikal.

Ketika ditanya secara garis besar apakah tren per kuartal membaik atau memburuk, menurut Alfons, kemungkinan tren meningkat. “Tetapi bukan karena meningkatnya ketidakmampuan dalam pengelolaan aset digital ASN melainkan karena meningkatnya penetrasi digital dalam layanan institusi pemerintah,” tulis Alfon lewat pesan singkat, Kamis, 21 April 2022.

Advertising
Advertising

Kebocoran kredensial yang terjadi cukup banyak berasal dari akun layanan pemerintahan seperti akun layanan komplain, layanan perizinan atau layanan yang bersifat informatif dan tidak kritikal.

Namun demikian, banyak juga layanan kritikal, rahasia atau internal pemerintahan yang mengalami kebocoran, seperti absensi pegawai, akun email, data laporan wajib pajak atau lembaga yang bertugas mengurus keamanan data digital justru mengalami kebocoran kredensial sehingga perlu menjadi evaluasi dan pembelajaran untuk mengamankan aset digital dengan baik.

Pentingnya Data Absensi

Menurut Alfons, ada dua pertimbangan yang perlu menjadi perhatian dalam hal data absensi. Pertama, jika data absensi ini dikumpulkan dan diolah sebagai big data, akan ada banyak informasi yang bisa didapatkan pihak luar yang memiliki kepentingan terhadap Indonesia seperti kebiasaan aparatur sipil negara (ASN), kedisiplinan ASN, motivasi ASN atau pemetaan aktivitas ASN di seluruh Indonesia yang secara tidak langsung akan memberikan informasi yang cukup akurat atas kondisi pemerintahan, yaitu apakah ASN solid, memiliki sense of belonging yang tinggi, efisien dan tinggi motivasi kerjanya atau sebaliknya.

Hal kedua yang tidak kalah penting adalah karena kebocoran kredensial absensi secara tidak langsung mencerminkan kemampuan pengelolaan aset digital (kredensial) yang kurang baik. Kemampuan pengelolaan aset digital yang kurang baik ini sangat penting dan akan berbahaya jika pegawai pemerintah yang tidak memiliki kemampuan mengelola aset digital yang baik, justru mendapatkan tanggung jawab mengelola data digital masyarakat. Jika tidak dikelola dengan baik, data tersebut akan mudah bocor dan masyarakat pemilik data yang akan menerima akibat dari kebocoran data tersebut, seperti data e-KTP yang bocor dan banyak dieksploitasi sampai hari ini.

Hal lain yang perlu menjadi perhatian adalah kebocoran kredensial pengguna mailserver di mana menurut pantauan Vaksincom pada laporan tersebut, kebocoran yang terjadi menimpa lebih dari 28 mailserver pada ribuan akun email di berbagai institusi pemerintahan yang berbeda.

Kebocoran kredensial di mailserver akan menjadi pintu masuk yang sangat efektif bagi kebocoran data lainnya karena dengan berbekal kredensial mailserver yang bocor, peretas dapat mengirimkan email palsu yang akan mudah menembus perlindungan antispam dan akan dipercaya penerimanya karena dikirimkan dari mailserver terpercaya. Hal ini dapat dikembangkan dengan mudah seperti memalsukan diri sebagai administrator dari mailserver tersebut, dan menipu pengguna email lain guna mendapatkan akses lebih jauh ke dalam sistem.

Namun, kebocoran data tidak melulu negatif. Menurut Alfons, selalu ada dua sisi yang bisa diambil dari setiap kejadian termasuk kebocoran data ini. "Sisi positifnya adalah kita melihat ada trend positif dalam usaha digitalisasi atau implementasi teknologi informasi (IT) pada layanan pemerintahan di Indonesia yang mengalami perkembangan yang signifikan," ujarnya.

Secara resmi Alfons belum mengeluarkan data lembaga pemerintah yang terkena, namun secara sekilas yang diperlihatkan ada lebih dari 20 lembaga. “Ini institusi yang bocor dan memprihatinkan,” kata Alfons. Terlihat jumlah kredensial akun email yang bocor per lembanga berkisar antara 4 sampai 326 buah.

Baca:
Kominfo Sebut 3 Faktor Kebocoran Data Pribadi Terus Terjadi

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Jokowi: Harus Ada Timbal Balik Ekonomi dari Program Pemerintah

16 jam lalu

Jokowi: Harus Ada Timbal Balik Ekonomi dari Program Pemerintah

Presiden Joko Widodo atau Jokowi berharap Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2025 sesuai dengan program pembangunan yang telah direncanakan

Baca Selengkapnya

Kominfo Jamin Keamanan Siber saat Penyelenggaraan World Water Forum di Bali

2 hari lalu

Kominfo Jamin Keamanan Siber saat Penyelenggaraan World Water Forum di Bali

Kominfo menggandeng BSSN untuk menjaga keamanan siber selama penyelenggaraan World Water Forum ke-10 di Bali

Baca Selengkapnya

Akui Kecanggihan Teknologi Siber Israel, Konsultan Keamanan Spentera: Risetnya Luar Biasa

11 hari lalu

Akui Kecanggihan Teknologi Siber Israel, Konsultan Keamanan Spentera: Risetnya Luar Biasa

Mayoritas penyedia layanan software dan infrastruktur teknologi dipastikan memiliki afiliasi ke Israel.

Baca Selengkapnya

Kembali Disinggung Presiden Jokowi, Apa Kabar RUU Perampasan Aset?

18 hari lalu

Kembali Disinggung Presiden Jokowi, Apa Kabar RUU Perampasan Aset?

RUU Perampasan Aset sudah diinisiasi oleh Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan pada 2008 di era pemerintahan SBY.

Baca Selengkapnya

Jangan Ngecas Ponsel Sembarangan di Bandara, Tiga Risiko Ini Mengintai

32 hari lalu

Jangan Ngecas Ponsel Sembarangan di Bandara, Tiga Risiko Ini Mengintai

Seorang ahli keamanan mengatakan bahwa mengisi daya di bandara memiliki risiko keamanan yang besar, terutama jika melalui port USB.

Baca Selengkapnya

Kaspersky Temukan Malware Versi Linux yang Berfungsi Penuh

33 hari lalu

Kaspersky Temukan Malware Versi Linux yang Berfungsi Penuh

Semua produk Kaspersky mendeteksi varian Linux ini sebagai HEUR:Backdoor.Linux.Dinodas.a.

Baca Selengkapnya

Data Pribadi Puluhan Juta Pelanggan AT&T Kembali Bocor, Passcode Mudah Dibaca

35 hari lalu

Data Pribadi Puluhan Juta Pelanggan AT&T Kembali Bocor, Passcode Mudah Dibaca

Perusahaan telekomunikasi AT&T mengakui adanya kebocoran data pribadi 7,6 juta pelanggan eksistingnya dan 65 juta eks pelanggan

Baca Selengkapnya

Peretasan dan Pembobolan Data Semakin Rawan Terjadi, Ada Biang Kerok yang Terabaikan

39 hari lalu

Peretasan dan Pembobolan Data Semakin Rawan Terjadi, Ada Biang Kerok yang Terabaikan

Ancaman serangan siber meningkat. Maraknya peretasan dan pembobolan data dinilai tak hanya gara-gara para hacker semakin mahir.

Baca Selengkapnya

Lebaran Tanggal Berapa? Cek Jadwalnya Versi Pemerintah dan Muhammadiyah

45 hari lalu

Lebaran Tanggal Berapa? Cek Jadwalnya Versi Pemerintah dan Muhammadiyah

Lebaran tanggal berapa? Kemungkinan ada perbedaan antara pemerintah dan Muhammadiyah. Berikut ini jadwal serta tanggal cuti bersama.

Baca Selengkapnya

Bahaya Kejahatan Berbasis AI, Pelaku Berani Tiru Wajah Eksekutif Perusahaan

45 hari lalu

Bahaya Kejahatan Berbasis AI, Pelaku Berani Tiru Wajah Eksekutif Perusahaan

Recorded Future mengungkap beberapa modus kejahatan berbasis AI. Pelaku semakin berani memakai deepfake.

Baca Selengkapnya