Sampel Penyakit Mulut dan Kuku Akan Dikirim ke Laboratorium di Luar Negeri

Jumat, 20 Mei 2022 21:11 WIB

Petugas kesehatan memeriksa kesehatan mulut sapi di peternakan sapi CV Puput Bersaudara di Depok, Jumat 20 Mei 2022. Di peternakan ini untuk sementara diberlakukan "lockdown" untuk berfokus pada perawatan kesehatan bagi ratusan sapinya guna melindungi dari penyebaran Penyakit Mulut dan Kuku yang saat ini sedang marak. TEMPO/ Gunawan Wicaksono

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah akan segera mengirim sampel penyakit mulut dan kuku yang sedang menyerang dan merebak di antara ternak yang ada saat ini ke laboratorium rujukan milik Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) dan Organisasi Dunia untuk Kesehatan Hewan (OIE). Pengiriman sampel ke laboratorium ini berguna untuk konfirmasi jenis virus dan memilih vaksin yang tepat untuk digunakan hingga penanganan penyebaran virusnya bisa lebih cepat.

Langkah tersebut terungkap dalam webinar Talk to Scientist yang digelar Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN pada Kamis 19 Mei 2022. Pengiriman sampel oleh Pusat Veteriner Farma, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian, merespons tawaran yang diberikan Donald King yang adalah Kepala Laboratorium Rujukan Penyakit Mulut dan Kuku di FAO dan OIE di Institut Pirbright, Inggris.

Dia mengingatkan kepada otoritas kesehatan ternak dan juga para peneliti di Indonesua akan keberadaan laboratorium di negara lain, termasuk milik FAO dan OIE, yang siap membantu dan membimbing upaya pengendalian penyakit mulut dan kuku. "Pintu terbuka, beri tahu apa yang bisa kami bantu," kata King.

Tawaran langsung direspons peserta webinar dari Pusat Veteriner Farma Kementerian Pertanian yang menyatakan sudah menyiapkan sampel untuk dikirim ke Pirbright. Kepala Pusat Riset Veteriner BRIN, Harimurti Nuradji, pembicara sekaligus moderator webinar, juga termasuk yang antusias dan menyebut tawaran sangat berharga.

"Kami akan mengambil tawaran Anda terkait dukungan laboratorium serta prosedur standar untuk deteksi dan diagnosis. Semua itu sangat membantu kami," katanya.

Advertising
Advertising

Latar belakang bantuan ditawarkan ke Indonesia

Dalam webinar, King menekankan pentingnya konfirmasi cepat atas kasus-kasus dugaan penyakit ini di lapangan karena penularannya yang juga sangat cepat. Diagnosa melalui gejala klinis harus didukung dengan penggunaan berbagai teknologi virologi untuk menentukan jenis virus dan asal usulnya.

"Semakin Anda terlambat mendeteksinya semakin tinggi biaya dan semakin luas wilayah yang terdampak sehingga membuat semakin berat pengendaliannya," katanya.

Teknologi diagnosa yang menjadi standar internasional dalam penanganan penyakit mulut dan kuku adalah isolasi virus, Ag ELISA, dan real time PCR. Yang pertama disebut sensitif namun lama dan masih butuh konfirmasi. Yang kedua cepat tapi tidak memiliki sensitivitas tinggi secara analitik.

Sedangkan RT-PCR menjadi metode tes yang cepat dengan sensitivitas analisis dan diganosa yang tinggi. Metode ini juga bisa digunakan untuk segala sampel, apakah itu dari kulit, serum, darah utuh, swab maupun probang. Tapi, King memaparkan, tetap ada kehati-hatian perihal hasil tes positif atau negatif yang palsu.

Terangkai dengan penjelasannya itulah King membeberkan bagaimana laboratorium rujukan penyakit kuku dan mulut FAO/OIE bisa membantu Indonesia dalam menghadapi wabah yang sekarang. Ada tiga poin yang disampaikannya yakni, pertama, dukungan teknis karakterisasi sampel dari lapangan. Dia mempersilakan jika pemerintah atau peneliti ingin melakukan tes lanjutan selain yang dilakukan di laboratorium dalam negeri.

Poin kedua adalah vaccine matching, yakni mencari antigenik vaksin yang sesuai dengan galur virus yang didapat dari lokasi. "Kami bisa membantu mengidentifikasi kandidat vaksin-vaksinnya yang bisa digunakan," kata King. Proses di sini tidak singkat karena kompleks, dan seperti diungkap Wilna Vosloo, pembicara dari CSIRO Health and Biosecurity, Australia, tak jarang harus mencoba banyak isolat virus untuk menemukan satu yang bisa digunakan untuk menghasilkan sebuah vaksin yang bagus.

Dukungan ketiga yang bisa diberikan adalah terkait pemantauan pascavaksinasi. Ini mencakup, antara lain, pengujian serum dari hewan yang sudah divaksin dan mengukur aneka respons terhadap risiko virus yang mewakili.

Seperti diketahui, penyakit mulut dan kuku kembali merebak di Indonesia. Pengumuman pertama dibuat di Jawa Timur pada awal bulan ini dan menyebut lebih dari 1200 hewan di 4 daerah telah terinfeksi. Pada pekan ini, Kementerian Pertanian mengklaim tren penyebaran penyakit mulai menurun dan 16 daerah yang terkontaminasi siap menghadapi Idul Adha.

Baca juga:
Awal Mula Penyakit Mulut dan Kuku Merebak, Ini 3 Catatan dari Guru Besar di Unair

Berita terkait

Kuota Pupuk Bersubsidi Naik, Mentan: Segera Tebus

2 jam lalu

Kuota Pupuk Bersubsidi Naik, Mentan: Segera Tebus

Penambahan pupuk subsidi dari 4,7 juta ton menjadi 9,5 juta ton telah mendapat persetujuan dari presiden.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

2 jam lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

BRIN Undang Periset dan Mahasiswa Ikut Platform Kolaborasi Biologi Struktur untuk Gali Potensi Keanekaragaman Hayati

23 jam lalu

BRIN Undang Periset dan Mahasiswa Ikut Platform Kolaborasi Biologi Struktur untuk Gali Potensi Keanekaragaman Hayati

BRIN terus berupaya menemukan metode yang paling baru, efektif, dan efisien dalam proses pemurnian protein.

Baca Selengkapnya

Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

1 hari lalu

Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

Sekarang ukuran roket juga tidak besar, tapi bisa mengangkut banyak satelit kecil.

Baca Selengkapnya

Ini Alasan Nurul Ghufron Bantu Mutasi ASN Kementan ke Malang Jawa Timur

1 hari lalu

Ini Alasan Nurul Ghufron Bantu Mutasi ASN Kementan ke Malang Jawa Timur

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron menjelaskan perihal laporan dugaan pelanggaran etik yang ditujukan kepadanya soal mutasi ASN di Kementan.

Baca Selengkapnya

Ketergantungan Impor 99 Persen, Peneliti BRIN Riset Jamur Penghasil Enzim

2 hari lalu

Ketergantungan Impor 99 Persen, Peneliti BRIN Riset Jamur Penghasil Enzim

Di Indonesia diperkirakan terdapat 200 ribu spesies jamur, yang di antaranya mampu memproduksi enzim.

Baca Selengkapnya

Uang Korupsi Syahrul Yasin Limpo Mengalir ke Mana? Antara lain Biaya Khitan, Buat Kafe, dan Skincare untuk Cucunya

2 hari lalu

Uang Korupsi Syahrul Yasin Limpo Mengalir ke Mana? Antara lain Biaya Khitan, Buat Kafe, dan Skincare untuk Cucunya

Penggunaan uang korupsi Syahrul Yasin Limpo (SYL) terungkap di pengadilan. Mayoritas digunakan untuk kepentingan keluarga. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

2 hari lalu

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

Polusi udara yang erat kaitannya dengan tingginya beban penyakit adalah polusi udara dalam ruang (rumah tangga).

Baca Selengkapnya

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

2 hari lalu

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

Efek polusi udara rumah tangga baru terlihat dalam jangka waktu relatif lama.

Baca Selengkapnya

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

3 hari lalu

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

Artikel soal kerusakan alat pemantau erupsi Gunung Ruang menjadi yang terpopuler dalam Top 3 Tekno hari ini.

Baca Selengkapnya