Dokter RSHS Bandung: Vaksin Cacar Zaman Dulu Bisa Cegah Cacar Monyet

Selasa, 24 Mei 2022 22:32 WIB

Ilustrasi vaksinasi (Pixabay.com)

TEMPO.CO, Jakarta - Merebaknya kasus penyakit cacar monyet (monkeypox) di mancanegara ikut menggiring ke pertanyaan soal vaksin untuk menangkal penularannya. Menurut dokter spesialis anak konsultan di Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin atau RSHS Bandung Anggraini Alam, dari hasil riset diketahui bahwa vaksin cacar variola (smallpox) bisa menangkal cacar monyet.

“Ada satu yang menyenangkan bagi yang pernah dapat vaksin cacar dulu,” katanya kepada Tempo, Selasa 24 Mei 2022.

Vaksin cacar itu secara global diberikan lewat imunisasi sejak 1956 sampai 1980. Keberhasilan vaksinasi itu, menurut Anggraini, menghabiskan virus cacar di dunia yang dampaknya antara lain bisa membuat kulit wajah penyintasnya menjadi bopeng. “Vaksin itu walaupun untuk cacar tetapi bisa mencegah cacar monyet sampai 85 persen efektifnya,” ujar dia.

Tanda orang yang divaksin cacar pada kurun 1956-1980 itu adalah bekas suntikan yang membuat permukaan kulit lengan atas sedikit licin. Meskipun ada kemungkinan efektivitasnya kini sudah berkurang karena imunisasinya sudah puluhan tahun lalu, “Tapi bila terinfeksi cacar monyet akan ringan,” kata Anggraini. Sementara di negara maju kini, pemberian anti virus pada pasien cacar monyet masih dipantau lewat uji klinik (clinical trial).

Adapun soal vaksin cacar monyet dari informasi yang diperolehnya, pada 2019 sudah disediakan. Berasal dari vaksin cacar, strain virusnya berasal dari Ankara, Turki. “Diberikan dua dosis tapi ketersediaannya amat sangat terbatas,” ujarnya.

Advertising
Advertising

Menurut Anggraini, awal mulai kasus cacar monyet ditemukan pada 1970 di Kongo, juga di Afrika Tengah. “Ada dua tipe yaitu super menular dan lebih berat, juga yang lebih ringan,” ujarnya. Jenis virus cacar monyet di Kongo menurutnya lebih berat dan lebih menular, sementara di Afrika Barat lebih ringan dan tidak terlalu menular. Adapun di Kamerun, kedua jenis virus itu ada.

Baik yang berat atau ringan, kata Anggraini, punya dua proses yang sama. Mulai dari virus masuk, sampai muncul gejala atau inkubasi antara 1-3 minggu dengan waktu rata-rata antara 6-13 hari. Virus itu bisa membuat demam, sakit kepala, sakit otot, punggung, menggigil, lemas, dan muncul kelenjar getah bening. “Setelah 1-3 hari demam, mulai muncul ruam di bagian muka dulu,” ujarnya.

Selain wajah bisa penuh oleh cacar, lokasi lain seperti di telapak tangan dan kaki, di dalam mulut, daerah genital, bahkan bisa muncul di mata sehingga bisa membuat gangguan penglihatan.

Menurut Anggraini, penyakit cacar monyet bisa mengenai berbagai kalangan dari anak hingga dewasa dan bisa sembuh dalam kurun 2-4 pekan. Dari kasus di Afrika, anak-anak kurang gizi rentan terkena. “Bisa menyebabkan pneumonia, kebutaan, sampai meninggal,” kata dia.

Di RSHS Bandung menurut Anggraini, tim Penyakit Infeksi New Emerging dan Re-Emerging (PINERE) telah menyiapkan prosedur penanganan dari mulai penerimaan pasien cacar monyet hingga pulang.

Berita terkait

5 Destinasi Wisata Guinea di Barat Afrika

10 hari lalu

5 Destinasi Wisata Guinea di Barat Afrika

Mungkin masih sedikit yang mengenal Guinea di bagian barat Afrika, dengan kota terbesarnya adalah Conakry. Ini 5 destinasi wisata unggulannya.

Baca Selengkapnya

Mengenal Guinea, Lawan Timnas Indonesia U-23 di Playoff Olimpiade Paris 2024

14 hari lalu

Mengenal Guinea, Lawan Timnas Indonesia U-23 di Playoff Olimpiade Paris 2024

Timnas Indonesia U-23 harus menang melawan Timnas Guinea U-23 jika ingin lolos Olimpiade Paris 2024.

Baca Selengkapnya

10 Negara Termiskin di Dunia Berdasarkan PDB per Kapita

23 hari lalu

10 Negara Termiskin di Dunia Berdasarkan PDB per Kapita

Berikut ini daftar negara termiskin di dunia pada 2024 berdasarkan PDB per kapita, semuanya berada di benua Afrika.

Baca Selengkapnya

Profesor Riset Termuda BRIN Dikukuhkan, Angkat Isu Sampah Indonesia yang Cemari Laut Afrika

24 hari lalu

Profesor Riset Termuda BRIN Dikukuhkan, Angkat Isu Sampah Indonesia yang Cemari Laut Afrika

Reza dikukuhkan sebagai profesor riset berkat penelitian yang dilakukannya pada aspek urgensi pengelolaan plastik.

Baca Selengkapnya

Epidemiolog: Cacar Monyet Berpotensi Jadi Penyakit Endemik di Indonesia

29 hari lalu

Epidemiolog: Cacar Monyet Berpotensi Jadi Penyakit Endemik di Indonesia

Epidemiolog Dicky Budiman menyatakan, infeksi cacar monyet berpotensi menjadi penyakit endemik karena minimnya penanganan.

Baca Selengkapnya

Dugaan Infeksi Cacar Monyet di Jayapura, Epidemiolog: Lesi Bisa ke Alat Kelamin

30 hari lalu

Dugaan Infeksi Cacar Monyet di Jayapura, Epidemiolog: Lesi Bisa ke Alat Kelamin

Cacar monyet atau Mpox bukanlah penyakit yang berasal dari Indonesia.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik 69 Tahun Konferensi Asia Afrika dan Dampaknya bagi Dunia

31 hari lalu

Kilas Balik 69 Tahun Konferensi Asia Afrika dan Dampaknya bagi Dunia

Hari ini, 69 tahun silam atau tepatnya 18 April 1955, Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Asia Afrika di Bandung, Jawa Barat.

Baca Selengkapnya

Industri Mobil Listrik Ancam Sepertiga Populasi Kera Besar di Hutan-hutan Afrika

42 hari lalu

Industri Mobil Listrik Ancam Sepertiga Populasi Kera Besar di Hutan-hutan Afrika

Penelitian mengungkap dampak dari tambang mineral di Afrika untuk memenuhi ledakan teknologi hijau di dunia terhadap bangsa kera besar.

Baca Selengkapnya

Ribuan Anak Afrika Terserang Sindrom Mengangguk, Gangguan Saraf yang Masih Misterius

51 hari lalu

Ribuan Anak Afrika Terserang Sindrom Mengangguk, Gangguan Saraf yang Masih Misterius

Sindrom mengangguk menyerang ribuan anak di Afrika. Gangguan saraf ini masih misterius dan belum diketahui pasti penyebabnya.

Baca Selengkapnya

Dibesarkan dari Lahir, Singa Terkam Penjaga hingga Tewas

21 Februari 2024

Dibesarkan dari Lahir, Singa Terkam Penjaga hingga Tewas

Seekor singa jantan membunuh penjaga yang telah merawatnya dari bayi saat sedang diberi makan.

Baca Selengkapnya