Tanaman Penyerap Nutrisi Air Limbah  

Reporter

Editor

Senin, 16 Februari 2009 08:17 WIB

TEMPO Interaktif, Tifton:
Sejumlah tumbuhan air diketahui memiliki kemampuan menyerap zat-zat berbahaya dan membersihkan air. Namun para ilmuwan di Agricultural Research Service (ARS) justru mencari tanaman yang dapat menyerap nutrisi sebanyak-banyaknya dari air limbah perikanan sebelum air tersebut dialirkan kembali ke kolam.
Mereka telah menemukan bahwa beberapa jenis tanaman yang ditumbuhkan di atas wadah mengapung dapat menyerap nutrisi dari air. Kini mereka tengah menguji kelayakan penggunaan vegetasi mengambang itu untuk membuang nutrisi dari air limbah perikanan.
Tujuan jangka panjang para ilmuwan ini adalah mengembangkan sebuah sistem untuk menangani air limbah dan mengembalikannya ke kolam untuk digunakan kembali. Nutrisi yang tak terpakai digunakan untuk memproduksi biomassa atau materi tanaman. Mereka menggunakan semacam karpet mengambang yang berfungsi sebagai filter untuk membuang nutrisi dari air.
Penelitian itu dilakukan oleh tim gabungan ARS dan Unit Aquaculture di University of Georgia di Tifton. "Studi ini adalah kelanjutan dari riset sebelumnya yang memperlihatkan bahwa vegetasi tersebut dapat ditanam pada karpet mengambang dalam kubangan air limbah ternak," kata Robert K. Hubbard, pakar tanah di ARS Southeast Watershed Research Laboratory di Tifton, Georgia, Amerika Serikat.
Air limbah dari kolam produksi ikan dipompakan ke dalam tangki aquakultur berkapasitas 1.287 liter. Setiap tangki memiliki sebuah karpet mengambang seluas satu meter persegi sebagai tempat tanaman itu tumbuh. "Target pertama kami adalah menemukan spesies tumbuhan yang dapat tumbuh baik dalam air limbah perikanan," kata Hubbard.
Dibantu oleh ahli genetika tumbuhan William Anderson dan ahli patologi tumbuhan Jeffrey P. Wilson dari ARS, serta Gary Burtle dan Larry Newton (pakar satwa University of Georgia), Hubbard mengetes 12 spesies tumbuhan, yaitu St. Augustinegrass, Tifton 85 bermudagrass, common bermudagrass, canna lili, iris, bambu, bulrush, cattail, bordergrass, napiergrass, reed, dan maidencane. "Sejauh ini, iris menunjukkan hasil terbaik," katanya.
Bagian kedua studi ini, yang akan dimulai pada April mendatang, akan menghitung efek vegetasi tersebut terhadap kualitas air dan jumlah nutrisi yang diserap ketika biomassa tumbuhan itu dipanen kelak. Mereka akan menganalisis kadar nitrogen, fosfor, dan potasium pada jaringan tumbuhan itu.
Batang dan daun yang telah dipanen juga memiliki sejumlah potensi penggunaan. Tumbuhan itu dapat ditransplantasikan, digunakan sebagai bahan baku memproduksi energi, atau dijadikan kompos dan dipakai untuk meningkatkan unsur hara tanah.
TJANDRA DEWI | ARS | SCIENCEDAILY

Berita terkait

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

6 hari lalu

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

Efek polusi udara rumah tangga baru terlihat dalam jangka waktu relatif lama.

Baca Selengkapnya

Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

11 hari lalu

Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

Selain penampilan, orang tinggi diklaim punya kelebihan pada kesehatan dan gaya hidup. Berikut keuntungan memiliki tinggi badan di atas rata-rata.

Baca Selengkapnya

Riset Temukan Banyak Orang Kesepian di Tengah Keramaian

51 hari lalu

Riset Temukan Banyak Orang Kesepian di Tengah Keramaian

Keramaian dan banyak teman di sekitar ak lantas membuat orang bebas dari rasa sepi dan 40 persen orang mengaku tetap kesepian.

Baca Selengkapnya

Ekosistem Laut di Laut Cina Selatan Memprihatinkan

52 hari lalu

Ekosistem Laut di Laut Cina Selatan Memprihatinkan

Cukup banyak kerusakan yang telah terjadi di Laut Cina Selatan, di antaranya 4 ribu terumbu karang rusak.

Baca Selengkapnya

Pembangunan di Laut Cina Selatan Merusak Ekosistem dan Terumbu Karang

52 hari lalu

Pembangunan di Laut Cina Selatan Merusak Ekosistem dan Terumbu Karang

Banyak pembahasan soal keamanan atau ancaman keamanan di Laut Cina Selatan, namun sedikit yang perhatian pada lingkungan laut

Baca Selengkapnya

Dua Bulan Lagi, Stanford University Bakal Groundbreaking Pusat Ekosistem Digital di IKN

31 Januari 2024

Dua Bulan Lagi, Stanford University Bakal Groundbreaking Pusat Ekosistem Digital di IKN

Stanford University, Amerika Serikat, merupakan salah satu universitas yang akan melakukan groundbreaking pusat ekosistem digital di IKN.

Baca Selengkapnya

Tinjau Pabrik Motherboard Laptop Merah Putih, Dirjen: Riset Perlu Terhubung Industri

29 Januari 2024

Tinjau Pabrik Motherboard Laptop Merah Putih, Dirjen: Riset Perlu Terhubung Industri

Dirjen Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi meninjau pabrik motherboard dan menegaskan perlunya riset terhubung dengan industri.

Baca Selengkapnya

Jatam: Tiga Pasangan Capres Terafiliasi Oligarki Tambang

22 Januari 2024

Jatam: Tiga Pasangan Capres Terafiliasi Oligarki Tambang

Riset Jatam menelusuri bisnis-bisnis di balik para pendukung kandidat yang berpotensi besar merusak lingkungan hidup.

Baca Selengkapnya

Terkini: KPA Sebut PSN Jokowi Sumbang Laju Konflik Agraria Sepanjang 2020-2023, Bandara Banyuwangi Segera Layani Penerbangan Umroh

15 Januari 2024

Terkini: KPA Sebut PSN Jokowi Sumbang Laju Konflik Agraria Sepanjang 2020-2023, Bandara Banyuwangi Segera Layani Penerbangan Umroh

Sekjen Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) Dewi Kartika menyebut Proyek Strategis Nasional (PSN) pemerintah era Jokowi mendorong laju konflik agraria.

Baca Selengkapnya

BRIN: Pangan Jadi Salah Satu Prioritas Riset 2023, Kejar Target Hilirisasi

28 Desember 2023

BRIN: Pangan Jadi Salah Satu Prioritas Riset 2023, Kejar Target Hilirisasi

Dominasi riset bidang pangan sejalan dengan prioritas yang diminta oleh Presiden Joko Widodo.

Baca Selengkapnya