Golden Rice, Beras Modifikasi Genetik untuk Meningkatkan Nutrisi?

Senin, 18 Juli 2022 11:43 WIB

Golden rice. Foto : Shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta - Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan memunculkan terobosan dan inovasi baru dalam industri pangan, salah satunya golden rice atau beras emas. Mengutip laman NYU Langone Health, golden rice merupakan tanaman yang ditingkatkan kualitas nutrisinya (biofortifikasi) yang dimodifikasi secara genetik.

Apa itu golden rice?

Biofortifikasi meningkatkan nilai gizi tanaman. Golden rice dimodifikasi secara genetik untuk menghasilkan beta-karoten, yang biasanya tak ada dalam beras putih. Beta-karoten diubah menjadi vitamin A saat proses metabolisme tubuh manusia.

Mengutip Science Direct, golden rice telah dimodifikasi secara genetik untuk menghasilkan beta-karoten dalam endosperma biji-bijian. Ini meningkatkan status vitamin A terhadap konsumen makanan yang kekurangan nutrisi itu.

Golden rice diklaim mengurangi risiko kekurangan gizi mikro dan vitamin A. Kemungkinan untuk meningkatkan tanaman yang dimodifikasi secara genetik, biofortifikasi digunakan untuk strategi mencegah malanutrisi mikronutrien.

Strategi pangan bernutrisi?

Bank Dunia menyarankan biofortifikasi mikronutrien tanaman pokok, termasuk golden rice. Pada 1990-an, menurut laporan Golden Rice Project, kemajuan terhadap tujuan pembangunan milenium PBB menurunkan jumlah risiko kekurangan vitamin A menjadi sekitar 2 persen. Itu dicapai dengan kombinasi program vaksinasi massal campak, akses air bersih, dan suplemen vitamin A.

Advertising
Advertising

Upaya itu juga bersamaan dengan pembangunan ekonomi dan pendidikan tentang diet untuk mengurangi kerawanan pangan. Klaim mengenai keadaan itu, maka muncul adopsi tanaman biofortifikasi seperti golden rice.

Golden rice diperkenalkan oleh ilmuwan Jerman

Proyek golden rice diperkenalkan pada 1999, ketika dua ahli biologi, Ingo Potrykus dan Peter Beyer mengusulkan rencana kepada Yayasan Rockefeller untuk merekayasa genetika beras untuk meningkatkan nilai gizinya. Yayasan Rockefeller mendukung tujuan mereka untuk menyediakan pendekatan biofortifikasi berkelanjutan untuk mengurangi masalah kekurangan vitamin A di negara-negara berkembang.

Baca: Universitas Jember akan Bikin Pusat Bioteknologi Tanaman Industri

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Berita terkait

Enggan Disebut Menteri yang Pelit Anggaran, Sri Mulyani: Saya Pendengar yang Baik

2 hari lalu

Enggan Disebut Menteri yang Pelit Anggaran, Sri Mulyani: Saya Pendengar yang Baik

Bekas Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita memaparkan Sri Mulyani memiliki reputasi sebagai Menkeu yang ketat dalam mengelola anggaran

Baca Selengkapnya

Rasio Pajak RI Rendah, Hashim Djojohadikusumo: Bank Dunia Siap Bantu Kita

2 hari lalu

Rasio Pajak RI Rendah, Hashim Djojohadikusumo: Bank Dunia Siap Bantu Kita

Hashim Djojohadikusumo mengklaim Bank Dunia siap membantu Indonesia meingkatkan rasio pajak.

Baca Selengkapnya

Bapanas: Harga Pangan Senin Fluktuatif, Minyak Goreng Stabil Rp18.110 per Kg

3 hari lalu

Bapanas: Harga Pangan Senin Fluktuatif, Minyak Goreng Stabil Rp18.110 per Kg

Bapanas mencatat harga sejumlah komoditas pangan secara umum fluktuatif pada Senin, 7 Oktober 2024.

Baca Selengkapnya

Kesehatan Rambut: Simak Deretan Sumber Asupan Nutrisinya

3 hari lalu

Kesehatan Rambut: Simak Deretan Sumber Asupan Nutrisinya

Rambut yang sehat dan kuat tak hanya perawatan luar, tetapi juga membutuhkan nutrisi dari dalam

Baca Selengkapnya

Bulog Siap Serap 600 Ribu Ton Beras, Wamentan Sudaryono: Kami Dorong 1 Juta

5 hari lalu

Bulog Siap Serap 600 Ribu Ton Beras, Wamentan Sudaryono: Kami Dorong 1 Juta

Perum Bulog siap menyerap produksi beras dalam negeri hingga 600 ribu ton untuk memenuhi kebutuhan pasokan beras domestik. Kementan minta 1 juta ton.

Baca Selengkapnya

LPPOM MUI Sebut Label No Pork No Lard Bukan Jaminan Produk Halal, Ini Alasannya

6 hari lalu

LPPOM MUI Sebut Label No Pork No Lard Bukan Jaminan Produk Halal, Ini Alasannya

Direktur Utama LPPOM MUI Muti Arintawati mengatakan bahwa label No Pork No Lard bukan jaminan produk halal. Mengapa?

Baca Selengkapnya

Bank Dunia Menyatakan Indonesia Butuh Keajaiban untuk Bisa Lepas dari Perangkap Negara Berpendapatan Menengah

6 hari lalu

Bank Dunia Menyatakan Indonesia Butuh Keajaiban untuk Bisa Lepas dari Perangkap Negara Berpendapatan Menengah

Bank Dunia menyatakan Indonesia sulit menuju kategori negara berpendatapan tinggi lantaran masih menggunakan strategi kuno.

Baca Selengkapnya

Apa Manfaat Rendaman Air Beras? Ini Penjelasannya

6 hari lalu

Apa Manfaat Rendaman Air Beras? Ini Penjelasannya

Mengintip berbagai manfaat rendaman air beras, mulai dari bahan pangan hingga mampu menurunkan kadar formalin.

Baca Selengkapnya

Deflasi Beruntun 5 Bulan, Kemenko Perekonomian Sebut Masyarakat Tak Perlu Khawatir

7 hari lalu

Deflasi Beruntun 5 Bulan, Kemenko Perekonomian Sebut Masyarakat Tak Perlu Khawatir

Kemenko Perekonomian menyatakan daya beli masyarakat masih tinggi terlepas dari deflasi yang terjadi.

Baca Selengkapnya

Startup Inovasi Pangan dan Kosmetik Halal dari UI Toreh Prestasi di YSSC 2024

8 hari lalu

Startup Inovasi Pangan dan Kosmetik Halal dari UI Toreh Prestasi di YSSC 2024

Keberhasilan startup Cocova dan Rolic di YSSC 2024 membuka peluang besar untuk menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak.

Baca Selengkapnya