TEMPO.CO, Jakarta - Sensor kamera dari Sony IMX989 1” menjadi salah satu yang diunggulkan ponsel Xiaomi 12S Ultra. Wajar jika orang atau calon pembeli beranggapan keberadaannya menjadi nilai jual yang berharga. Dan patut diduga juga, sensor ini juga yang membuat harga jual menjadi naik.

Tapi, berdasarkan rincian dan analisis Bill of Materials (BoM) untuk telepon dan sensor oleh Counterpoint Research, harga sensor bukan bagian paling mahal dari kit di ponsel. Sampel yang digunakan adalah model Xiaomi 12S Ultra dengan RAM 8 GB dan penyimpanan 256 GB.

Ongkos produksi model ponsel itu disebut sekitar $516 (setara Rp 7,7 juta) dan dijual tak sampai $900 (Rp 13,5 juta). Untuk dicatat, ongkos $516 sudah termasuk biaya komponen, perakitan, pengujian, hak kekayaan intelektual, dan isi kotak ritel. Terpisah dari itu adalah biaya yang terkait dengan iklan, layanan garansi, dan sebagainya.

Qualcomm, Samsung dan Sony adalah pemasok komponen yang mendapatkan bagian terbesar dari kue BoM. Pemasukan Qualcomm tidak hanya bersumber dari chipset terbarunya, Snapdragon 8+ Gen 1, tetapi juga komponen manajemen daya, transceiver RF dan komponen front-end, IC konektivitas dan codec audio.

Samsung memasok panel AMOLED LTPO E5 6,73” dan RAM LPDDR5 8 GB. Adapun Sony memasarkan sensor gambar untuk kamera belakang – IMX989 1” yang disebutkan di atas, juga sepasang sensor IMX586 untuk modul ultra lebar dan telefoto. Selain itu sensor kamera selfie OmniVision OV32C.

Harga sama dengan Mi 11 Ultra

Kinerja Xiaomi di segmen harga di bawah $1000 mengalami pasang surut. Pangsa pasar perusahaan di segmen itu telah menurun sejak awal tahun ini, dan baru pulih berkat Festival Penggemar Xiaomi. Menurut Counterpoint, Xiaomi telah mendistribusikan sebanyak dua juta unit smartphone andalan sebelumnya, Mi 11 Ultra, dengan harga awal yang sama yaitu sekitar $899. Sekarang tongkat estafet telah diserahkan ke 12S Ultra.

GSM ARENA, COUNTERPOINT RESEARCH