Sebut Awan Jatuh Kampar Hoax, Peneliti BRIN Ungkap Bahaya Fenomena Aslinya

Minggu, 31 Juli 2022 16:19 WIB

Potongan gambar fenomena yang diklaim awan jatuh di Kampar, Riau. (Twitter)

TEMPO.CO, Jakarta - Belakangan ini muncul istilah ‘awan jatuh’ yang menyebar lewat video di media sosial terkait fenomena benda seperti awan putih yang berceceran di sebuah perkebunan kelapa sawit di Kampar, Riau.

“Ini jelas merupakan berita bohong atau hoax,” kata Erma Yulihastin, peneliti klimatologi pada Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Ahad, 31 Juli 2022.

Benda putih yang disebut awan jatuh itu, menurutnya, hanyalah gumpalan busa. Dari rekaman video yang beredar di media sosial, bentuk dan ukuran ‘awan jatuh’ itu beragam. Benda itu berceceran di badan jalan, sisi jalan, selokan, hingga lahan perkebunan.

Erma mengatakan, awan adalah sekumpulan titik-titik air yang melayang-layang di atmosfer. Asalnya dari proses pengembunan atau kondensasi udara hangat yang menguap dari permukaan bumi.

Awan tetap di langit walaupun ada gravitasi atau gaya tarik bumi. “Karena awan berasal dari sekumpulan udara yang naik dan densitas atau massa jenisnya lebih ringan dibandingkan udara sekitarnya,” kata dia.

Advertising
Advertising

Menurut Erma, fenomena awan jatuh sebagai istilah dalam meteorologi atau ilmu tentang cuaca, dikenal sebagui microburst atau downburst. Fenomena itu terlihat sebagai awan badai yang tebal berwarna kelabu, namun memiliki gumpalan yang menggelayut di bawahnya.

“Sehingga seakan-akan awan tersebut hendak jatuh menuju ke permukaan tanah,” ujarnya.

Kejadian seperti diakibatkan oleh arus angin yang sangat kuat dari atas menuju ke bawah atau disebut dengan istilah downdraft. Arus angin itu disebutnya efek dari turbulensi juga pusaran vorteks atau pusaran angin dalam skala luas di dalam sebuah awan badai yang besar dan kuat.

“Microburst ini tentu sangat berbahaya bagi pesawat yang melintas di bawahnya karena dapat menjatuhkan pesawat,” kata Erma.

Hantaman angin dari atas menuju bawah yang sangat dahsyat ini juga disertai dengan hujan deras, disertai es, atau bahkan juga air dingin dengan titik beku di bawah nol derajat Celcius atau disebut freezing rain. Seringkali juga kejadian cuaca itu disertai petir dan guruh.

Selain membahayakan pesawat, fenomena microburst yang menghasilkan cuaca buruk berdampak ke daratan. “Bisa menimbulkan kerusakan yang luas bagi permukiman dan infrastruktur yang berada di bawahnya,” ujar Erma.

Baca:
Ini Penyebab Cuaca Panas di Indonesia Belakangan Ini

Berita terkait

Pensiunan Puspitek Sebut Permintaan Pengosongan Rumah Dinas Sudah Ada Sejak 2017, Namun Batal

8 jam lalu

Pensiunan Puspitek Sebut Permintaan Pengosongan Rumah Dinas Sudah Ada Sejak 2017, Namun Batal

Pensiunan Puspitek menyatakan Menristek saat itu, BJ Habibie, menyiapkan rumah dinas itu bagi para peneliti yang ditarik dari berbagai daerah.

Baca Selengkapnya

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

13 jam lalu

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN fokus pada perubahan iklim yang mempengaruhi sektor pembangunan.

Baca Selengkapnya

BRIN: Rumah di Puspitek Punya Negara Tak Bisa Dimiliki

15 jam lalu

BRIN: Rumah di Puspitek Punya Negara Tak Bisa Dimiliki

Kepala Biro Manajemen Barang Milik Negara dan Pengadaan pada BRIN Arywarti Marganingsih mengatakan perumahan Puspitek, Serpong, tak bisa jadi hak milik.

Baca Selengkapnya

Begini Jawaban BRIN soal Perintah Pengosongan Rumah Dinas di Puspitek Serpong

16 jam lalu

Begini Jawaban BRIN soal Perintah Pengosongan Rumah Dinas di Puspitek Serpong

Manajemen BRIN angkat bicara soal adanya perintah pengosongan rumah dinas di Puspitek, Serpong, Tangerang Selatan.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Pertanyakan Benih Padi Cina Mampu Taklukkan Lahan Kalimantan

1 hari lalu

Peneliti BRIN Pertanyakan Benih Padi Cina Mampu Taklukkan Lahan Kalimantan

BRIN sampaikan bisa saja padi hibrida dari Cina itu dicoba ditanam. Apa lagi, sudah ada beberapa varietas hibrida di Kalimantan. Tapi ...

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Bilang Oposisi Tetap Dibutuhkan di Pemerintahan Prabowo-Gibran, Ini Alasannya

1 hari lalu

Peneliti BRIN Bilang Oposisi Tetap Dibutuhkan di Pemerintahan Prabowo-Gibran, Ini Alasannya

PKS belum membuat keputusan resmi akan bergabung dengan pemerintahan Prabowo atau menjadi oposisi.

Baca Selengkapnya

BRIN Kirim Surat Teguran, Minta Ratusan Pensiunan Ilmuwan Kosongkan Rumah di Puspiptek

1 hari lalu

BRIN Kirim Surat Teguran, Minta Ratusan Pensiunan Ilmuwan Kosongkan Rumah di Puspiptek

BRIN meminta ratusan pensiunan ilmuwan mengosongkan rumah dinas di Puspiptek paling lambat 15 Mei 2024

Baca Selengkapnya

Mengungkap Misteri Sesar Baribis Lewat Ekspedisi Susur Sesar, Aktif Sejak 2,5 Juta Tahun Lalu

3 hari lalu

Mengungkap Misteri Sesar Baribis Lewat Ekspedisi Susur Sesar, Aktif Sejak 2,5 Juta Tahun Lalu

Sesar Baribis merupakan salah satu sesar mayor di Jawa bagian Barat dan membentang mengikuti pola pulau.

Baca Selengkapnya

Terkini: Lahan Padi Cina 1 Juta Hektar di Kalimantan Menuai Polemik, Cara Daftar Subsidi LPG 3 Kilogram

4 hari lalu

Terkini: Lahan Padi Cina 1 Juta Hektar di Kalimantan Menuai Polemik, Cara Daftar Subsidi LPG 3 Kilogram

Rencana pembukaan lahan 1 juta hektar untuk padi Cina di Kalimantan menuai pro dan kontra. Cara mendaftar menjadi penerima subsidi LPG 3 kilogram.

Baca Selengkapnya

Setiap 26 April Diperingati Hari Kekayaan Intelektual Sedunia, Ini Awal Penetapannya

4 hari lalu

Setiap 26 April Diperingati Hari Kekayaan Intelektual Sedunia, Ini Awal Penetapannya

Hari Kekayaan Intelektual Sedunia diperingati setiap 26 April. Begini latar belakang penetapannya.

Baca Selengkapnya