Studi Baru Temukan Luas Hutan Global Menurun Lebih dari 60 Persen

Senin, 1 Agustus 2022 19:56 WIB

Sebuah rumah terlihat terbakar saat kebakaran hutan Oak Fire membakar dekat Darrah di Mariposa County, California, AS, 23 Juli 2022. Kebakaran hutan ini dikhawatirkan akan mendekati Yosemite, sekitar satu jam perjalanan dari Mariposa County, adalah rumah bagi beberapa pohon sequoia terbesar dan tertua di dunia.nREUTERS/Carlos Barria

TEMPO.CO, Jakarta - IOP Publishing dalam jurnal Environmental Research Letters menerbitkan studi baru soal hutan secara global pada hari Senin, 1 Agustus 2022. Studi itu mengungkap bahwa selama 60 tahun terakhir kawasan hutan global telah menurun sebesar 81,7 juta hektare, kerugian yang berkontribusi pada penurunan lebih dari 60 persen luas hutan global per kapita. Kehilangan ini mengancam masa depan keanekaragaman hayati dan berdampak pada kehidupan 1,6 miliar orang di seluruh dunia.

Tim peneliti yang dipimpin oleh Ronald C. Estoque dari Center for Biodiversity and Climate Change, Forestry and Forest Products Research Institute (FFPRI) di Jepang, telah menemukan bahwa kawasan hutan global telah menurun sebesar 81,7 juta hektare dari tahun 1960 hingga 2019, setara dengan luas lebih dari 10 persen dari seluruh Pulau Kalimantan, dengan kehilangan hutan bruto (437,3 juta hektare) melebihi perolehan hutan bruto (355,6 juta hektare).

Tim menggunakan basis data dari penggunaan lahan global untuk memeriksa bagaimana hutan global telah berubah dari waktu ke waktu. Akibatnya, penurunan hutan global dikombinasikan dengan peningkatan populasi global selama periode 60 tahun telah mengakibatkan penurunan luas hutan global per kapita lebih dari 60 persen, dari 1,4 hektare pada tahun 1960 menjadi 0,5 hektare pada tahun 2019.

"Kehilangan dan degradasi hutan yang terus-menerus mempengaruhi integritas ekosistem hutan, mengurangi kemampuannya untuk menghasilkan dan menyediakan layanan penting dan mempertahankan keanekaragaman hayati. Ini juga berdampak pada kehidupan setidaknya 1,6 miliar orang di seluruh dunia, terutama di negara-negara berkembang, yang bergantung pada hutan untuk berbagai tujuan,” tulis para peneliti.

Hasil penelitian juga mengungkapkan bahwa perubahan pola spatiotemporal hutan global mendukung teori transisi hutan, dengan hilangnya hutan terjadi terutama di negara-negara berpenghasilan rendah di daerah tropis dan keuntungan hutan di negara-negara berpenghasilan tinggi di ekstratropis. Spatiotemporal analisis data adalah ketika data dikumpulkan melintasi ruang dan waktu. Ini menggambarkan fenomena di lokasi dan waktu tertentu..

Advertising
Advertising

Ronald C. Estoque, penulis utama studi tersebut, menjelaskan, “Meskipun pola spasial hilangnya hutan ini terjadi terutama di negara-negara kurang berkembang, peran negara-negara yang lebih maju dalam hilangnya hutan tersebut juga perlu dipelajari lebih dalam. Dengan penguatan konservasi hutan di negara-negara yang lebih maju, hilangnya hutan dipindahkan ke negara-negara kurang berkembang, terutama di daerah tropis."

“Saat ini, pemantauan hutan dunia merupakan bagian integral dari berbagai inisiatif lingkungan dan sosial global, termasuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), Perjanjian Iklim Paris dan Kerangka Keanekaragaman Hayati Global Pasca-2020. Untuk membantu mencapai tujuan dari inisiatif ini, ada kebutuhan besar untuk membalikkan, atau setidaknya meratakan, kurva kehilangan hutan bersih global dengan melestarikan hutan yang tersisa di dunia dan memulihkan serta merehabilitasi lanskap hutan yang terdegradasi,” tulis para peneliti.

Baca:
Dunia Kehilangan Hutan Setiap Tahun Lebih dari Setengah Pulau Sulawesi

Berita terkait

Bupati Solok Selatan Dipanggil Kejati Sumbar Dugaan Korupsi Lahan Hutan untuk Ditanami Sawit

16 jam lalu

Bupati Solok Selatan Dipanggil Kejati Sumbar Dugaan Korupsi Lahan Hutan untuk Ditanami Sawit

Asisten Pidsus Kejati Sumbar Hadiman menjelaskan pemanggilan Bupati Solok Selatan itu terkait kasus dugaan korupsi penggunaan hutan negara tanpa izin.

Baca Selengkapnya

Vietnam Buka Tur di Tengah Hutan Malam Hari, Apa Saja yang Bisa Dinikmati?

1 hari lalu

Vietnam Buka Tur di Tengah Hutan Malam Hari, Apa Saja yang Bisa Dinikmati?

Cuc Phuong di Veitnam merupakan taman nasional tertua dan terbesar di Vietnam, banyak hal yang ditawarkan kepada wisatawan.

Baca Selengkapnya

Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper

5 hari lalu

Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper

Peneliti Unair berhasil mengukir namanya di kancah internasional dengan meraih best paper award dari jurnal ternama Engineered Science.

Baca Selengkapnya

BRIN Undang Periset dan Mahasiswa Ikut Platform Kolaborasi Biologi Struktur untuk Gali Potensi Keanekaragaman Hayati

5 hari lalu

BRIN Undang Periset dan Mahasiswa Ikut Platform Kolaborasi Biologi Struktur untuk Gali Potensi Keanekaragaman Hayati

BRIN terus berupaya menemukan metode yang paling baru, efektif, dan efisien dalam proses pemurnian protein.

Baca Selengkapnya

Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

5 hari lalu

Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

Sekarang ukuran roket juga tidak besar, tapi bisa mengangkut banyak satelit kecil.

Baca Selengkapnya

Ketergantungan Impor 99 Persen, Peneliti BRIN Riset Jamur Penghasil Enzim

6 hari lalu

Ketergantungan Impor 99 Persen, Peneliti BRIN Riset Jamur Penghasil Enzim

Di Indonesia diperkirakan terdapat 200 ribu spesies jamur, yang di antaranya mampu memproduksi enzim.

Baca Selengkapnya

Greenpeace Sebut Pembukaan Lahan Hutan untuk Sawit Pemicu Utama Deforestasi

6 hari lalu

Greenpeace Sebut Pembukaan Lahan Hutan untuk Sawit Pemicu Utama Deforestasi

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia atau GAPKI mengklaim ekspor ke luar negeri turun, terutama di Eropa.

Baca Selengkapnya

Kenapa Orang Suka Aroma Bayi? Ini Penjelasan Ilmiahnya

6 hari lalu

Kenapa Orang Suka Aroma Bayi? Ini Penjelasan Ilmiahnya

Cairan amnion dan substansi seperti verniks caseosa berperan dalam menciptakan aroma bayi yang khas.

Baca Selengkapnya

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

6 hari lalu

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

Polusi udara yang erat kaitannya dengan tingginya beban penyakit adalah polusi udara dalam ruang (rumah tangga).

Baca Selengkapnya

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

6 hari lalu

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

Efek polusi udara rumah tangga baru terlihat dalam jangka waktu relatif lama.

Baca Selengkapnya