Diungkap, Operasi Spionase di Asia Selatan Manfaatkan Platform Meta

Selasa, 9 Agustus 2022 18:58 WIB

Ilustrasi logo Meta. (REUTERS/DADO RUVIC)

TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan induk Facebook, Meta, mengungkap telah telah mengambil tindakan terhadap dua operasi spionase di Asia Selatan yang mendistribusikan malware ke target potensial. Operasi spionase itu memanfaatkan platform media sosial miliknya.

Kasus pertama dilakukan oleh kelompok peretas yang terlacak di bawah moniker Bitter APT (alias APT-C-08 atau T-APT-17). Kelompok ini menarget individu di Selandia Baru, India, Pakistan, dan Inggris Raya

"Bitter menggunakan berbagai taktik jahat untuk menarget orang online dengan rekayasa sosial dan menginfeksi perangkat mereka dengan malware," kata Meta dalam Laporan Ancaman Permusuhan Triwulanan. "Mereka menggunakan campuran layanan tautan, domain jahat, situs web yang disusupi, dan penyedia hosting pihak ketiga untuk mendistribusikan malware."

Serangan tersebut melibatkan pelaku yang menciptakan tokoh fiktif di platform yang menyamar sebagai perempuan muda yang menarik. Dengan begitu target terpikat dan mudah percaya untuk mengklik tautan palsu yang menyebarkan malware.

Uniknya, penyerang disebutkan meyakinkan korbannya untuk mengunduh aplikasi obrolan iOS melalui Apple TestFlight, layanan online sah yang dapat digunakan untuk aplikasi pengujian beta dan memberikan umpan balik kepada pengembang aplikasi. Itu artinya, menurut Meta, peretas tak perlu bergantung pada eksploitasi untuk mengirimkan malware khusus ke target.

Advertising
Advertising

"Mereka dapat memanfaatkan layanan resmi Apple untuk mendistribusikan aplikasi dalam upaya membuatnya tampak lebih sah dan meyakinkan orang untuk mengunduh Apple Testflight, lalu menipu mereka untuk menginstal aplikasi obrolan mereka," kata para peneliti.

Sementara fungsi spesifiknya tidak diketahui, diduga aplikasi yang disebar telah digunakan untuk mengawasi korban melalui media obrolan yang dirancang khusus. Selain itu, operator Bitter APT menggunakan malware Android yang sebelumnya tidak terdokumentasi bernama Dracarys.

Mereka menyalahgunakan izin aksesibilitas sistem operasi untuk menginstal sembarang aplikasi, merekam audio, mengambil foto, dan mengumpulkan data sensitif dari ponsel yang terinfeksi. Data itu seperti kumpulan panggilan, kontak, file, pesan teks, geolokasi, dan informasi perangkat.

Dracarys dikirim melalui aplikasi trojan yang menyamar sebagai YouTube, Signal, Telegram, dan WhatsApp. Modus ini melanjutkan tren penyerang yang menyebar malware yang disamarkan sebagai perangkat lunak yang sah untuk membobol perangkat seluler.

Pelaku diyakini beroperasi di luar Asia Selatan dan baru-baru ini memperluas fokus untuk menyerang entitas militer di Bangladesh.

Kasus kedua adalah Transparent Tribe (alias APT36), yang diduga berbasis di Pakistan. Kelompok ini memiliki rekam jejak menarget lembaga pemerintah di India dan Afganistan dengan alat jahat yang dipesan lebih dahulu.

Bulan lalu, Cisco Talos mengaitkan aktor tersebut dengan kampanye phishing yang menarget siswa di berbagai lembaga pendidikan di India. Kelompok ini dinilai menandai penyimpangan dari pola viktimologi yang khas untuk memasukkan pengguna sipil.

Serangkaian intrusi terbaru menunjukkan penggabungan, setelah memilih personel militer, pejabat pemerintah, karyawan hak asasi manusia dan organisasi nirlaba lainnya. Kini sasaran juga mencakup siswa yang berlokasi di Afganistan, India, Pakistan, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab.

Targetnya adalah rekayasa sosial menggunakan persona palsu dengan menyamar sebagai perekrut untuk perusahaan, personel militer, atau perempuan muda yangingin menjalin hubungan romantis. Ujung-ujungnya, korban diarahkan membuka tautan yang menampung malware.

File yang diunduh berisi LazaSpy, versi modifikasi dari perangkat lunak pemantauan Android open source yang disebut XploitSPY. Selain itu juga menggunakan aplikasi klon WhatsApp, WeChat, dan YouTube tidak resmi untuk mengirimkan malware komoditas lain yang dikenal sebagai Mobzsar (alias CapraSpy).

Kedua bagian malware dilengkapi dengan fitur untuk mengumpulkan log panggilan, kontak, file, pesan teks, geolokasi, informasi perangkat, dan foto, serta mengaktifkan mikrofon perangkat, menjadikannya alat pengawasan yang efektif.

THE HACKER NEWS

Baca juga:
Cina-Taiwan Memanas, Begini Jadwal iPhone 14 Bisa Terdampak

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Jokowi Kesal Indonesia Banjir Impor Perangkat Teknologi: Kenapa Kita Diam?

16 jam lalu

Jokowi Kesal Indonesia Banjir Impor Perangkat Teknologi: Kenapa Kita Diam?

Jokowi mengatakan CEO dari perusahaan teknologi global, yakni Tim Cook dari Apple dan Satya Nadela dari Microsoft telah bertemu dengan dia di Jakarta.

Baca Selengkapnya

Bocoran Terbaru Ungkap Apple Kembangkan Macbook dan iPhone Lipat

17 jam lalu

Bocoran Terbaru Ungkap Apple Kembangkan Macbook dan iPhone Lipat

Bocoran terbaru mengungkap bahwa Apple sedang bersiap memproduksi perangkat Macbook dan iPhone yang bisa dilipat.

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap Pesan yang Terus Disampaikannya ke Bos Apple hingga Microsoft

20 jam lalu

Jokowi Ungkap Pesan yang Terus Disampaikannya ke Bos Apple hingga Microsoft

Presiden Jokowi juga menyayangkan perangkat teknologi dan alat komunikasi yang Indonesia pakai masih didominasi barang-barang impor.

Baca Selengkapnya

Jokowi Sebut Impor Produk Elektronik Bikin Defisit hingga Rp 30 Triliun Lebih

21 jam lalu

Jokowi Sebut Impor Produk Elektronik Bikin Defisit hingga Rp 30 Triliun Lebih

Jokowi menyayangkan perangkat teknologi dan alat komunikasi yang digunakan di Tanah Air saat ini masih didominasi oleh barang-barang impor.

Baca Selengkapnya

Surat Tilang Dikirim Via WhatsApp Bakal Diberlakukan secara Nasional, Ini Kata Korlantas Polri

1 hari lalu

Surat Tilang Dikirim Via WhatsApp Bakal Diberlakukan secara Nasional, Ini Kata Korlantas Polri

Setelah uji coba pengiriman notifikasi tilang via WhatsApp lolos asesmen Polda Metro Jaya, sistem ini akan diterapkan secara nasional.

Baca Selengkapnya

Kenapa Nomor Tidak Bisa Daftar WA? Ini Cara Mengatasinya

1 hari lalu

Kenapa Nomor Tidak Bisa Daftar WA? Ini Cara Mengatasinya

Beberapa dari Anda mungkin bertanya-tanya, kenapa tidak bisa daftar WA? Ini penyebab dan cara mengatasinya yang bisa dilakukan.

Baca Selengkapnya

Begini Cara Mengaktifkan Passkey WhatsApp

1 hari lalu

Begini Cara Mengaktifkan Passkey WhatsApp

Passkey memungkinkan pengguna untuk melindungi akun pengguna WhatsApp agar lebih aman.

Baca Selengkapnya

Bocoran Terbaru Ungkap Fitur AI iOS 18, Ini Detailnya

1 hari lalu

Bocoran Terbaru Ungkap Fitur AI iOS 18, Ini Detailnya

Aplikasi inti iOS Apple telah dijadwalkan untuk menerima peningkatan AI.

Baca Selengkapnya

Catat 5 Nomor WA Ditlantas Polda Metro Jaya yang Mengirimkan Bukti Surat Tilang

2 hari lalu

Catat 5 Nomor WA Ditlantas Polda Metro Jaya yang Mengirimkan Bukti Surat Tilang

Ditlantas Polda Metro Jaya mengirimkan bukti surat tilang ke pelanggar lalu lintas melalui lima nomor Whatsapp.

Baca Selengkapnya

Korlantas Uji Coba Pengiriman Surat Tilang Melalui Whatsapp

2 hari lalu

Korlantas Uji Coba Pengiriman Surat Tilang Melalui Whatsapp

Bila sistem pengiriman surat tilang melalui Whatsapp aman, Korlantas akan memberlakukan aturan ini secara nasional.

Baca Selengkapnya