Atasi Polusi Udara di Perkotaan, Tim Mahasiswa UB Rancang Ekosistem Karbon Biru

Reporter

Tempo.co

Editor

Devy Ernis

Jumat, 26 Agustus 2022 09:16 WIB

Rancang Ekosistem Karbon Biru. prasetya.ub.ac.id

TEMPO.CO, Jakarta - Tim mahasiswa dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) serta Fakultas Teknik Universitas Brawijaya (UB) membuat inovasi guna mengatasi polusi udara di perkotaan dengan merancang ekosistem karbon biru. Para mahasiswa itu adalah Fikri Ardam, Rara Amerea Sadiidah Hafidoh, Anggita Juy, serta Yudhistira yang dibimbing oleh Bayu Kusuma.

Polusi udara dan cemaran emisi karbon adalah salah satu masalah di kota besar. Tren urbanisasi dan pembangunan transportasi menjadi penyumbang meningkatnya emisi karbon CO2 sebesar 2,9 persen setiap tahun. Ditambah lagi dengan meningkatnya jumlah kendaaan bermotor sebesar 70 persen dalam kurun 10 tahun terakhir menjadi sumber masalah polusi udara di berbagai kota di Indonesia.

Hal ini yang menjadi perhatian tim mahasiswa UB. Mereka membuat gagasan berjudul “Carbon Middle Tube: Strategi Karbon Biru untuk Peningkatan Udara Bersih di Perkotaan dalam Mendukung Climate Action”. Gagasan ini untuk meningkatkan kualitas udara dengan mengurangi cemaran emisi. Ide ini berhasil lolos sebagai penerima insentif dari Kemdikbud Ristek dalam ajang Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) tahun 2022 dibidang Gagasan Futruistik Tertulis.

Ekosistem Karbon Biru merupakan ekosistem yang memiliki peran carbon sinks atau ekosistem yang dapat menyerap karbon dengan jumlah lebih besar dibandingkan hutan daratan, yakni sebesar 55 persen karbon dunia, dengan contoh padang lamun atau seagrass bed.

“Padang lamun mampu menyimpan 83.000 metrik ton karbon dioksida di udara dalam setiap kilometer persegi. Lebih tinggi jika dibandingkan kemampuan hutan hujan tropis yang menyerap karbon hanya sekitar 30.000 metrik ton/km2”, ujar Fikri dilansir dari laman UB pada Jumat, 26 Agustus 2022.

Advertising
Advertising

Ekosistem ini, imbuuhnya, mampu menyerap CO2 dengan mekanisme sekuestrasi yaitu penyerapan karbon dari atmosfer dan penyimpanannya dalam bentuk biomassa seperti daun, batang, akar, serasah, kayu dan bahan organik tanah melalui proses fotosintesis.

Di kawasan perkotaan, jelas mahasiswa FPIK ini, ekosistem karbon biru ideal ditempatkan pada jalan dengan 4 lajur dua arah yang dilengkapi median dan trotoar. “Kolam di media jalan akan terhubung pada kolan di bawah tanah yang dilengkapi dengan terowongan pejalan kaki”, jelasnya.

Tidak hanya ekosistem karbon biru, biota laut lainnya ditempatkan untuk meningkatkan penyerapan karbon seperti terumbu karang, mikoalga, dan rumput laut. Selain itu untuk menambah estetika dari kolam ditempatkan berbagai jenis ikan hias.

Didalam terowongan pejalan kaki ditambahkan fasilitas papan digital sebagai media edukasi, speaker yang akan memainkan alunan suara deburan ombak dan suara-suara khas pantai serta humidifier beraroma mint sehingga tercipta suasana yang menyegarkan.

Melalui ekosistem karbon biru, kelompok ini berharap dapat menyelesaikan masalah terkait polusi udara di perkotaan. “Kami juga berharap adanya peningkatan kualitas udara bersih, jumlah suplai oksigen dan menurunkan kasus penyakit akibat polusi udara, serta mendukung pemerintah dalam penerapan program karbon biru, membantu pemasalah iklim yang menyebabkan global warming,” katanya.

Baca juga: 3 Masalah yang Nadiem Minta Hilangkan di Perguruan Tinggi

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Pertamina International Shipping Catat Penurunan Emisi Karbon 25.445 Ton

1 hari lalu

Pertamina International Shipping Catat Penurunan Emisi Karbon 25.445 Ton

PT Pertamina International Shipping mencatat data dekarbonisasi PIS turun signifikan setiap tahun.

Baca Selengkapnya

Jakarta Peringkat 10 Kota dengan Udara Terburuk pada Sabtu Pagi

2 hari lalu

Jakarta Peringkat 10 Kota dengan Udara Terburuk pada Sabtu Pagi

Pada Sabtu pagi pukul 07.02 WIB Indeks Kualitas Udara (AQI) di Jakarta berada di angka 122 atau masuk dalam kategori tidak sehat.

Baca Selengkapnya

4 Anggota Polda Metro Jaya Kedapatan Nyabu, Berikut Kajian Kenapa Polisi Terjerat Pidana Narkoba

4 hari lalu

4 Anggota Polda Metro Jaya Kedapatan Nyabu, Berikut Kajian Kenapa Polisi Terjerat Pidana Narkoba

Polda Metro Jaya meringkus anggotanya yang menggunakan narkoba jenis sabu. Lantas, apa alasan umum ada polisi terlibat narkoba?

Baca Selengkapnya

Indonesia Bahas Pengurangan Emisi Karbon di Hannover Messe 2024

4 hari lalu

Indonesia Bahas Pengurangan Emisi Karbon di Hannover Messe 2024

Pemerintah RI membahas langkah strategis mengurangi emisi karbon sektor industri di ajang pameran global Hannover Messe 2024 Jerman.

Baca Selengkapnya

Universitas Brawijaya Sediakan Kuota 50 Persen untuk Seleksi Mandiri: Intip Jadwal, Ketentuan, Cara Pendaftaran

4 hari lalu

Universitas Brawijaya Sediakan Kuota 50 Persen untuk Seleksi Mandiri: Intip Jadwal, Ketentuan, Cara Pendaftaran

Universitas Brawijaya selalu diminati oleh calon mahasiswa baru, pun juga menyediakan jalur Seleksi Mandiri yang menggunakan seleksi nilai UTBK

Baca Selengkapnya

Pertamina International Shipping Klaim Berhasil Turunkan Emisi Karbon

5 hari lalu

Pertamina International Shipping Klaim Berhasil Turunkan Emisi Karbon

PT Pertamina International Shipping (PIS) mengklaim dekarbonisasi yang dilakukan perusahaannya dapat menurunkan emisi karbon.

Baca Selengkapnya

Polusi Udara Bisa Bikin Serangga Salah Pilih Pasangan Kawin

7 hari lalu

Polusi Udara Bisa Bikin Serangga Salah Pilih Pasangan Kawin

Temuan lainnya adalah keturunan hibrida dari serangga yang salah pilih pasangan karena polusi udara itu kerap kali steril.

Baca Selengkapnya

Studi Menunjukkan Cahaya Lampu pada Malam Hari Bisa Meningkatkan Risiko Stroke

30 hari lalu

Studi Menunjukkan Cahaya Lampu pada Malam Hari Bisa Meningkatkan Risiko Stroke

Studi ini mengeksplorasi hubungan antara paparan polusi cahaya pada malam hari dengan potensi risiko kesehatan otak dan stroke.

Baca Selengkapnya

Universitas Brawijaya Terima 3.662 Mahasiswa Baru, Ini Progam Studi Paling Diminati

33 hari lalu

Universitas Brawijaya Terima 3.662 Mahasiswa Baru, Ini Progam Studi Paling Diminati

Universitas Brawijaya menerima 3.662 mahasiswa baru dari total 31.368 pendaftar lewat jalur SNBP.

Baca Selengkapnya

Startup di Telkom University Bikin Alat Pemantau Udara: Ramah Lingkungan, Wireless, Berorientasi Siswa

45 hari lalu

Startup di Telkom University Bikin Alat Pemantau Udara: Ramah Lingkungan, Wireless, Berorientasi Siswa

Startup BiruLangit dari unit inkubasi Bandung Technopark Telkom University mengembangkan alat pemantau udara Low-Cost Sensors (LCS)

Baca Selengkapnya