Ahli Iklim Kumpul Duluan di Kopenhagen

Reporter

Editor

Selasa, 10 Maret 2009 19:39 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta: Para ahli iklim dunia mendului forum resmi PBB untuk perubahan iklim di Kopenhagen, Denmark, Desember nanti, dengan berkumpul di kota yang sama, mulai hari ini. Mereka merasa harus bertemu demi bisa menggemakan lebih tegas bahwa akselerasi perubahan iklim terjadi lebih cepat daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Panel Antarpemerintah PBB untuk Perubahan Iklim (IPCC) menyimpulkan awal 2007 lalu kalau laju perubahan iklim itu, jika tidak diredam, akan memicu banjir, kekeringan, penyakit dan cuaca ekstrem di akhir abad nanti. Namun, hasil riset yang lebih baru menduga kalau dampak-dampak lingkungan akibat pemanasan global itu bisa lebih parah dan akan datang lebih awal lagi.

Yang lebih mengerikan, setiap dampak itu boleh jadi tak akan bisa lagi kembali ke dalam kondisi semula. Melelehnya tutupan es di Arktik dan pelepasan triliunan ton gas rumah kaca yang selama ini terperangkap dalam permafrost adalah dua kandidat skenario yang amat buruk itu.

Konferensi para ilmuwan iklim ini sendiri bakal digelar tiga hari. Disana mereka akan mencoba merumuskan konsensus ilmiah terbaru bahwa muka laut akan naik setidaknya satu meter pada 2100. Angka ini dua kali lebih tinggi daripada estimasi IPCC dua tahun lalu—estimasi belum memperhitungkan melelehnya es di Greenland.

“Para pembuat kebijakan yang akan bertemu di Kopenhagen Desember nanti harus menyadari ini dari apa yang biasa mereka pikirkan tentang perubahan iklim,,” ujar William Howard, peneliti dari University of Tasmania di Hobart, Australia.

Sebanyak lebih dari 2000 ilmuwan dan peneliti dari 80 negara merespons undangan terbuka dari konferensi ini. Ketua panel PBB, Rajendra Pachauri – yang berbagi Nobel Perdamaian 2007 bersama bekas Wakil Persiden Amerika Serikat, Al Gore –membuka konferensi bersama dengan Perdana Menteri Denmark Anders Fogh Rasmussen, Presiden Komisi Eropa Jose Manuel Barroso, dan ekonom iklim terkemuka Lord Nicholas Stern.

“Respons luar biasa dari para ilmuwan ini berasal dari <i>sense urgency<i> dan rasa frustasi mereka,” kata Katherine Richardson, ketua Komisi Pemerintahan Denmark tentang Kebijakan Perubahan Iklim.

“Kebanyakan dari kami telah terlatih sebagai ilmuwan yang tidak ingin mengotori tangannya bicara dengan para politikus—lempar data di atas meja lalu menghindar sesegera mungkin,” kata Richardson, “Tapi sekarang kami sadar kalau berhadapan dengan permasalahan yang begitu rumit dan mendesak dimana kami harus membantu memastikan hasil-hasil riset ini dipahami dengan baik.”

(AFP)

Berita terkait

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

6 hari lalu

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.

Baca Selengkapnya

Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

10 hari lalu

Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

Konektivitas laut dan atmosfer berperan pada perubahan iklim yang terjadi di dunia saat ini. Badai dan siklon yang lebih dahsyat adalah perwujudannya.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

10 hari lalu

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

Peningkatan intensitas hujan di Dubai terkesan tidak wajar dan sangat melebihi dari prediksi awal.

Baca Selengkapnya

5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

10 hari lalu

5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

Dubai kebanjiran setelah hujan lebat melanda Uni Emirat Arab

Baca Selengkapnya

Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

15 hari lalu

Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

Maret 2024 melanjutkan rekor iklim untuk suhu udara dan suhu permukaan laut tertinggi dibandingkan bulan-bulan Maret sebelumnya.

Baca Selengkapnya

Aktivis Greta Thunberg Ditangkap Dua Kali Saat Unjuk Rasa di Belanda

21 hari lalu

Aktivis Greta Thunberg Ditangkap Dua Kali Saat Unjuk Rasa di Belanda

Aktivis Greta Thunberg ditangkap lagi setelah dibebaskan dalam unjuk rasa menentang subsidi bahan bakar minyak.

Baca Selengkapnya

Curah Hujan Tinggi di Bogor, Ahli Meteorologi IPB Ungkap Fakta Ini

25 hari lalu

Curah Hujan Tinggi di Bogor, Ahli Meteorologi IPB Ungkap Fakta Ini

Setidaknya ada tiga faktor utama yang menyebabkan curah hujan di Kota Bogor selalu tinggi. Namun bukan hujan pemicu seringnya bencana di wilayah ini.

Baca Selengkapnya

Green Day akan Tampil di Panggung Konser Iklim

28 hari lalu

Green Day akan Tampil di Panggung Konser Iklim

Grup musik punk Green Day akan tampil dalam konser iklim global yang didukung oleh PBB di San Francisco

Baca Selengkapnya

Jakarta dan Banten Masuki Puncak Kemarau pada Agustus 2024, Mundur Akibat Gejolak Iklim

33 hari lalu

Jakarta dan Banten Masuki Puncak Kemarau pada Agustus 2024, Mundur Akibat Gejolak Iklim

Jakarta dan Banten diperkirakan memasuki musim kemarau mulai Juni mendatang, dan puncaknya pada Agustus. Sedikit mundur karena anomali iklim.

Baca Selengkapnya

Masyarakat Adat di IKN Nusantara Terimpit Rencana Penggusuran dan Dampak Krisis Iklim, Begini Sebaran Wilayah Mereka

40 hari lalu

Masyarakat Adat di IKN Nusantara Terimpit Rencana Penggusuran dan Dampak Krisis Iklim, Begini Sebaran Wilayah Mereka

AMAN mengidentifikasi belasan masyarakat adat di IKN Nusantara dan sekitarnya. Mereka terancam rencana investasi proyek IKN dan dampak krisis iklim.

Baca Selengkapnya