Kisah Mahasiswa Kampus Mengajar di SMP Istimewa Lapas Anak Tangerang

Reporter

Tempo.co

Editor

Devy Ernis

Jumat, 14 Oktober 2022 17:16 WIB

Seorang warga binaan menangis saat menerima kunjungan keluarganya melalui fasilitas panggilan video di Lapas Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Klas IA, Kota Tangerang, Banten, Senin, 25 Mei 2020. Dalam mendukung upaya pemerintah untuk mencegah penyebaran COVID-19, LPKA Klas IA menutup sementara akses kunjungan secara fisik dan menggantinya dengan fasilitas layanan panggilan video untuk warga binaan yang ingin bersilahturahim dengan keluarganya. ANTARA

TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak empat mahasiswa peserta program Kampus Mengajar angkatan IV bertugas di SMP Istimewa Lembaga Pemasyarakatan Khusus Anak (LPKA) Kelas I Tangerang. Ini merupakan penugasan pertama program Kampus Mengajar di LPKA.

Keempat mahasiswa menjalankan berbagai program kolaboratif bersama LPKA sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan literasi dan numerasi siswa selama masa penugasan yang berlangsung selama lima bulan.

“Kami sangat senang dan berterima kasih atas kehadiran mahasiswa dari program Kampus Mengajar yang membantu proses belajar di sini. Kami melihat anak binaan menjadi lebih antusias dalam belajar dan bisa menerima kehadiran mahasiswa di tengah keterbatasan yang ada di sekolah kami,” ungkap Rita selaku Kepala Sekolah SMP Istimewa dilansir dari laman resmi Kementerian Pendidikan pada Jumat, 14 Oktober 2022.

SMP Istimewa ini merupakan sekolah formal yang terdaftar di Data Pokok Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) sejak 1984. Sekolah tersebut dibentuk untuk memberikan hak pendidikan kepada anak binaan yang sedang menjalani masa pidana. Saat ini, terdapat tujuh siswa aktif yang mengikuti proses belajar sambil menjalani sisa masa pidana.

Satu-satunya Sekolah Formal di Lapas Anak

Rita mengungkapkan pendidikan merupakan kunci penting bagi anak binaan di LPKA Kelas I Tangerang untuk bisa memiliki masa depan yang baik. Kehadiran mahasiswa peserta program Kampus Mengajar menurutnya memberikan bantuan signifikan dalam proses pembelajaran di SMP Istimewa LPKA Kelas I Tangerang, yang merupakan satu-satunya satuan pendidikan formal di Indonesia yang berada di dalam lembaga pemasyarakatan khusus anak.

“Melalui sekolah ini, anak-anak diharapkan mendapatkan pengetahuan dan kesempatan yang sama, serta mendapatkan ijazah sebagai bukti bahwa mereka telah menjalankan pendidikan formal, yang nantinya berguna bagi masa depan mereka,” tutur Rita.

Keberadaan mahasiswa di SMP tersebut diharapkan mampu memotivasi siswa binaan agar meraih cita-citanya setelah menyelesaikan masa pidana. Hal tersebut senada dengan apa yang disampaikan oleh Ronny Setiawan, Kepala Sub Seksi Pendidikan dan Latihan Keterampilan LPKA Kelas I Tangerang.

Menurut Ronny, penugasan mahasiswa program Kampus Mengajar di sekolah ini seperti angin segar yang memberikan suasana baru dan meningkatkan semangat belajar siswa. Baginya, anak-anak binaan di LPKA Kelas I Tangerang ini tetap berhak mendapatkan akses pendidikan dan memiliki potensi yang besar untuk maju. Ia berharap, penugasan peserta Kampus Mengajar di SMP Istimewa LPKA Kelas I Tangerang bisa terus berlanjut dan para mahasiswa dapat ikut mengawal pemenuhan hak-hak pendidikan bagi anak binaan di LPKA Kelas I Tangerang.

“Kami berterima kasih atas pengabdian mahasiswa Kampus Mengajar yang sudah sangat membantu dalam pemenuhan hak pendidikan anak binaan di LPKA Kelas I Tangerang. Kami berharap program ini bisa terus berlanjut dan memberikan dampak yang lebih besar lagi,” ujarnya.

Belajar Literasi hingga Budaya

Di SMP ini, mahasiswa menjalankan program kerja seperti membaca hening sebelum kelas dimulai, pembuatan pohon literasi oleh para siswa, kelas angklung sebagai ekstrakurikuler budaya hingga asistensi administrasi sekolah. Ketua kelompok mahasiswa yang bertugas di SMP Istimewa LPKA Kelas I Tangerang, Shalahudin Al-Ayubi, menyebutkan bahwa pihak sekolah dan para siswa menyambut kedatangan mereka dengan tangan terbuka sehingga berbagai program yang dicanangkan bisa berjalan dengan baik.

“Ketika pertama kali kami tiba dan menginformasikan bahwa kami akan bertugas mendampingi guru selama lima bulan, kami disambut dengan penuh keramahan oleh guru, kepala sekolah, dan juga para petugas,” terang mahasiswa Universitas Bhayangkara ini.

Sejak diluncurkan pada 2020, program Kampus Mengajar yang merupakan bagian dari kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) telah menugaskan lebih dari 70 ribu mahasiswa menjadi mitra guru dalam upaya mengakselerasi peningkatan kemampuan literasi dan numerasi di 15 ribu SD dan SMP yang tersebar di seluruh Indonesia.

Advertising
Advertising

Baca juga:

Cerita Nadiem Makarim Ikut Bimbel Matematika dan Keinginannya Hapus Diskriminasi

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Viral Dugaan Penyalahgunaan KIP Kuliah Mahasiswa Undip, Kemendikbud: Tanggung Jawab Kampus

7 jam lalu

Viral Dugaan Penyalahgunaan KIP Kuliah Mahasiswa Undip, Kemendikbud: Tanggung Jawab Kampus

Sejumlah mahasiswa penerima KIP Kuliah menjadi perbincangan karena menampilkan gaya hidup mewah.

Baca Selengkapnya

Kemendikbud: Penerima KIP Kuliah Boleh Bekerja Jadi Reseller Hingga Youtuber

13 jam lalu

Kemendikbud: Penerima KIP Kuliah Boleh Bekerja Jadi Reseller Hingga Youtuber

Sebelumnya viral sejumlah mahasiswa penerima KIP Kuliah di Universitas Diponegoro atau Undip yang diduga melakukan penyalahgunaan bantuan.

Baca Selengkapnya

Ratusan Mahasiswa Universitas Indonesia Gelar Aksi Simbolik UI Palestine Solidarity Camp

17 jam lalu

Ratusan Mahasiswa Universitas Indonesia Gelar Aksi Simbolik UI Palestine Solidarity Camp

Ratusan mahasiswa Universitas Indonesia menggelar aksi solidaritas bagi warga Palestina dan mahasiswa di Amerika yang diberangus aparat.

Baca Selengkapnya

Pesan Nadiem untuk Guru Penggerak: Bawa Obor Perubahan di Setiap Daerah

18 jam lalu

Pesan Nadiem untuk Guru Penggerak: Bawa Obor Perubahan di Setiap Daerah

Mendikbud Nadiem Makarim memberikan pesan kepada Guru Penggerak. Apa katanya?

Baca Selengkapnya

Amnesty International Ungkap Rentetan Kekerasan Polisi Terhadap Mahasiswa di Makassar

18 jam lalu

Amnesty International Ungkap Rentetan Kekerasan Polisi Terhadap Mahasiswa di Makassar

Amnesty International Indonesia mendesak polisi segera membebaskan puluhan mahasiswa yang ditangkap saat Hari Buruh dan Hari Pendidikan.

Baca Selengkapnya

Amnesty International Kecam Polisi Masuk ke dalam Kampus dan Menangkap Mahasiswa di Makassar

19 jam lalu

Amnesty International Kecam Polisi Masuk ke dalam Kampus dan Menangkap Mahasiswa di Makassar

Amnesty International kecam kekerasan polisi di dua kampus di Makassar saat Hari Buruh Internasional dan Hari Pendidikan Nasional.

Baca Selengkapnya

Ikuti Gerakan di AS, Mahasiswa Pro-Palestina Berkemah di Kampus-Kampus Australia

23 jam lalu

Ikuti Gerakan di AS, Mahasiswa Pro-Palestina Berkemah di Kampus-Kampus Australia

Gelombang protes pro-Palestina di kampus-kampus Amerika Serikat telah menyebar ke berbagai universitas di Australia.

Baca Selengkapnya

Nadiem Berterima Kasih ke Jokowi atas Dukungan terhadap Merdeka Belajar

1 hari lalu

Nadiem Berterima Kasih ke Jokowi atas Dukungan terhadap Merdeka Belajar

Nadiem mengatakan, semua keberhasilan gerakan Merdeka Belajar selama ini berkat dukungan dan arahan dari Presiden Jokowi.

Baca Selengkapnya

Houthi Tawarkan Pendidikan bagi Mahasiswa AS yang Diskors karena Demo Pro-Palestina

1 hari lalu

Houthi Tawarkan Pendidikan bagi Mahasiswa AS yang Diskors karena Demo Pro-Palestina

Kelompok Houthi di Yaman menawarkan tempat melanjutkan studi bagi para mahasiswa AS yang diskors karena melakukan protes pro-Palestina.

Baca Selengkapnya

Nadiem Makarim: Perubahan dalam Merdeka Belajar Butuh Keberanian Besar

1 hari lalu

Nadiem Makarim: Perubahan dalam Merdeka Belajar Butuh Keberanian Besar

Dalam perayaan Hardiknas 2024, Mendikbudristek Nadiem Makarim mengungkapkan transformasi dalam kebijakan Merdeka Belajar butuh risiko dan keberanian besar.

Baca Selengkapnya