Bukan cuma itu, di situs yang oleh para pengelolanya disebut sebagai majalah musik online ini, pengunjung bisa memutar dan mendengarkan lagu-lagu baru. Walau tergolong masih bayi, situs Play the Beat sudah memiliki banyak fitur atau menu yang menyajikan berbagai informasi seputar musik.
Menu backstage misalnya. Ini adalah ruang promosi bagi para musisi baru. Profil para pemusik anyar ditampilkan di sini. Tujuannya, apalagi kalau bukan agar pihak label atau produser mengenalnya? “Di sinilah tempat mempertemukan semua insan musik,” kata Garincha Mastrosiani, pengelola Play the Beat.
Ada lagi classroom. Sesuai dengan namanya, menu ini menjadi ruang belajar musik, dari alat, lirik lagu, hingga tip dan trik musik. Feedback adalah tempat me-review lagu-lagu atau album baru, dan fresh untuk menyampaikan informasi hal-hal baru dan segar seputar musik. Bisa lagu, alat musik, bisa juga artis atau musisi anyar.
Untuk mencari berita atau informasi umum tentang musik, kita bisa menengok menu general. Adapun hall of legend menampilkan cerita tentang artis atau musisi yang melegenda. Sayang, koleksi para legendaris masih sangat sedikit. “Kami masih mengumpulkan beberapa musisi yang pantas dianggap legenda,” ujar Gari--panggilan akrab Garincha.
Lain lagi dengan highlight, yang mirip dengan fresh. Bedanya, highlight menampilkan berita musik yang sedang hangat dan aktual. Misalnya soal album grup band yang tengah “meledak” di pasar. Adapun on the spot menyajikan reportase sebuah peristiwa musik.
Play the Beat juga dilengkapi dengan menu rundown, yang menyajikan informasi acara atau pertunjukan musik apa yang akan digelar. Sedangkan weapons, sesuai dengan namanya, adalah informasi seputar “senjata” para musisi; tentang desain alat musik, aksesori, sampai produk-produk alat musik baru.
Belum lama ini Play the Beat menambah menu baru, twitt beat, yang menyajikan reportase peristiwa musik langsung dari lokasi. “Seperti Java Jazz kemarin, kami mereportase acara itu dari lokasi,” katanya. Ini salah satu fitur yang membedakan Play the Beat dengan situs musik lain. “Informasi yang kami kirim lewat ponsel atau BlackBerry, langsung tampil di situs sehingga lebih cepat.”
Play the Beat berdiri pada awal November tahun lalu. Selain oleh Gari, situs ini dibuat dan dikelola oleh empat orang rekannya. Sebelum berbenah sebulan sesudahnya, content Play the Beat masih seadanya. Sebagian besar cuma berita-berita musik dalam dan luar negeri. “Saat itu kami belum tahu apa yang harus dikerjakan. Dalam perjalanan waktu, kami menemukan jati diri sebagai majalah musik online,” ujar pria berusia 27 tahun ini.
Awalnya, lima orang yang sama-sama memiliki hobi ngeblog dan menikmati musik itu ingin membuat sebuah komunitas musik melalui blog. Dari Wetiga, atau Warung Wedangan Wi-Fi, tempat tongkrongan kelimanya di bilangan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, ide itu tercetus. Belakangan, ide ini berkembang: membuat situs web tentang musik. “Jadilah kita membuat Play the Beat.com.”
Sejak berdiri, pihaknya ingin Play the Beat berbeda dengan situs musik lain. Salah satu yang membedakan adalah ruang bagi kontributor. “Para kontributor ini kami beri kesempatan menulis informasi maupun me-review musik,” katanya.
Langkah itu mendapat respons cukup baik dari kalangan komunitas musik. Penyanyi Tompie, misalnya, kini menjadi salah satu kontributor. Ia me-review album terbaru Dewi Lestari di sini. “Kami sudah memiliki 46 orang kontributor.”
Dalam perjalanan waktu pula Play the Beat menjadi ajang promosi para musisi baru. Sudah ada beberapa musisi baru yang dipromosikan di sini. Semuanya tak dipungut biaya alias gratis. “Mereka bisa menulis profil, menampilkan foto sampai sampel lagu-lagu mereka,” katanya.
Menu listen their music memungkinkan pengunjung situs ini mendengarkan langsung lagu-lagu yang sedang dipromosikan para musisi baru itu. Bukan cuma musisi indie atau pemusik baru, grup musik ngetop seperti BIP juga akan menampilkan dua lagu barunya di sini.
Namun, sebelum ditampilkan di menu itu, ada perjanjian khusus dengan para musisi. “Kalau sampai lagunya diunduh orang, itu di luar tanggung jawab kami,” ujar Gari. Namanya juga promosi gratisan.
DIMAS