Awas, Ancaman Virus dari Penyimpan Bergerak

Reporter

Editor

Kamis, 19 Maret 2009 16:10 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta: Lelaki itu tak mempedulikan malam yang semakin larut dan hawa yang kian menggigit di lantai teratas sebuah hotel di Bandung tersebut. Tangannya menusukkan satu per satu flash disk pada port USB di laptop, lalu mencopotnya sesaat kemudian.

Ary Pryanto, nama lelaki itu, adalah product manager di Optima Solusindo Informatika. Ini adalah distributor produk Kaspersky Lab, perusahaan antivirus dari Rusia.
Malam itu Ary ketiban tugas dadakan: memeriksa dan membersihkan flash disk para wartawan. Tugas ini adalah bagian dari workshop yang diadakan Kaspersky di Bandung pada awal bulan ini.

Temuan Ary ternyata sangat menarik. Melalui Kaspersky Internet Security 2009, Ary menemukan bahwa tak satu pun flash disk itu bebas dari malware alias program jahat pada komputer, seperti virus, Trojan, dan worm.

"Kebanyakan kita memang tak menyadarinya," kata Ary setelah menunaikan tugasnya. "Apalagi tak semua antivirus mampu membaca malware seperti itu."

Flash disk adalah perangkat penyimpanan bergerak yang sangat populer saat ini. Begitu populernya, sehingga lambat laun ia telah mengeliminasi floppy disk. Contoh penyimpanan bergerak lain adalah kartu memori dan hard disk portabel.

Sayangnya, popularitas itu telah membuat perangkat penyimpanan bergerak menjadi target serangan pembuat malware. Tak hanya sebagai penampung, portabilitasnya telah membuat perangkat ini menjadi biang keladi penyebar malware yang berbahaya.

Menurut spesialis di Kaspersky Lab, penyebaran malware via perangkat bergerak adalah ancaman terbesar pada 2009. Pasalnya, pengembang program jahat telah mengembangkan infeksi komputer yang secara otomatis meluncur begitu perangkat itu diakses.

Inilah malware yang menumpang pada fitur Autorun. "Fitur itu sebetulnya bisa dinonaktifkan, tapi tak otomatis membuat flash disk dan komputer aman," kata Yudhi Kukuh, seorang pakar antivirus dari Prosperita Mitra Indonesia, distributor antivirus Eset Antivirus NOD32 dan Eset Smart Security 4.

Yudhi mengatakan Autorun adalah fitur yang hadir bersama perangkat penyimpanan bergerak sejak 2001. Ia adalah fasilitas yang membuat komputer bisa langsung "membaca" perangkat tersebut.

Tapi, sejak 2008, fitur ini mulai banyak ditumpangi malware dan menduduki puncak malware, yang banyak menyerang komputer pada Januari dan Februari lalu. "Autorun membuat malware itu mampu mengaktifkan dirinya sendiri," kata Yudhi.

Menurut Yudhi, Autorun adalah "tumpangan" yang mudah. Program kecil-kecilan pun bisa dengan mudah dicantelkan pada fitur tersebut. Itulah sebabnya, banyak pengembang malware yang memanfaatkannya saat ini.

Jalan keluar paling sederhana adalah menonaktifkan atau bahkan menghapus Autorun. Tapi malware masih memiliki cara tradisional untuk menumpang pada penyimpanan bergerak, yaitu melalui share folder.

Folder inilah yang akan langsung muncul pada komputer pengguna saat flash disk atau perangkat penyimpanan bergerak diakses. Hanya, berbeda dengan Autorun, malware pada folder itu adalah virus pasif. "Ia menunggu kita mengklik untuk mengaktifkan dirinya," kata Yudhi.

Sebuah survei yang diadakan Trend Micro di Jepang pada akhir tahun lalu menemukan bahwa sudah ada 471 infeksi melalui Autorun pada flash disk. Itu baru di Jepang saja. Sedangkan kasus di Bandung itu adalah salah satu contoh kecil di Indonesia.

"Kerapuhan" flash disk dan perangkat penyimpanan bergerak terhadap malware sebetulnya sudah terdeteksi banyak pihak sejak dulu. Karena itu, banyak perusahaan atau badan yang mengendalikan penggunaan port USB pada komputer-komputernya.

Masalahnya, pemakaian flash disk dan penyimpanan bergerak begitu populer. Bentuknya semakin kecil dan tak jarang diciptakan dengan desain-desain yang menarik, mulai bentuk gelang sampai boneka.

Harganya pun semakin terjangkau. Pada pameran-pameran komputer, misalnya, Anda bisa mendapatkan flash disk berkapasitas 2 gigabita seharga Rp 40-50 ribu saja. Tak mengherankan, semakin ia populer, semakin ia berbahaya.

DEDDY SINAGA

Berita terkait

Belum Ada Kasus Virus B di Indonesia, Kemenkes Tetap Minta Waspada

39 hari lalu

Belum Ada Kasus Virus B di Indonesia, Kemenkes Tetap Minta Waspada

Kemenkes menyatakan hingga kini belum terdeteksi adanya risiko kasus Virus B di Indonesia namun masyarakat diingatkan untuk tetap waspada

Baca Selengkapnya

Waspada Flu Singapura Menjangkit Anak-anak, Ini 6 Cara Pencegahannya

41 hari lalu

Waspada Flu Singapura Menjangkit Anak-anak, Ini 6 Cara Pencegahannya

Flu singapura rentan menjangkit anak-anak. Flu ini juga dengan mudah menular. Bagaimana cara mengantisipasinya?

Baca Selengkapnya

BRIN Kembangkan Teknologi Biosensor Portabel Pendeteksi Virus Hingga Pencemaran Lingkungan

41 hari lalu

BRIN Kembangkan Teknologi Biosensor Portabel Pendeteksi Virus Hingga Pencemaran Lingkungan

Pusat Riset Elektronika BRIN mengembangkan beberapa produk biosensor untuk mendeteksi virus dan pencemaran lingkungan.

Baca Selengkapnya

Spesialis Paru Ungkap Beda Flu Singapura dan Flu Musiman

44 hari lalu

Spesialis Paru Ungkap Beda Flu Singapura dan Flu Musiman

Dokter paru ungkap perbedaan antara Flu Singapura atau penyakit tangan, mulut, dan kuku dengan flu musiman meski gejala keduanya hampir mirip.

Baca Selengkapnya

Penularan Flu Singapura di Indonesia Meluas, IDAI: Data Pastinya Tak Bisa Dijelaskan

46 hari lalu

Penularan Flu Singapura di Indonesia Meluas, IDAI: Data Pastinya Tak Bisa Dijelaskan

Diyakini kalau seluruh kasus Flu Singapura di Indonesia menginfeksi anak-anak. Belum ada kasus orang dewasa.

Baca Selengkapnya

Ketahui Penyebab dan Proses Penularan Virus Demam Berdarah

47 hari lalu

Ketahui Penyebab dan Proses Penularan Virus Demam Berdarah

Demam berdarah disebabkan oleh salah satu dari empat jenis virus dengue yang berbeda.

Baca Selengkapnya

Fakta Seputar Flu Singapura, Kemenkes: Awal Maret Ribuan orang Terjangkit

48 hari lalu

Fakta Seputar Flu Singapura, Kemenkes: Awal Maret Ribuan orang Terjangkit

Flu Singapura memiliki gejala yang hampir menyerupai cacar air, virusnya hanya memerlukan waktu inkubasi 3-6 hari untuk menyerang imunitas tubuh.

Baca Selengkapnya

Kenali Gejala Demam Berdarah dan Bahaya yang Mengintainya

48 hari lalu

Kenali Gejala Demam Berdarah dan Bahaya yang Mengintainya

Demam berdarah (DBD) dapat menyebabkan pendarahan serius, penurunan tekanan darah tiba-tiba, bahkan berujung pada kematian.

Baca Selengkapnya

Waspada Demam Berdarah Menjelang Libur Hari Raya Idul Fitri

51 hari lalu

Waspada Demam Berdarah Menjelang Libur Hari Raya Idul Fitri

Seorang individu tidak hanya berisiko terkena demam berdarah dengue (DBD), tetapi juga berpotensi menyebarkan virus dengue apabila telah terinfeksi.

Baca Selengkapnya

Leptospirosis Penyakit Langganan Musim Hujan, Seberapa Berbahaya?

52 hari lalu

Leptospirosis Penyakit Langganan Musim Hujan, Seberapa Berbahaya?

Leptospirosis adalah penyakit yang kerap muncul setiap musim hujan, terutama di daerah yang rawan banjir dan genangan air. Seberapa berbahaya?

Baca Selengkapnya